"Bang ke maxle alex ada di marih"
Bryan dengan cepat melompat dari kasur nya, menyambar jaket yang menggantung dan kunci motor bersamaan, ia dengan langkah seribu menuruni anak tangga.
"Bang, makan malam dulu" teriak Amel ketika mendapati Bryan yang baru saja turun.
"Nanti, aku pergi" Bryan membuka pintu dengan sekali hentakan dan tidak menutupnya lagi.
"Kebiasaan banget si" gumam Amel sambil menggelengkan kepalanya.
Bryan menggendarai motornya dengan kecepatan penuh, sudah dua hari ini ia tidak mengendarai motor kesayangannya, setiap hari sabtu dan minggu ia pasti membawa mobilnya untuk ke kantor, pengecekan mingguan Maxle ia sudah serahkan ke Dika tangan kanannya.
Sampai di depan Camp, ia melihat seseorang sudah tergeletak tak berdaya di tanah, yaa siapa lagi kalau bukan Alex. Bryan menghampiri teman-temannya yang berjaga menghalangi pintu masuk.
"Ngapain lo? mau mati?" tegas Bryan, Dika keluar dari Camp ketika mendengar suara Bryan di luar, ia menepuk pundak Bryan pelan, "Mau pamit katanya" ucap Dika. Bryan menatap Alex dalam.
"Yaelah Yan, udah apa jangan iket gue begini, serasa maling ke gep warga gue" ucap Alex sambil meronta-ronta mencoba melepas ikatan tangannya.
"Apa mau lo?" tanya Bryan ketus.
"Di bilang mau pamit kan, gue mau sekalian minta maap" ucap Alex gregetan.
"Mao mati lo?" tanya Dika sambil tersenyum miring.
"Ett deh, jangan gitu napa, gue mau pindah kewarganegaraan bang, merusin perusahaan om gue"
"Ehhh kali, gue mah udah seneng banget" cetus Dika.
"Bawa ke dalem" suruh Bryan.
Sekarang mereka berada di ruang tamu Camp, tatapan tajam semua menuju pada Alex yang sedang berkaca, mengacai wajahnya yang penuh lebam.
"Lo si lahh, gue kesini kan bae-bae, ngapa jadi di keroyok si, ganteng gue jadi ketutupan sama bonyok nih" omelnya.
"Ngomel lo?" tanya Joel ketus.
"Salah siapa dadakan kaya tahu bulat, kira gue lo dateng mau nyerang" ucap Gun menaruh satu gelas air putih di depan Alex.
"Aer putih doang? kaga ada sirop gitu ato aer rasa-rasa?" tanya alex sambil menaruh kacanya di meja.
"Sok ganteng banget lo, udah sukur Bryan mau jamu lo, kalo gue si ogah amattt" ucap Bima ketus.
"Diem"
"Maksud dan kedatangan?" tanya Bryan datar."Emmm.. bentar minum dulu" Alex meneguk air putih sampai tandas tak tersisa. Di keroyok memang banyak membuang cairan. "Jadi gini Yan, gue kesini mau minta maaf atas kejadian setaun yang lalu, sama lo, sama Maxle, dan Danta juga. Gue mau ngurang-ngurangin musuh sebelum ke Amrik" jelas Alex.
"Lalu?" tanya bryan.
"Lalu?, ya pokoknya intinya gue minta maaf, atas kejadian dulu sumpah gue ngelakuinnya di antara sadar dan tidak sadar" lanjut nya.
"Enak banget lo ngucap maap, Bryan hampir mati, lo gampang banget minta maap" omel Dika tak terima.
"Pikiran gue meleset, gue kira lo bisa menghindar, biasanya kan begitu, lah ini mah kagaa" bela Alex, "Gue juga minta maaf atas nama BF juga, Adek gue emang emosian, gue juga kadang gedek ama dia" lanjutnya.
"Emmm.."
"Emm apa Yan? maapin kaga?"
"Yaa" ucap Bryan singkat. Alex tersenyum lebar spontan berdiri dan mengulurkan tangan nya ke depan Bryan, bukan membalas jabatan tangan Alex, Bryan malah menonjok pipi kiri Alex hingga ia terhuyung jatuh ke sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE KILLER BOYFRIEND [END]
Teen Fiction📌 KEJAR TAYANG !! Isn't it sad when you get hurt so much, you can finally say "I'm used to it"