PROLOG

3.5K 88 15
                                    

Happy reading😊 jangan lupa vote dan berikan komentar

***

"Fris ayo," teriak Mita yang sudah berlari mendahului Friska.

Friska Angela Sabil, cewek cantik yang mempunyai tubuh mungil dengan rambut panjang sebahu yang selalu dibiarkan tergerai, serta memiliki mata yang bulat dan bulu matanya yang lentik.

Penampilan gadis ini selalu terlihat sederhana sehingga jarang sekali cowok yang melirik ke arahnya. Namun, meski begitu tidak sedikit pula cowok yang mengagumi kecantikan alami gadis yang biasa dipanggil dengan nama Friska ini.

Friska berlari menyusul Mita tanpa memperhatikan benda-benda yang ada di sekelilingnya. Tanpa sengaja Friska menabrak sesuatu hingga tubuhnya terpental jatuh ke lantai.

"Bisa gak sih, kalau jalan itu pake mata?" ucap seseorang yang Friska tabrak, dia berdiri tegak tanpa bergeser sedikit pun meski Friska menabraknya cukup keras.

"Ya, gak bisa lah. Jalan itu pake kaki bukan pake mata!!" jawab Friska tak merasa bersalah sambil mengubah posisinya yang terduduk menjadi berdiri.

"Eh, lo tuh ya, udah tahu salah, bukannya minta maaf malah nyolot!"

Friska memutar bola matanya malas. "Enak aja, lo tuh yang salah! Lagian lo ngapain sih berdiri disitu?"

"Heh! Ini tuh tempat umum jadi siapa aja berhak dong berdiri disini!" bentaknya.

"Tempat umum, ya? Ber----" Sebuah tangan menimpuk pundak Friska. Berhasil membuat Friska menelan kembali kata-kata pedas yang hampir keluar dari mulutnya.

"Fris," panggil Mita setelah menepuk bahu gadis mungil itu. "Lo tuh ya, gue tungguin dari tadi, lo malah disini."

"Ekhem." Cowok itu berdeham kecil.

"Lho, Lan, kok lo ada disini?" tanya Mita yang menyadari keberadaan laki-laki yang berdiri di depan Friska sambil melipat kedua tangannya, Erlan.

Erlanda Anugrah, cowok dengan wajah tampan, tubuh tinggi, mata hazel tajam, serta hidungnya yang mancung, namun sangat disayangkan, dia memiliki sifat yang dingin dan sombong. Meski begitu, para kaum hawa tetap mengagumi Erlan, tidak peduli dengan sikap angkuh yang Erlan miliki.

Sebagian orang akan mengatakan cowok yang satu ini sangat sempurna, padahal ada satu kekurangannya. Sulit untuk tersenyum. Hidupnya kurang bersyukur.

Bukannya menjawab pertanyaan dari Mita, Erlan justru menyenderkan tubuhnya ditembok. Baginya pertanyaan itu tidaklah penting. Hanya membuang-buang suara yang menurutnya sangat indah nan merdu itu, padahal tidak sama sekali.

"Lo kenal sama cowok songong ini?" tanya Friska sambil menunjuk cowok yang ada di hadapannya.

"Enak aja lo ngatain gue songong," protes Erlan tidak terima.

"Lah, emang bener, kan?" tukas Friska dengan senyum sinisnya.

"Nggak!"

"Husss, udah, udah, kalian kenapa sih ribut mulu?" Mita berusaha menyudahi perdebatan di antara mereka berdua.

"Dia duluan tuh," ucap Friska berusaha membela diri.

"Enak aja, lo duluan kali." Erlan 'tak mau mengalah.

"Lo duluan, ish."

"Lo!"

Mita yang melihat Erlan dan Friska berdebat layaknya anak kecil yang berebut balon, memutar bola matanya jerah, tak acuh dengan adu mulut yang semakin menjadi di antara mereka berdua. Mita melipat kedua tangannya di depan dada, menyaksikan dua remaja yang saling menyalahkan dan salah satu diantara mereka tidak ada yang mau untuk mengalah.

Terdalam [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang