Chapter 9

603 30 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca dan komentar sesudah membaca:)

Happy Reading

***

Chapter 9

Jangan menatapku seperti itu. Aku takut tenggelam dalam mata indahmu.

***

"Ternyata MPLS gak seserem kayak MOS, ya?" celetuk Mita yang sudah keluar dari aula.

Mereka berjalan menuju kantin sekolah. Hanya berdua, tanpa Andra. Tadi di aula, sepertinya Andra sedang asik mengobrol dengan beberapa teman barunya sehingga membuat Friska dan Mita tidak ingin mengganggu keseruan di antara mereka, meskipun jika Friska yang mengganggunya Andra tidak akan marah, namun, lebih baik jangan diganggu, karena sepertinya Andra sangat senang mendapatkan teman baru.

"Gak serem pala lo panjul. Lo lihat sendiri kan, gimana tadi pas gue dipermalukan di depan anak-anak?" tukas Friska kesal.

"Salah lo sendiri tidur pas pemateri lagi menjelaskan," cibir Mita.

"Gue gak tidur, cuma ngantuk doang," elak Friska. "Awas aja tuh si makhluk astral Erlan, gue bakal bikin perhitungan sama dia," gerutu Friska kesal.

"Lo ngomong apa tadi?"

Friska dan Mita sontak menghentikan langkahnya secara bersamaan saat mendengar suara dari belakangnya. Mereka berdua sangat mengenali pemilik suara itu. Friska menoleh ke belakang dan mendapati Silvi yang berdiri tepat di belakangnya dengan tangan yang dilipatkan di depan dada.

Mati gue! Batin Friska.

"Coba dong ulangi yang lo omongin," ucap Silvi, tatapannya terlihat menyeramkan.

Jika ini bukan sekolah, sudah pasti Friska mencolok bola mata Silvi yang terlihat sangat menyebalkan.

"Gue mau bikin perhitungan sama cowok lo!" Ulang Friska, suaranya naik satu oktaf.

"Masih junior sama Kakak kelas udah berani aja, ya," cibir Silvi.

Mita mengajak Friska untuk pergi dari hadapan Silvi. Percuma saja jika harus berdebat dengan Ratu Drama macam Silvi tidak akan ada ujungnya. Hanya membuang-buang waktu. Heran, Erlan kok mau sama cewek gak waras seperti Silvi, jangan-jangan Erlan dipelet sama cewek tidak waras ini.

"Lo ngapain sih geret-geret lengan gue?" Friska menepis tangan Mita yang mencekal lengannya saat mereka sudah sampai di kantin sekolah. "Gue belum selesai ngomong sama dia," rutuk Friska kesal.

"Percuma, Fris! Percuma kalo lo ngomong sama Silvi, gak akan ada ujungnya," tukas Mita.

"Biarin aja sih, Mit. Itu Nenek Sihir emang harus dilawan, kalo nggak nanti dia makin nelunjak. Lo tahu gak? Dia pernah ngatain gue itu cewek murahan," jelas Friska dengan penuh amarah.

"Murahan? Maksudnya?" tanya Mita hati-hati.

Friska duduk di bangku kosong yang ada di dekatnya, dia memesan es jeruk untuk dirinya dan Mita.

"Jadi gini...." Friska menceritakan kronologi yang terjadi antara dirinya dengan Silvi beberapa waktu lalu.

"Jadi, itu alasan lo nggak mau nganterin gue lagi ke rumahnya Ashfa?" tanya Mita setelah Friska selesai bercerita.

Sejak kejadian itu memang Friska tidak mau lagi menemani Mita untuk ke rumah Ashfa. Bukan takut, hanya saja Friska menjaga nama baiknya sendiri. Dia tidak mau mencari masalah dengan orang lain.

Terdalam [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang