Chapter 12

619 22 1
                                    

Hai Readers:*
Ada yang nungguin gak nih? Wkwkwkk
Maaf ya, udah bikin kalian nunggu. Aku tahu kok menunggu itu gak enak apalagi nungguin dia peka, HAHAHAA

Vote dulu ya:)

Happy Reading:*

***

Chapter 12

Jangan tersenyum seperti itu padaku, aku tidak mau jatuh kembali dalam pesonamu.

***

Erlan sudah berdiri di depan pintu rumah Friska. Tangannya bergetar saat akan mengetuk pintu tersebut. Entahlah, Erlan merasa deg-degan

Erlan berfikir dua kali sebelum mengetuk pintu itu. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dengan ragu dia mengetuk pintu itu.

Sepuluh menit berlalu, masih belum ada penghuni rumah yang membukakan pintu untuk Erlan. Erlan berjalan menuju kursi yang ada di teras rumah mewah itu, matanya menatap bel yang terpasang di tembok.

Sial! Mengapa Erlan tidak memencet bel dari tadi? Mau diketuk-ketuk sampai tangannya bengkak pun tidak akan ada yang keluar, rumah sebesar ini sudah pasti akan membuat telinga si penghuni rumah menjadi bebal.

Erlan memencet bel itu hingga tiga kali. Tidak lama kemudian, wanita paruh baya yang diyakini Erlan sebagai pembantu rumah tangga itu muncul dari sebalik pintu.

"Cari siapa?" tanyanya ramah.

"Hmm, ini bener rumahnya Friska?" tanya Erlan penuh harap jika alamat yang diberikan oleh Ashfa ini bukanlah alamat palsu.

"Iya bener. Mas ini temennya Non Friska?" tanya wanita paruh baya itu.

Erlan benar-benar tidak percaya dipanggil dengan sebutan 'Mas', apa wajahnya ini sudah kelihatan tua? Ahh, mungkin saja mata wanita paruh baya ini sudah rabun.

"Silahkan masuk, nanti saya panggilin non Friskanya," ucapnya dengan membuka pintu itu lebar-lebar.

Erlan mengangguk, dia berjalan menuju soffa yang ditunjukan oleh pembantu tadi.

Mata Erlan menatap perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik dan awet muda. Dia tersenyum manis pada Erlan. Erlan kemudian berdiri dari tempatnya dan mencium punggung tangan Rista.

"Erlan apa kabar?" tanya Rista ramah.

"Baik, Tan," jawab Erlan dengan senyum tulus. "Friskanya ada?"

"Ada di kamarnya, masuk aja," jawab Rista.

"Erlan kan baru pertama kali ke sini jadi Erlan gak tahu kamar Friska dimana, Tante bisa tolong anterin Erlan?" pinta Erlan ramah.

Rista mengangguk kemudian dia berjalan mendahului Erlan. Erlan tersenyum, Rista baik padanya, dia kemudian mengekor dibelakang Rista.

Rista menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kamar yang diyakini Erlan sebagai kamar Friska.

"Masuk gih, Tante mau lanjut bantuin Mbok masak," ucapnya.

"Makasih, Tante," ucap Erlan yang dibalas anggukan oleh Rista.

Erlan tersenyum menatap Rista yang kini sudah melangkahkan kakinya menuruni anak tangga.

Mata Erlan menemukan kertas kecil berwarna merah muda dengan gambar teddy bear yang tertempel di pintu kamar Friska. Tulisan kecil itu bukan ketikan tetapi ditulis manual oleh tangan dengan sangat rapih. "Senjaku kini terasa istimewa sejak hadirnya dirimu, meski hanya bisa menatapmu dari jauh, namun tetap saja rasanya begitu indah." Begitulah tulisan yang tertempel di pintu tersebut. Erlan tersenyum setelah membacanya, dia sangat yakin bahwa Quotes itu dari Friska untuknya. Ahh, Erlan memang terlalu percaya diri.

Terdalam [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang