Pagi ini kaki gue berat untuk melangkah memasuki gerbang sekolah. Ini berhubungan sama perihal kemaren dimana kak Jes ngetag foto gue pelukan sama Iki. Dan gue cuma minta satu hal, semoga pak Rafli gak tau berita ini, yang ada dia malah ngelapor lagi sama bang Rama, atau bisa juga beliau malah ilfil sama gue.
Titt tittt
Suara klakson motor dan teriakan marah beberapa orang dibelakang karna gue menghalangi jalan masuk. Melihat tatapan marah mereka gue cuma bisa nyengir gak jelas kemudian menepi.
Gue berpikir, kira kira apa yang bisa membangkitkan semangat supaya gue bisa move on dari kejadian sosmed itu. Dipikir pikir lagi rasanya nihil. Nasi sudah jadi bubur, apakah mungkin bisa jadi beras lagi.
Maksud gue, mungkinkah berita menggemparkan ini akan hilang dan dilupakan begitu aja sama orang orang? Gak mungkin!
Titt tittt
"Woy gue udah gak ditengah jalan lagi tau"
"Minggir!" Kata seseorang dibelakang. Padahal jelas jelas gue sudah menepi.
"Lo gak buta kan? Eh!"
Gue berbalik dan menemukan seseorang yang udah bikin gue dongkol selama hayat. Dia adalah Iki sang badboy yang gue harap menghilang dari muka bumi ini.
"hai pacar!" sapanya.
Dengan perasaan malas gue berbalik lagi mempercepat langkah supaya cowok gila itu tidak menggentayangi, barang sehari ini aja.
Tiiiiiittt
Iki membunyikan kalksonnya dengan sangat nyaring dan panjang, membuat gue otomatis menutup kedua telinga.
"ish" mencoba untuk tidak marah, gue berjalan lagi berniat cuekin dia.
Bruk
"awwww!!" Gue tersungkur.
Dengan gak tau dirinya Iki nabrakin motor gedenya ke arah gue. Cowok itu cuma memasang wajah menahan tawa ngeliat gue tengkurap dengan gak cantiknya.
"Maksud lo apaan sih?!" kata gue sambil berdiri. Karna kejadian tadi emang gak sakit buat gue, tapi yang ada malu diliatin beberapa anak sambil ketawa.
"gak ada yang luka kan, sayang?" katanya dengan watados yang pengen banget gue ulek ulek. Tapi dengan penuh kesabaran gue menarik napas panjang bermaksud menetralkan emosi.
Gue berbalik, ingin segera meninggalkan cowok gak waras itu. Lagi.
"Eh, ada dua sejoli yang lagi hangat hangatnya diperbincangin nih" celetuk kak Jes tiba tiba dari depan.
Cukup sudah! Kak Jes emang berhasil bikin gue gak mau berurusan lagi sama dia, gue emang mau menghindar dan membuat hidup gue tenang tentram kayak semula. Tanpa ada Iki dan Kak Jes.
"Permisi"
Gue berjalan melewati geng muka super glowing itu tanpa bermaksud cari masalah apapun
"Eh berhenti lo!" Titah kak Jesi, tapi gue tetap berjalan sambil memutar bola mata malas.
Mau apa lagi mereka? Gue ngaku kalah, gue capek.
"Berhenti gak!!"
Tetap berjalan. Bahkan gak kerasa langkah gue semakin cepat.
"Aww" gue meringis. Salah satu teman Kak Jes menarik rambut gue dengan kencang.
"Makanya kalo disuruh berhenti ya berhenti!" katanya masih setia narik kunciran rambut gue. Dengan sedikit kesal gue mencoba melepaskannya tapi kayaknya itu sia sia, tenaga cewek ini lumayan dibandingkan dengan gue yang semangat hidupnya mulai pudar):
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Olahraga (END)
Teen FictionDilema Indri yang membenci guru olahraga karna pas masih sekolah SMP pernah dimodusin dipegang pegang bokongnya. Sekolah SMA pun dia masih nganggep semua guru olahraga tuh sama aja. Sampe suatu hari.. Bagaimana lika liku kehidupan Indri menghadapi h...