"Angel bangun kamu!" teriak Melinda dari luar kamar Angel. Anak ini memang sangat susah bangun pagi, berangkat sekolah selalu telat. Mang Jajang sebangai penjaga gerbang pun sudah kebal dengan bujuk rayu Angel kalau minta dibukakan gerbang.
"Iyaa bunda, aku udah bangun kok!" ucap Angel yang baru membuka matanya.
"Huftt padahal gue baru tidur dua jam, masih sepet ini mata," grutunya.
Situasi di meja makan seperti biasa, hanya Angel seorang yang belum sarapan. Waktu menunjukan pukul setengah delapan lewat dan dia masih santai menikmati sarapannya.
"Bunda, abang tahun ini nggak pulang?" tanyanya seraya mengunyah roti selai cokelat kesukaannya.
"Kan kamu yang sering ngehubungi abang dek, tanya dong," jawab Melinda sambil mencuci piring.
"Hp abang jatoh nda dari Apart temennya lantai 20, belom beli lagi. Soalnya terakhir kali abang ngasih kabar ke aku pake hp temennya,"
"Yaudah tunggu aja, sekarang kamu berangkat udah jam 8 tuh liat," ucapnya sambil bertolak pinggang.
Angel yang mendengar langsung menoleh ke dinding tempat jam itu berada. Ia kaget minggu lalu udah dapet teguran. Masa iya minggu sekarang dapet lagi ceramah BK lagi.
"Astaga bunda, Angel telat!!" pekiknya sambil bergegas memakai sepatu dan tasnya.
"Angel berangkat. Assalamualaikum."
Angel mencium punggung tangan Melinda cepat dan berlari ke luar untuk mencari angkot.
Sampai sekolah, benar saja gerbang sudah tertutup rapat dan mang Jajang tidak ada di tempatnya. "Yaelah si Mamang pasti lagi makan nih di kantin, aduh gue masuk masa lewat belakang. Kan kudu manjat. Gue kan gak bisa manjat," grutunya. Dan tiba-tiba Mang Jajang menghampirinya dengan wajah yang sulit diartikan.
"Telat lagi Neng? apa lagi alesannya, mamang tuh cape Neng," ucap Mang Jajang frustasi seraya membuka kunci gerbang dan didorongnya sedikit agar Angel cepat masuk.
Angel menyengir lebar membuat deretan giginya terlihat sempurna.
"Hehe, maaf ya Mang, aku semalem nonton Drama, Jadi telat lagi" adunya.
"Yaudah sana masuk, kurang baik apa saya Neng" kata mang Jajang sambil menghela nafas nya.
"Makasih mang, besok kalo Angel telat bukain lagi ya. Tanpa ngomel, tanggal 24 bulan Juni aku ultah. Jadi kadonya cukup Mamang bukain gerbang kalo aku telat, tanpa omelan oke?" pintanya.
"Udah-udahh terserah, Mamang cape sana kekelas cepet, kamu udah ketinggalan satu jam pelajaran," usir Mang Jajang kesal.
Angel menelusuri koridor sekolah yang sepi, ketika sampai di depan lapangan dia melihat, cowok ganteng, cool, tapi bandel nya enggak ketulungan sampai membuatnya menggidik ngeri dengan tatapan dingin nya sedang bermain basket sendirian. Angel sempat terdiam memandangi cowok itu.
"Ngapain dia di jam pelajaran begini main basket, apa gak diomelin?" herannya. Tiba tiba cowok itu menghentikan aktivitas nya dan menatap balik Angel dengan tatapan tajam nya, sontak Angel langsung berbalik dan berjalan cepat meninggalkan lapangan menuju kelasnya.
Sampai di kelas, tanpa permisi ia masuk dan duduk di kursinya. Sungguh tadi adalah keberuntungan yang tidak beruntung, ia takut untuk berurusan sama cowok itu. Apalagi sampai cowok itu mengenalnya. Aduhh gak kebayang bagimana.
"Kenapa lo kaya orang kesetanan?" tanya Gabby sahabat Angel dari orok plus teman duduknya dari TK, kalau di bilang bosen, tentu saja, tapi, kalau duduk dengan yang lain ia merasa terpisahkan. Sungguh dramatis bukan.
Angel menatap Gabby dalam sambil mengatur nafas nya.
"By, lo tau nggak tadi pas gue lewat lapangan, gue ngeliat cowok itu lagi main basket. Terus dia natap gue serem banget" kata Angel sambil menghentak-hentakan kaki nya.
"Cowok? Siapa?" tanya Gabby bingung. Angel memang kalau bercerita tidak pernah jelas, dan sepotong-sepotong bikin emosi yang ada.
"Cowok yang di kantin waktu itu By" ucap nya kesal.
"Ohh, Bryan" kata Gabby yang mengingat jelas.
"Namanya Bryan Anggara, Ngel, dia itu ketua Maxle," lanjutnya.
"Ketua Geng?" tanya Angel.
"Gak tau dehh, pokoknya gitu. Maxle kan geng turun-temurun gitu katanya setau gue, lo suka sama dia?" selidik gabby penasaran
"Suka, tapi gak jadi dehh, gue takut," jawabnya lemas.
"Bryan nggak galak Angel, gue kenal salah satu temennya, si bimo juga kan temennya Bryan, anak Maxle juga," ungkap Gabby.
"Serem kali By," ucap Angel sambil menggidikan badannya.
"Oh, pantes waktu itu Bimo dateng ke sekolah mukanya ada luka lebam. Jangan-jangan dia tawuran lagi. Tuh kan By dia itu geng yang meresahkan," tuduhnya.
Gabby dengan cepat memukul bahu Angel dengan buku yang ia pegang.
"Enggak boleh suuzon sama orang Ngel, gak baik ih!"
"Lo baru denger cerita dari orang aja udah pikir yang belom tentu bener," ucap gabby sebal.
"Udah nih, kerjain. Telat mulu lo, kirain gue lo nggak masuk," lanjutnya Gabby sambil menyodor kan buku tulis nya, Angel hanya nyengir-nyengir tidak jelas.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi semua warga SMA Dantanegara berhamburan ke luar, tadi Gabby satu pelajaran terakhir izin pulang karna harus mengantar orang tuanya ke bandara, jadi hari ini Angel pulang sendirian.
Ketika Angel ingin menuruni tangga, tiba-tiba ia tidak sengaja berpapasan dengan Bryan, ia sontak menundukan kepalanya ketika ingat Bryan ini cowok berbahaya menurutnya.
"Tunggu!" satu kata yang membuat Angel stak, Angel berhenti tak bergeraak. Jantungnya berdegub kencang, ia takut.
"Segitunya lo sama gue?" suara bariton itu sangat terdengar jelas di kuping nya. Angel memejamkan matanya, dan meremas roknya kuat.
"Angela!" Angel sontak menatap Bryan ketika namanya terpanggil.
"A..anu, gue.. emm.. gue.. gue biasa aja," ucapnya sambil menormalkan badannya.
"Terus kenapa nunduk? tadi pagi lo berani natap gue waktu main basket?" tanya Bryan membuat Angel tidak bisa menjawab lagi.
"Lo tau nama gue?" tanya Bryan cepat dan di angguki oleh Angel.
Bryan langsung berbalik dan berjalan meninggalkan Angel yang masih mematung, Angel menatap punggung kokok Bryan dengan tatapan bingung nya.
"Kenapa dia langsung pergi? Apa jangan-jangan gue mau di teror? Aaaa... Gak nggak stay positive. Gak boleh suuzon," ucap Angel pelan dan meneruskan jalannya cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE KILLER BOYFRIEND [END]
Teen Fiction📌 KEJAR TAYANG !! Isn't it sad when you get hurt so much, you can finally say "I'm used to it"