"Lo lagi nulis apaan?" tanya Lila heran. Tumben sekali temannya itu rajin menulis di saat jam istirahat seperti sekarang.
Amanda kemasukan setan apa coba?
Amanda mengangkat kepalanya, dia menatap Lila dengan pandangan penuh misteri. "Gue lagi nulis target yang mau gue capai semester ini."
"Coba gue liat," ujar Lila ingin tahu. Ia menarik kertas tersebut dari tangan Amanda.
Keinginan ter-update
1. Jadi pacar Arsen
2. Jadi pasar Arsen
3. Jadi pacar Arsen
4. Jadi juara umum kelas IPSUntuk tiga keinginan pertama, Lila sudah tidak heran jika Amanda menginginkan hal itu. Tapi, apa tidak salah dengan keinginan Amanda yang terakhir? Juara umum? Hei, bahkan Lila yakin Amanda tidak tahu siapa nama calon presiden dan wakil presiden yang akan ikut pemilihan periode ini.
"Lo mau jadi juara umum semester ini?" tanya Lila memastikan.
Amanda tersenyum lebar. Teramat sangat lebar, dan penuh rasa percaya diri. "Gue bakal belajar keras untuk masa depan bangsa dan negera."
"Belaga mau mikirin masa depan bangsa dan negara. Masa depan lo aja masih buram," nyinyir Lila.
"Mulut lo tajam banget. Lebih tajam dari pada nitijen." Amanda mengambil kembali daftar keingannya dari tangan Lila. Ia melipat kertas tersebut, lalu menyimpannya dengan baik di dalam tas.
"Sebagai teman yang baik lo itu harusnya dukung gue. Bukan malah menjatuhkan gini. Teman macam apa Anda ini?" ujar Amanda berapi-api.
"Sebagai teman yang baik justru gue mau bantu lo buat bangun dari mimpi yang teramat sangat panjang," balas Lila tidak mau kalah.
"Bodo amat. Udah ah, gue mau cabut."
Lila menatap bingung. "Mau ke mana? Gue ikut."
"Mau ke perpus."
What the hell? Perpus? Perpustakaan maksudnya? Tempat yang penuh dengan buku itu? Apa tidak salah?
"Mau ngapain?" tanya Lila takjub.
"Ya, mau belajar lah! Gue mau jadi juara umum, jadi harus benar-benar belajar mulai sekarang," ucap Amanda sok bijak.
"Lo teman gue, kan? Lo Amanda?" Lila memeriksa suhu tubuh Amanda dengan meletakkan tangannya di kening perempuan itu. "Nggak panas," nilainya.
"Ih, apa sih?" Amanda menjauhkan tangan Lila. "Lo pikir gue sakit?!"
"Badan lo nggak sakit, mungkin otak lo yang sakit," ujar Lila dengan polosnya.
"Bodo!" balas Amanda tidak peduli. Dia mulai melangkah pergi.
"Manda, lo serius mau ke perpus?" tanya Lila memastikan.
"Serius lah!" jawab Amanda tanpa menoleh.
Lila mengejar Amanda yang sudah mencapai pintu kelas. "Kita ke kantin aja, yuk?" ajak Lila.
"Maaf, hari ini gue lagi rajin," tolak Amanda.
"Gue nggak ikut kalau ke perpus. Lo pergi sendiri saja," Lila sengaja menanas-manisi Amanda. Ingin melihat seberapa teguh keyakinan Amanda untuk pergi ke perpustakaan.
Dan Amanda tidak goyah! Dengan langkah mantap Amanda meninggalkan kelasnya menuju perpustakaan. Membuat Lila menganga tak percaya. Cinta memang gila, bisa merubah Amanda yang gila menjadi stres. Eh?
Saat melewati kelas 11 IPS 3 langkah Amanda terhenti. Afgan yang kebetulan keluar dari kelasnya menyapa Amanda. "Amanda," panggil Afgan.
Selang beberapa detik kemudian teman-teman Afgan yang lain juga ikut keluar, termasuk Arsen. Sepertinya mereka akan pergi ke satu tempat bersama-sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amanda [END - SUDAH TERBIT]
Fiksi Remaja[TERSEDIA DI TOKO BUKU] ✔ Heboh, adalah kata yang tidak pernah lepas dari diri Amanda. ✔ Lebay, sudah menjadi ciri khasnya. ✔ Bodoh. Untuk yang satu ini Amanda akui. Well, dia memang bodoh. Lalu, bagaimana jika manusia seperti Amanda jatuh cinta pad...