Chapter 11

642 26 0
                                    

Hae kembali lagi dengan Nana cans, wkwkwkk

Ada yang nungguin ceritanya gak?

Budayakan vote sebelum membaca dan komentar sesudah membaca:)

Happy reading

***

Chapter 11

Kalau niatnya cuma singgah, lebih baik jangan memberi harap. Sebab, perasaan yang sifatnya sementara terkadang membuat luka yang kian membekas

***

Erlan berjalan menyusuri koridor kelas sepuluh. Langkahnya terhenti saat sampai di depan kelas sepuluh IPA 5. Dia berdiri menyenderkan tubuhnya di tembok sebelah pintu kelas itu.

Banyak dari siswa perempuan yang berteriak histeris saat melihat keberadaan Erlan. Namun, Erlan tidak peduli, kali ini dia harus menemui Friska. Entah mengapa sejak kemarin bertemu dan berbicara dengannya, hati Erlan berubah menjadi tenang. Bahkan, dia sudah tidak merasa sedih karena kehilangan Silvi. Seakan semua kesedihannya terhapus karena pelukan Friska.

Erlan menengok ke arah kanan dan mendapati Andra yang sedang mengobrol dengan Mita.

"Mit, dicari Ashfa, tuh." Alibi Erlan agar Mita meninggalkannya berdua dengan Andra. Sepertinya ada yang ingin Erlan bicarakan dengan Andra.

Mita tersenyum kemudian dia berpamit kepada Andra lalu pergi meninggalkan mereka.

Andra tersenyum sekilas pada Erlan. Dia hendak masuk kembali ke dalam kelasnya, namun, dengan cepat Erlan mencekal pergelangan tangan Andra.

"Friska mana?" tanya Erlan.

"Ngapain lo nyari Friska?" jawab Andra ketus.

Erlan terdiam. Dia juga tidak tahu mengapa ingin menemui gadis mungil itu.

"Friska gak masuk?" tanya Erlan lagi tanpa menjawab pertanyaan dari Andra.

"Dia sakit," jawab Andra datar.

"Sakit apa?" Erlan kembali bertanya hingga membuat Andra berdecak sebal.

"Peduli apa lo?" sinis Andra.

Erlan terdiam. Andra selalu berhasil membuat Erlan tidak bisa berbicara apa-apa, meski tidak selamanya begitu.

"Gue saranin sama lo, kalau niat lo cuma mau nyakitin Friska, mending lo jauhin dia." Andra menepuk bahu Erlan dua kali lalu pergi dari tempat itu.

Erlan mematung ditempatnya. Dia mencerna kata demi kata yang diucapkan oleh Andra.

Menyakiti Friska? Apa selama ini Erlan selalu menyakiti Friska? Erlan bahkan tidak tahu. Dia sama sekali tidak bisa memahami kalimat yang diucapkan Andra. Kalimatnya terlalu ambigu bagi Erlan.

Erlan terdiam cukup lama. Dia sama sekali tidak ada niat untuk menyakiti Friska. Apa Friska sakit karena Erlan? Erlan tidak merasa begitu, dia tidak pernah mengajak Friska bermain hujan atau jajan sembarang, lalu mengapa Andra berkata seperti itu padanya? Ahh, ini sangat membingungkan.

Erlan menggelengkan kepalanya, dia berjalan meninggalkan koridor kelas sepuluh. Tujuannya kali ini adalah kantin. Dia ingin menemui Ashfa dan berbagi keluh kesah padanya. Erlan memang mempunyai tiga sahabat, tapi yang paling sering dia jadikan tempat curhat adalah Ashfa. Bukannnya dia pilih kasih antara Ashfa, Leo, dan juga Bilal, hanya saja memang Ashfa-lah yang selalu mengerti keadaannya, Leo dan Bilal juga demikian hanya saja mereka terlalu banyak becanda daripada serius sehingga bukannya mendapat penerangan malah justru membuat Erlan kesal.

Terdalam [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang