Chapter 16

593 20 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca dan komentar sesudah membaca:)

Selamat membaca:)

***

Chapter 16

Kamu ngeselin, tapi ngeselinnya itu bukan bikin benci, melainkan bikin tambah sayang.

***

Selesai berseragam dan menyantap habis sarapannya, Friska berjalan menuju ke luar gerbang rumah. Di sana sudah ada motor ninja berwarna merah dengan pengendara yang memakai jaket hitam serta helm full face-nya.

Friska mengamati pria yang masih terduduk di atas motor itu. Wajahnya yang tertutup rapat oleh helm membuat Friska tidak dapat mengenali siapa pria itu.

Friska hendak masuk kembali ke rumahnya karena dia takut jika pria dengan pakaian tertutup itu adalah penculik, namun suara dingin dari si pemilik motor membuat Friska menghentikan langkahnya.

"Mau kemana?" Pria itu menghampiri Friska.

"Kayak kenal sama nih suara. Tapi suara siapa ya?" tanya Friska pada dirinya sendiri. "Suaranya Iqbaal Ramadhan? Ah, perasaan suaranya Iqbaal nggak jelek kayak gini. Suaranya Harris J? Ah gak mungkin, suaranya Harris J, kan, nggak false kayak gini. Ini suara tuh lebih mirip kayak suaranya Mimiperi, eh, bukan mirip sih tapi emang sama," celoteh Friska.

"Udah ngomongnya?" tanya Erlan masih dengan nada dingin.

Sorot mata tajam Erlan menatap Friska tanpa ampun. Friska yang ditatap seperti ini hanya cengar-cengir kuda tanpa merasa bersalah karena telah menghina Erlan tadi. Friska tidak takut sama sekali dengan Erlan, toh mereka sama-sama manusia, sama-sama makan nasi juga.

"Udah puas ngejek gue?" tanya Erlan lagi dengan sorot mata yang menyeramkan bagi Friska, namun masih tetap membuat nyali gadis itu menciut sedikit pun.

"Lo ngapain pagi-pagi udah ada di sini?" tanya Friska mengalihkan pembicaraan.

"Ngelamar lo," jawab Erlan enteng.

Friska memukul bahu Erlan, tentunya dengan pukulan yang pelan, dia masih waras untuk tidak menyakiti tangannya sendiri.

"Gue serius!" ketus Friska.

"Gue juga serius ngelamar lo."

Untuk kesekian kalinya Friska memutar bola matanya malas mendengarkan gombalan receh cowok itu. Friska tahu, laki-laki seperti Erlan tidak pernah serius dalam berucap, dan mungkin Erlan mengatakan ini bukan hanya pada Friska melainkan pada semua perempuan yang ada di dunia ini.

"Gue ke sini mau jemput lo buat jadi makmum gue, lo mau kan?" Erlan mengedipkan sebelah matanya genit berusaha menggoda Friska.

"Erlan!" gumam Friska, dia menggigit bibir bawahnya berusaha menyembunyikan salah tingkahnya.

Meski Friska tidak percaya dengan omongan Erlan, tetap saja Friska merasa salah tingkah saat Erlan menggodanya. Ah, cewek memang gitu, gampang tergoda dengan kata manis dari buaya.

"Gue ke sini mau jemput lo," jelas Erlan.

"Gue berangkat bareng Andra," tukas Friska cepat.

"Lo tenang aja, gue udah ngomong Andra buat gak jemput lo hari ini."

"Tapi, Lan---"

"Gak ada tapi-tapian," potong Erlan cepat. "Gue gak butuh penolakan!" tegasnya.

"Pemaksaan lo," ucap Friska kesal.

Terdalam [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang