Bryan berjanji hari ini akan mengajak Angel untuk ke rumah nya, Bryan mengakui bahwa ia sangat merindukan kekasih nya itu, semenjak Gladis tinggal di Indonesia, ia lebih banyak mengabiskan waktu dengan nya, dan juga ia merasa Gladis ini tanggung jawab nya.
Perkataan Aldo tidak salah, kalau fokus utama Bryan adalah Gladis, tanpa ia sadari ucapan adik nya malam itu membuat hati dan otak nya bekerja keras, ia egois, tidak bisa berlaku adil.
Pagi hari Angel sudah siap dengan pakaian rumahan nya, turun menuju meja makan, di sana sudah ada abang nya yang sedang memakan sarapan nya.
"Ayah, bunda kemana bang?" tanya Angel, lalu duduk di samping Ferdi.
"Bunda tuh lagi nyiram bunga di depan, kalo ayah, di taman belakang lagi olahraga" jawab nya.
Angel hanya mengangguk kan kepala nya, aktivitas pagi di hari minggu memang menyenangkan, bagi mereka yang aktif.
Angel sesekali menguap sambil memakan roti bakar yang tersedia, dan meminun susu nya sampai habis. Ferdi menggeleng melihat tingkah adik nya itu, sungguh menggemaskan.
"Tumben udah mandi" ucap Melinda ketika melihat Angel yang sudah segar, "Biasanya turun ke bawah muka masih kucel" lanjut nya sambil mencuci tangan nya.
"Bryan mau ngajak aku ke rumah nya bun" jawab nya senang.
"Udah enggak sibuk emang tuh dia" ledek Ferdi, dan di hadiahi tatapan tajam sang bunda.
"Pantes udah cantik, anak bunda"
Angel tersenyum manis, ia merasa senang pagi ini, Bryan semalam menelpon nya, ia banyak bercerita kesibukan-kesibukan nya, sampai Angel mengurungkan diri untuk menanyakan bersama siapa ia pergi kemarin.
Bel rumah berbunyi, Angel segera bangkit dari duduk nya dan berlari ke arah pintu, ia membuka nya dengan sekali hentakan.
Angel melihat seseorang tersenyum hangat kepada nya, Angel langsung membuang nafas nya kasar.
"Je, kirain gue Bryan" ucap nya lemas.
"Emang udah baikan?" tanya nya.
"Emang nya siapa yang marahan, yaudah masuk"
Angel menyilah kan Je masuk.
"Bang" sapa Je pada Ferdi.
"Akhir nya lo dateng juga Je, bentar gue panggilin ayah bunda gue dulu"
Ferdi pergi ke belakang dengan cepat.
"Duduk napa lo, jangan berdiri mulu" ucap Angel datang dengan nampan di tangan nya.
Angel meletakkan minuman dan cemilan ke atas meja, dan menyimpan nampan nya ke bawah meja, Angel sontak menoleh ketika mendengar keributan yang suaranya makin lama terdengan makin mendekat.
"Astagaa Jean, anak ibu" Melindak sontak langsung memeluk Je dengan erat, "Kamu kemana saja si Je" ucap nya dengan suara bergetar.
Je membalas pelukan Melinda, ia merindukan pelukan ini, pelukan yang sama persis dengan mendiang ibunda nya.
"Kamu kemana? Menghilang begitu saja nak" tanya Abraham di samping nya.
Melinda melepaskan pelukan nya, Je langsung memeluk Abraham erat.
"Pak, maafin Jean, udah pergi begitu aja" ucap Je menyesal.
Abraham menepuk-nepuk bahu Je menenang kan. "Udah, yang penting kamu ternyata masih sehat, bapak masih bisa melihat kamu" ucap nya haru.
Suasana menjadi haru, Je menceritakan semua yang terjadi selepas kedua orang tua nya meninggal, ia sangat terpukul hinggal memilih meninggal kan semua nya dan hidup sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE KILLER BOYFRIEND [END]
Teen Fiction📌 KEJAR TAYANG !! Isn't it sad when you get hurt so much, you can finally say "I'm used to it"