Chapter 4

917 29 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca dan komentar sesudah membaca:)

Happy Reading

***

Chapter 4

Sahabat adalah orang yang paling tega buat ngetawain lo. Tapi dia akan menjadi orang yang paling marah jika ada yang melukai lo.

***

Ujian Nasional hampir tiba. Friska yang merupakan siswa kelas sembilan benar-benar mempersiapkan dirinya untuk menghadapi ujian. Dari mulai belajar, berolahraga dan menjaga pola makannya sudah dia lakukan. Dia tidak mau jika nanti tubuhnya tidak fit saat menghadapi ujian, hal itu akan membuat konsentrasinya dalam mengerjakan soal menurun.

Malam demi malam Friska lewati dengan membaca buku serta berlatih soal-soal terutama pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan alam. Friska tidak mau membuat sang Bunda kecewa, sehingga nilai Ujian Nasionalnya harus maksimal, minimal tidak memalukan. Terlebih lagi dirinya dikenal sebagai siswa yang nakal, sering terlambat dan terkadang bolos jam pelajaran. Hal itu membuat Friska tertinggal berbagai materi pelajaran. Friska bolos jam pelajaran karena memang harus menjalankan tugas ekskulnya, dia terkadang lupa untuk meminta izin sehingga guru lebih sering menulisnya bolos di jurnal kelasnya. Meski sejak duduk di bangku kelas sembilan ini Friska sudah tidak lagi aktif dalam ekskul PMR, dia masih sering bolos jam pelajaran untuk sekedar tidur di UKS. Bagi Friska, UKS adalah rumah keduanya.

Kini jam menunjukan pukul sepuluh malam, matanya masih membaca buku. Rasa kantuk mulai menghampirinya, namun Friska tetap memaksakan dirinya untuk terus belajar.

Bunda Rista masuk ke dalam kamar putrinya dan mendapati Friska yang sudah terlelap di tempat belajarnya. Rista mengambil selimut untuk menyelimuti tubuh putrinya agar tidak kedinginan. Rista pun mematikan lampu belajar yang masih menyala. Dia mencium kening Friska cukup lama lalu kembali menutup pintu kamar Friska.

"Hoam...." Friska menguap beberapa kali setelah terbangun dari tidur nyenyaknya.

Matanya melirik jam dinding, pukul empat pagi. Segera ia menaruh selimut ke atas tempat tidurnya. Friska melangkahkan kakinya malas menuruni satu persatu anak tangga. Yang dituju sekarang adalah dapur. Tenggorokannya terasa kering. Friska mengambil segelas air putih dan meneguknya habis.

"Lesu banget kamu, Fris," ucap sang Bunda yang sedang menyiapkan sarapan.

"Hoam...." Friska kembali menguap, dia meletakkan kepalanya di atas meja, matanya terpejam.

"Shalat subuh dulu sana." Rista mengelus rambut putrinya lembut.

Friska segera bangkit melangkahkan kakinya malas. Dia kembali menaiki satu persatu anak tangga.

Selesai shalat, Friska bersiap-siap menggunakan seragam sekolah. Dia pun keluar kamarnya dan menuruni tangga menuju ruang makan. Di sana sudah ada Raka dan juga Rista --- orang tua Friska, yang tengah menyantap sarapan paginya.

Friska mengambil selembar roti dan mengoleskannya dengan selai nanas kesukaannya. Dia meneguk habis segelas susu setelah menghabiskan rotinya.

Friska mencium punggung tangan kedua orang tuanya lalu berlalu pergi menuju keluar pintu. Di depan gerbang rumahnya sudah ada cowok yang biasa berangkat sekolah bersamanya. Cowok itu masih berada di dalam mobilnya.

Segera dia menghampiri cowok itu, "Ayo berangkat," ucap Friska saat sudah duduk di samping Andra.

Andra tersenyum tipis kemudian mulai melajukan mobilnya.

Terdalam [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang