47--🍒Percayalah🍒

2.3K 47 0
                                    


Senyuman penenang itu selalu terbit disetiap detik silih berganti. Mata yang sayup yang menatap hanya pada titik kehidupan walau dalam kesengsaraan.

Tangannya mengusap kepala seseorang itu yang cukup berpengaruh dalam hidupnya, seseorang yang kini terbaring lemah di atas bankar sebuah RS. Airmata yang senantiasa mengalir terus mengucapkan janji ia takkan pernah sekalipun berakhir.

"Sayang..waktunya seka," Mata itu terbuka menatap kearah seorang wanita sekaligus ibu dari putra-putrinya.

Rohana tersenyum seraya menahan airmatanya agar tak menetes. Dengan menggenggam tangannya yang dingin itu.

"Kakak nggak apa-apa, sayang." Dan pertahanan tangisnya itu sudah hancur, Rohana terisak dengan tubuhnya bergetar. Irfan tersenyum seraya menghapus airmata Rohana dengan lembut membawa istrinya itu kedalam pelukannya.

"Hiks hikss kakak kenapa sih harus sakit gini. Adek kesepian.." Sekali lagi Irfan tersenyum lalu bangkit dari rebahan nya sembari mendudukkan Rohana diatas pangkuannya.

"Adek jangan nangis sayang, jelek banget tahu nggak,"

"Kakak ih jahat banget.. Ini Gara-gara kakak tahu nggak, kakak sih adek bilangin jangan sampai sakit. Kenapa sekarang sakit!" Pria itu menepuk pundak Rohana menenangkan.

"Siapa yang tahu dek. Semuanya kehendak Allah baik ia inginkan hambanya sakit atau bahkan meninggalkan dunia. Itu semua diluar keinginan manusia,namun sebenarnya sesuatu itulah yang semakin mendekatkan kita pada sang pencipta.." Irfan mengusap wajah Rohana lalu mengecup keningnya.

"Sekarang kakak lagi sakit mungkin suatu saat nanti adek yang sakit. Misalnya kakak udah nggak ada jangan sampai adek menyalahkan diri ataupun takdir, semuanya berpulang pada Allah." Rohana yang menangis dalam pelukan Irfan semakin mengeratkan pelukannya dan sesekali memukul dada yang lemah itu.

"Kakak jangan ngomong gitu. Selamanya kita bersama, adek mau nanti terus bersama kakak biar adek nggak rindu kalau sendiri,,"

"Adek nggak sendiri sayang, ada duo Arsie sama Ikhwan."

Rohana menggelengkan kepalanya lesu. "Rasanya beda kak, nggak sama. Masa nanti adek minta dipeluknya sama anak kan adek malu.." Irfan terkekeh pelan. Istrinya memang pemalu.

"Iya dekku, jangan nangis lagi ya.." Tak ada jawaban, Irfan kemudian tersenyum manis. Istrinya itu rupanya tertidur dengan airmata nya yang membekas di pipi. Irfan mengusap wajah Rohana dan memeluk istrinya itu seerat mungkin.

"Percayalah dekku. Suasana yang sepi kayak gini yang lebih menyiksa daripada kemiskinan itu tak mungkin banyak semua orang sadari. Dan puisi kasih diantara kita ada agar tak merintih menahan kepedihan dan menyisih segera."

Irfan berbaring dengan masih memeluk Rohana. Mereka berbaring bersama dalam satu bankar dengan Rohana yang tertidur damai dan Irfan yang terus menatap wajah wanitanya itu sembari bernyanyi indah yang tenang.

"-Dengarkan lah suara hati, moga adek mampu mengerti. Cinta hadir tanpa kurasa simpatiii. Percayalah kasih yang lama tersulam diruang paling dalam, terlalu jauh tak terselam. Kuakui dugaan datang dan pergi, rela kita hadapi dengan harapan suci. Doa bersemii🎶🎶..
-Kasih bagaikan surya yang hadir persis ombak memukul ke sisir, bimbang cinta terusik.. Karena rindu pastikan lahir, airmata setia mengalir, berjanjilah kita tak mungkin berakhir🎶🎶.."

Dua hari sebelumnya Irfan harus dibawa kerumah sakit karena terkena sebuah jangkitan penyakit Demam berdarah disertai mimisan darah cair. Dan membutuhkan perawatan dari pihak RS selama dua minggu. Rohana yang senantiasa menemani sang suami dengan ketiga anak mereka yang berada dirumah nenek-nenek nya. Ikhwan si bungsu sempat mengundurkan hari pernikahannya karena itu dan duo Arsie yang berada diluar negeri sudah kembali setelah mendengar kabar abi mereka. Dan tinggal sementara dirumah nenek. Dan selalu menjenguk abi mereka dengan membawa senyuman guna membuat umi mereka tersenyum dan tertawa.

Setelah Irfan lemah di atas bankar Rohana hanya tersenyum seadanya dan tak seperti biasanya. Itu juga sempat membuat Irfan khawatir saat Rohana mencoba untuk bunuh diri namun untungnya Irfan selalu punya cara dengan meyakinkan serta menyayangi istrinya tercinta.

"Dek dek yang tadi katanya mau seka tubuh kakak malah tidur kayak gini. Istri kakak yang kuat,," Irfan mencium sekilas bibir Rohana yang sedikit terbuka saking lelapnya.

"Wajah kekasih kakak, tulang rusuk kakak, surganya kakak.."










ueeekkkk😭😭😭
Auto nggak kuat lagii, sedih banget iyain deh😌 Ini this Life😢😢😢 yang kuat ya readerku ini hanya sementara😭😭😭
Next nak next nakk..
↔↕↔
Next Chapter😊😊😊

KITA UDAH SAH |TAMAT| ||SUDAH TERBIT|| (OPEN PO EPS PUBLISHING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang