Amanda menatap bandana pink bermotif volkadot putih yang ada di kepalanya. Amanda tersenyum tidak jelas di depan cermin rias. Hari ini ia juga memoles lip cream di bibirnya. Amanda ingin tampil cantik seperti adik kelas yang kemarin merayu Afgan.
Senyuman tidak jelas dan tidak berfaedah di bibir Amanda semakin menggembang. Dengan penuh percaya diri Amanda keluar dari dalam kamar menuju halaman depan, di sana Afgan sudah menunggu.
"Bu Asih, aku berangkat ke sekolah," pamit Amanda dengan berteriak.
"Iya, Nak."
Amanda membayangkan Afgan akan terpesona melihat dirinya yang memakai bandana. Bibir Afgan akan mengaga lebar melihat kecantikan Amanda. Dan Afgan akan enggan untuk berkedip. Setidaknya itu yang Amanda pikirkan saat ini.
Namun pada kenyataannya, realita tidak seindah ekspetasi.
"Hahahaha," Afgan tertawa dengan mulut terbuka lebar.
Ugh, rasanya Amanda ingin menyumpal mulut Afgan dengan sepatu sekolahnya.
"Hahahaha," tawa Afgan semakin kuat.
"Ish, jangan ketawa deh!" pintah Amanda.
"Apa itu yang ada di kepala kamu?" tanya Afgan di sela tawanya.
Amanda berdesis. Langsung saja bandana pink tersebut Amanda singkirkan dari atas kepalanya. Bukan terpesona Afgan justru menertawakan dirinya.
"Eh, kok dicopot?" tanya Afgan jail.
"Berisik! Suka-suka gue lah!" sahut Amanda kesal.
"Pakai lagi, cantik kok," suruh Afgan dengan tawa yang masih terdengar.
"Ogah!" jawab Amanda tajam.
Afgan meraih bandana pink tersebut. Lalu memasangkan kembali di kepala Amanda.
"Kamu cantik kok pakai ini," puji Afgan.
Amanda diam tak menjawab. Ia biarkan saja Afgan merapikan rambutnya.
"Maaf tadi aku ketawain kamu. Habisnya bandana pink ini bukan gaya kamu banget," ujar Afgan. Di cubitnya pipi Amanda dengan gemas, membuat perempuan itu meringis.
"Aku suka kamu pakai bandana pink ini. Keliatan imut. Tapi aku lebih suka kalau kamu jadi dirimu yang biasa. Apa adanya," tutur Afgan halus.
"Jangan merubah diri kamu karena aku. Jadi Amanda yang memang kamu inginkan. Aku nyaman dengan karakter, gaya, dan semua ada yang pada kamu. Kamu paham, kan?" tanya Afgan.
Amanda mengangguk. Matanya berbinar senang. Afgan memperlakukan dirinya dengan begitu tulus dan lembut. Siapa yang tidak akan tersentuh jika begini?
"Kamu dapat ide dari mana sih pakai bandana pink ini?" tanya Afgan penasaran.
"Dari adik kelas yang kamarin."
Afgan kembali tertanya renyah, namun tidak seheboh yang tadi. "Dih, sama adik kelas sendiri takut kalah saing."
"Ih, nggak ya. Gue cuma mau coba aja pakai bandana. Eh, taunya cocok. Maklum sih, pakai apa aja sebenarnya gue tetap cantik," cetus Amanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amanda [END - SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[TERSEDIA DI TOKO BUKU] ✔ Heboh, adalah kata yang tidak pernah lepas dari diri Amanda. ✔ Lebay, sudah menjadi ciri khasnya. ✔ Bodoh. Untuk yang satu ini Amanda akui. Well, dia memang bodoh. Lalu, bagaimana jika manusia seperti Amanda jatuh cinta pad...