Chapter 26

458 16 0
                                    

Vote dulu ya, gampang kok tinggal klik bintang doang:)

***

Chapter 26

Perhatian kecilmu yang selalu membuatku jatuh dan terus terjatuh.

***

Sesampainya di sekolah dan memarkirkan mobilnya berjejeran dengan mobil yang lain, Erlan membuka pintunya dan berlari memutari mobil untuk membukakan pintu mobil untuk Friska.

Erlan mengulurkan tangannya untuk membantu Friska turun dari mobilnya. Satu tangan Friska menerima uluran tangan Erlan dan tangan yang satunya masih tetap setia memegangi perutnya yang terasa nyeri.

Wajah Friska terlihat pucat pasi, sangat terlihat dengan jelas oleh Erlan bahwa gadisnya sedang menahan rasa sakit yang begitu hebat. Erlan merangkul Friska untuk berjaga-jaga agar Friska tidak tumbang di sana.

"Mau pulang aja?" tanya Erlan tidak bisa menyembunyikan rasa khawatir di wajahnya.

"Gue nggak pa-pa, lagian udah nyampe di sini juga," jawab Friska.

Erlan hanya mengangguk, dia mengantar Friska menuju kelasnya. Sebelas IPA lima.

Ya, kini Friska sudah duduk di bangku kelas sebelas dan Erlan di bangku kelas dua belas. Sengaja tidak diceritakan saat menjelang kenaikan kelas dan saat libur semester tiba.

Sesampainya di kelas, Friska langsung duduk di tempatnya, kepalanya dia tidurkan pada meja dengan tangan yang satu menjadi bantal dan yang satunya lagi masih tetap setia memegangi perut.

"Kalo ada apa-apa, langsung telpon aku, ya," ucap Erlan sambil mengelus rambut Friska dengan lembut.

Tatapan Erlan teralihkan pada laki-laki yang duduk di belakang Friska. "Andra, gue titip Friska," katanya.

"Lo kira gue barang yang bisa lo titip-titipin," sahut Friska judas.

Erlan terkekeh geli melihat gadisnya sekarang, Andra juga ikut tertawa melihat Erlan yang pagi-pagi sudah mendapatkan serangan singa. Dulu, Andra yang sering mendapatkan sentakan dari Friska saat tamu bulanan Friska datang, tapi sejak ada Erlan, Andra tidak lagi dibentak oleh Friska saat seperti ini.

Kini Erlan tahu, bukan adiknya saja yang akan berubah menjadi singa saat sedang datang bulan, ternyata semua perempuan akan seperti itu, begitu pun dengan Silvi dahulu.

Erlan kembali mengelus rambut Friska dengan lembut, lalu tersenyum dengan tulus. Siswa-siswi yang ada di kelas menatap Friska kagum, kagum karena Friska mampu membuat cowok secuek Erlan tersenyum dengan begitu manis.

Erlan mengecup kening Friska sekilas, dan tentu saja semua orang yang ada di kelas itu melihatnya, bahkan ada yang berteriak histeris, untung saja tidak sampai pingsan.

Andra yang melihat kejadian itu hanya tersenyum sekilas, senyum yang sangat terlihat begitu dipaksakan.

Erlan melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, lalu berlalu pergi keluar dari kelas Friska.

Masih ada waktu sepuluh menit sebelum bel masuk berbunyi. Dia membuka ponselnya yang menampilkan pesan dari temannya, Ashfa.

Erlan segera menuju tempat dimana Ashfa menyuruhnya untuk menghampiri.

Di sana, di rooftop sekolah sudah terdapat teman-teman Erlan yang tersenyum melambaikan tangannya ke arah Erlan. Erlan segera berlari kecil menghampiri ketiga temannya. Mereka bersalaman layaknya remaja pada umumnya, salam gaul.

Terdalam [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang