Kata Sarah, ini saatnya Arsen berjuang. Kata Sarah, Arsen harus segera meluruskan kesalah pahaman antara ia dan Amanda. Dan kata Sarah, Arsen harus segera mengatakan rasa sayangnya jika tidak ingin kehilangan Amanda.
Karena kata-kata Sarah itu lah sekarang Arsen berdiri di depan pintu kelas Amanda. Di tangan kanannya ada coklat sebagai bekal yang akan ia hadiahkan pada Amanda. Coklat itu diberikan Sarah saat di parkiran.
Lakukan sebelum lo kehilangan Amanda, batin Arsen. Ia coba meyakinkan dirinya sendiri.
"Arsen?" Afgan tiba-tiba keluar dari dalam kelas Amanda.
Arsen tersenyum kaku. "Gue kira lo ada di kelas kita."
"Dari parkiran gue langsung ke sini. Oh iya, gue sama Amanda mau ke kantin. Lo mau gabung?" tawar Afgan.
"Amanda ada mana?" Arsen balas bertanya.
Tak berapa lama Amanda keluar dari dalam kelas. Wajah Amanda tampak terkejut melihat keberadaan Arsen, namun ekspresi terkejut itu hanya bertahan selama beberapa detik. Amanda menatap dingin pada Arsen.
"Jadi ke kantinnya?" tanya Amanda pada Afgan
"Jadi, kok," jawab Afgan. "Arsen, lo mau ikut?"
Arsen diam tak berniat untuk menjawab. Hatinya sedang bergelut dengan perasaan dan pemikirannya sendiri.
"Oh iya, Arsen, gue mau kasih tau sama lo kalau sekarang gue sama Amanda pacaran. Dan selamat, lo orang pertama yang kami beri tau kabar bahagia ini."
Refleks Arsen menarik satu ujung bibirnya mendengar pernyataan Afgan, ia tersenyum miris. Pelan-pelan Arsen menggerakkan tangan kanannya ke belakang punggunya, Arsen sembunyikan coklat yang ia bawa. Sudah terlambat, pikir Arsen.
"Selamat buat kalian. Itu kabar bagus," ujar Arsen dengan nada dingin. "Gue ke kelas duluan," pamitnya.
Langkah Arsen bergerak penuh percaya diri. Terlihat dingin seolah tidak terjadi apa-apa. Orang-orang tidak akan mengira bahwa hatinya sedang patah.
"Amanda," panggil Afgan selepas kepergian Arsen. "Kamu nggak marah kalau aku bilang ke Arsen kita pacaran?"
Amanda menggeleng. "Santai saja. Justru gue mau berterima kasih sama lo. Makasih sudah menyelamatkan harga diri gue di depan Arsen."
_o0o_
"Nih, coklatnya aku kembalikan," ujar Arsen dengan tangan terulur memberikan sebatang coklat merek ternama pada Sarah. Arsen langsung menghampiri Sarah ke kelas 11 IPS 4.
Sarah yang sibuk bermain ponsel mengalihkan fokusnya pada Arsen. Di tatapnya sang sepupu dengan pandangan penuh tanya.
"Aku minta kamu buat kasih coklat itu ke Amanda. Kenapa dikembalikan lagi?" tanya Sarah.
Arsen mendengus. Ia daratkan bokongnya di kursi kosong yang biasa di duduki teman satu meja Sarah. Ekspresi dingin yang selalu tertanam di wajah Arsen tampak kusut.
"Dia udah pacaran sama Afgan," jawab Arsen datar.
"Nah, ini yang aku takutkan. Amanda diambil sama cowok lain. Kamu itu kok lelet banget sih dalam urusan hati. Aku kan udah kasih saran sama kamu sejak dulu untuk maju ngedekatin Amanda. Kebanyakan gengsi, sih!" omel Sarah.
Arsen tidak dapat membantah. Semua itu benar! Dia memang payah. Untuk menunjukkan rasa ketertarikannya saja Arsen tidak mampu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amanda [END - SUDAH TERBIT]
Fiksi Remaja[TERSEDIA DI TOKO BUKU] ✔ Heboh, adalah kata yang tidak pernah lepas dari diri Amanda. ✔ Lebay, sudah menjadi ciri khasnya. ✔ Bodoh. Untuk yang satu ini Amanda akui. Well, dia memang bodoh. Lalu, bagaimana jika manusia seperti Amanda jatuh cinta pad...