Chapter 23

521 15 0
                                    

Ikuti terus kelanjutan kisahnya:)

Selamat membaca:)

***

Chapter 23

Tanpa kamu sadari, ada hati yang terluka saat kita bersama.

***

Pagi ini Friska merasa sangat bersemangat untuk bersekolah. Dia tidak sabar untuk bertemu dengan kekasihnya. Memang setiap hari dia selalu bertemu dengan Erlan tapi untuk hari ini terasa berbeda. Mengingat status mereka yang kini bukan sahabat lagi melainkan sepasang kekasih baru yang tengah dimabuk asmara. Friska juga tidak sabar untuk menceritakan hubungannya dengan Erlan kepada sahabatnya sejak kecil, Andra.

Karena terlalu bersemangat Friska sampai tidak menyempatkan waktu untuk sarapan, dia langsung keluar dari kamarnya dan berpamitan kepada kedua orang tuanya.

"Tumben anak Bunda jam segini udah rapih."

"Ah, bunda suka gitu, deh. Friska jam segini udah rapih salah, Friska jam segini masih tidur lebih salah lagi," rajuk Friska.

"Hahaha, bunda kamu emang suka gitu. Udah sini sayang sarapan dulu," ajak Raka.

"Nggak deh, Ayah. Friska langsung berangkat langsung aja ya, Bun, Yah," ucap Friska.

"Sarapan dulu, Friska." Rista memperingati putrinya.

Friska mencium punggung tangan Ayah dan Bundanya kemudian langsung berjalan keluar pintu tanpa menghiraukan kedua orang tuanya yang sedari tadi menyuruhnya untuk sarapan terlebih dahulu.

"Pagi sayang," sapa seorang cowok yang berdiri di dekat motornya dengan menggunakan jaket berwarna biru dongker.

"Erlan," ucap Friska dengan girang. Friska tidak tahu jika Erlan akan menjemputnya pagi ini. Ini terlalu tiba-tiba bagi Friska.

"Udah siap berangkat?"

"Tapi...." Friska sempat berfikir sejenak.

"Kenapa?"

"Eh, enggak, ayo kita berangkat."

Erlan memakaikan Friska helm berwarna merah muda yang sengaja dia bawakan untuk Friska. Helm itu Erlan pinjam dengan cara memaksa pada adiknya, Alma.

Friska naik ke atas motor dan memeluk pinggang Erlan dengan erat. Dia benar-benar merasa bahagia. Friska tidak ingin jika kebahagiaannya itu hanyalah sesaat. Friskaa begitu mencintai Erlan, apapun akan Friska lakukan agar bisa terus bersama Erlan.

"Meluknya erat banget. Takut jatuh atau modus, nih?" goda Erlan.

"Takut kamu ninggalin aku."

"Cie, yang takut kehilangan aku," cibir Erlan membuat Friska mendengkus kesal.

"Aku serius! Aku takut kehilangan kamu," jawab Friska kesal karena Erlan yang tidak pernah bisa serius dengan ucapannya.

"Aku nggak akan pernah ninggalin kamu, Friska sayang."

Friska tersenyum simpul mendengar Erlan memanggilnya dengan sebutan 'Sayang' bagi Friska ini adalah hal yang istimewa mengingat sifat Erlan yang selalu dingin pada cewek lain.

"Janji?"

"Iya, aku janji sama kamu, Sayang."

Friska semakin mempererat pelukannya, dia yakin Erlan akan menepati janjinya.

Terdalam [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang