Malam ini Bryan mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, membelah jalanan Ibu Kota yang sudah sangat sepi kendaraan, pikirannya melayang, memikirkan gadis yang tadi pagi ia temui di lapangan basket sekolah, Bryan sangat mengenali dengan jelas, namun rupanya ketertarikan mulai tersuguhi dengan jelas.
"Angela Putri anak IPA 2, gue pernah denger nama itu keluar dari mulut nya Dion sewaktu gue ngerjain tugas bareng sama dia" ucapan Dika terus terngiang-ngiang di otaknya.
Pukul sudah menunjukan jam 2 pagi, Bryan menyalakan klakson mobilnya beberapa kali sampai sampai pagar tinggi itu terbuka lebar menampilkan pria paruh baya yang menyilahkan Bryan masuk. Bryan turun dari mobil dan berjalan menuju pintu utama rumahnya, keadaan yang gelap gulita seketika lampu manyala terang.
"Jangan pulang aja sekalian!"
Anggara menatap anak sulungnya dengan tajam, Bryan terdiam tanpa sepatah kata pun, Bryan sudah biasa pulang tengah malam atau pun hampir pagi seperti ini, kenapa hari ini pria paruh baya itu marah?
"Kamu kenapa sampai berantem di sekolah?"
Bryan tidak menjawab apapun, ia hanya diam dan menundukkan kepalanya.
"Kenapa tidak cerita bahwa Endrick menghubungimu dan perusahaan yang di pegang Endrick bermasalah?"
Bryan mengangkat kepalanya dan menatap Anggara lekat.
"Aku bisa menyelesaikannya sendiri."
"Tentu saja kamu tidak bisa, yasudah bahas ini nanti, sekarang kamu ke atas, bersihkan semua lukamu"
Anggara berbalik dan berjalan meninggalkan anaknya yang masih diam mematung, Anggara sangat memahami keadaan anaknya, Anggara tidak masalah dengan pergaulan Bryan, asal tidak membuat onar dan tidak membuat malu keluarga itu sudah lebih dari cukup.
Suasana pagi hari yang terlihat kaku, terlihat Bryan memakai topi nya untuk menutupi mata nya yang membiru, Anggara melipat korannya ketika wanita paruh baya yang berjalan mendekati Anggara, menyodorkan kopi di depan ke depan suaminya dan duduk berhadap-hadapan dengan Bryan.
"Enggak usah di tutupin gitu, mamah udah tau," ucap Amel sambil mengolesi selai cokelat ke roti untuk suaminya.
Bryan tidak bergeming, ia membuka topi dan ia letakkan di meja makan.
"SELAMAT PAGI SEMUA!" Aldo, adik dari Bryan menuruni anak tangga dan menghampiri kedua orang tuanya dan abangnya yang tengah berkumpul di meja makan.
"Turun ke jalan kok enggak ngajak-ngajak gue," ucap Aldo asal sambil mendudukan bokongnya di kursi samping Bryan.
Seketika Amel menatap tajam anak bungsunya, dan menyodorkan segelas susu.
"Kamu bang, kalo ada apa-apa tuh bilang. Jangan sampai kejadian ini terulang lagi"
Aldo hanya diam dan fokus pada roti yang sedang berhadapan dengan nya di atas piring. Aldo melirik ayahnya dan Bryan bergantian dengan mulut yang mengunyah roti.
"Iya." Bryan berdiri dan menyalimi kedua orang tua nya.
Anggara membuang nafas nya lelah ketika melihat Bryan pergi begitu saja.
"Ada apa sih?" tanya Aldo pada Anggara dan Amel.
"Kamu akan tau apa yang abang kamu lakukan, cepat habiskan sarapanmu dan berangkat sekolah," ucap Anggara dengan tegas, Aldo menatap Amel dengan tatapan minta di kasihani membuat Amel sedikit terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE KILLER BOYFRIEND [END]
Teen Fiction📌 KEJAR TAYANG !! Isn't it sad when you get hurt so much, you can finally say "I'm used to it"