twenty one

19 4 0
                                    

kotor, berantakan. Itulah dua kata yang mendeskripsikan ruang tengah saat ini. Bel pun sudah menunjukkan pukul 06.15, salsa harus segera pergi ke sekolah.

Tapi ia risih juga. Ini semua ulah teman-teman deka yang juga temannya.

Ia melirik deka yang tergopoh gopoh sambil menenteng tas dan sepatunya dari dari dalam kamar.

Salsa yang beres dengan sepatunya tidak beranjak.

"La minggir dong, nggak ada tempat nih" pinta Deka yang celingukan cari tempat kosong untuk diduduki disekitar sofa.

"Cih, lantai banyak tuh yang kosong" balas Salsa sinis tetap tak mau beranjak. Deka berdecak, daripada ia telat di senin begini. Ia langsung duduk dilantai dan memakai sepatu.

Lah anying untung, topi gue ketinggalan. Batin salsa lalu bagkit dari sofa. Lalu sengaja menendang sepatu Deka yang menghalangi langkahnya.

"Lah bangke, sans woe. Kampret" maki Deka sebal. Lalu meraih sepatunya yang sudah tersandung. Dan melanjutkan memakai.

Di kamar, salsa melihat ponselnya tergeletak disamping topi birunya.

"Lah? Gue tadi belum bawa ponsel?" tanyanya ke dirinya sendiri.

Tak lama kedua kakak beradik itu sudah mengisi jalan raya menuju ke sekolah.

**

Semua siswa menuju ke lapangan upacara, diulang semua siswa menuju ke lapangan upacara.

Suara seperti itu di speaker sekolah, selalu saja terdengar ketika upacara akan dimulai. Yang ngumumin pun sama. Ayahnya Berly.

B-squad yang lagi kumpul di teras kelas, langsung bangkit. Safyra yang baru datang tersadar. Formasinya nggak lengkap,

"Lah, bentar bentar, kek ada yang kurang? Kok rasa-rasa judesnya ilang ya?" sela Safyra saat teman-temannya asyik bercanda di barisan.

Salsa yang disamping menyauti, "Berly nggal masuk."

Mulut safyra membentuk o dan bertanya kembali,"napa?"

"Sakit, bapaknya niat banget. Kertas, amplop semua print-print an. Tercengang gue" jelas Salsa mengingat ingat kejadian menerima surat dari ayahnya Berly langsung yang nggak lain wakepsek. Ia cekikikan kecil.

"Hemtalaaa" Safyra menyudahi omong-omongannya. Guru-guru bk dan anak osis sudah menyebar di barisan. Mengawasi murid-murid.

Upacara berjalan seperti biasa. Matahari agak baik hari ini, ia tidak cepat-cepat naik. Tidak seperti pengibaran bendera yang terlalu cepat masih setengah lagu, bendera sudah notok diujung tiang.

Bubarnya upacara, Nia berlari mensejajarkan dirinya dengan salsa yang asyik berjalan bareng Safyra.

Nia berhasil menepuk pundak Salsa di depan kelas. Dan Safyra langsung nyelonong masuk.

"Paan?" tanya Salsa menoleh.

"Lo duduk bareng gue dong, atau lo ama Safyra di bangku gue. Gue ma agnes. Yaya..." melas Nia.

"Dih, bocah ngapa? Iyain biar seneng" jutek salsa lalu masuk ke kelas disusul Nia.

Salsa tak langsung pindah,ia mengamati dari bangku dulu. Setelah ada pergerakan dari Agnes yang pindah ke tempat duduk Berly disebelah Nia. Baru salsa bangkit

"Nis? Gue pindah ya hari ini. Suruhan noh si Nia" Ijin Salsa. Nisa yang asyik bercanda dengan teman dibelakangnya hanya mengangguk. Lalu melanjutkan obrolannya.

Bagaimana? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang