Hidup ini keras, walau begitu kita gak harus bersikap keras juga. Mungkin langit mendung terlihat seperti sedang mengejek, tapi dengan wajah sumringah gue perlihatin bahwa alam gak bisa memperngaruhi segala hidup gue.Gue sadar selama ini udah terlalu banyak mengeluh dan tidak menyadari banyak hal kecil setiap harinya yang bisa gue syukuri. Keluarga dan sahabat selalu ada dikala hati ini gundah, tetapi gue sendiri gak selalu ada buat mereka. Egois emang, dan gue sendiri benci itu.
Semilir angin kencang yang bertanda sebentar lagi akan turun hujan tidak menggoyahkan langkah gue. Dengan mantap kaki ini memasuki kelas dan di dalam gue hanya mendapati sahabat gue satu satunya.
"pagi sahabatkuhh" bokong ini pun terduduk sempurna sambil memeluk Iren.
"hmm" jawabnya dengan wajah lesu.
"tumben lo masuk pagi, dari tadi lo cuma sendirian dikelas?"
"hmm"
Tumben ini anak gak berisik, biasanya gue baru digerbang aja suara cemprengnya sudah melengking. Entah ada apa hari ini, mungkin aja Iren lagi dirasuki setan kalem.
"lo kenapa, Ren?"
"ge enak badan gue" suaranya parau, kemudian Iren menelungkupkan kepalanya.
"lo sakit?" gue cek suhu tubuhnya, dan bener aja, Iren demam.
"dih lo sakit kenapa malah masuk sekolah?"
Dengan lemah Iren mengangkat kepalanya, sangat jelas mukanya pucat banget dan gue makin syok.
"hari ini gue presentasi, kalo ga masuk yang ada nilai gue jeblok. Udah cukuplah mapel yang lain, seenggaknya biologi kali ini membantu"
"astagfirullah Iren. Kita ke uks sekarang"
"gausah, gue sehat kok"
"hilih sihit sihit pilili!"
"ckk apasi" Iren sedikit tertawa kemudian lesu kembali.
"ayok ah! Nilai tu ga penting, Ren, disekolah tuh kita gak nyari nilai tapi ilmu"
"kalo gue gak naek kelas gimana?"
"gak mungkin lah"
Iren setuju dengan ajakan gue, tapi dia terlihat terlalu lemah untuk sekedar berdiri, apalagi tadi menurut gue demamnya lumayan tinggi.
"ayok!"
Gue gandeng Iren, badannya sudah lemah banget, terasa saat beban tubuhnya dia serahkan begitu aja ke gue. Sumpah Iren berat banget.
Brukkkk
"IREN!!"
Irean jatuh, dia sudah engga sadarkan diri.
"Iren!! Jangan pingsan sekarang dongg huhuuuu"Gue panik bukan kepalang. Ini masih pagi banget dan sekolah masih sepi, apalagi kelas ini yang kosong melompong, hanya ada gue dan Iren. Gue bingung harus minta bantuan ke siapa, saat saat seperti ini otak gue malah buntu.
"Ah! Ren, lo tunggu, gue nyari orang kedepan dulu"
Dengan sekencang yang gue bisa gue berlari ke depan untuk seenggaknya mendapati satu dua orang yang bisa bantu gue angkat Iren ke UKS.
"hah hah hah.. Pakk!!"
"ada apa?"
"itu Iren ..hah hah.., temen saya pingsan dikelas ..hah hah.. "
•°•°•°•°•°•
Brakk
Pintu uks dibuka paksa, terlihat sosok lelaki gagah nan manis berdiri didepan pintu itu dengan napas ngos ngosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Olahraga (END)
Teen FictionDilema Indri yang membenci guru olahraga karna pas masih sekolah SMP pernah dimodusin dipegang pegang bokongnya. Sekolah SMA pun dia masih nganggep semua guru olahraga tuh sama aja. Sampe suatu hari.. Bagaimana lika liku kehidupan Indri menghadapi h...