"Hallo Bryan" suara serak dari sebrang sana.
Pukul menunjukan tengah malam, Bryan berdecak kesal ketika menerim telpon dari seseorang yang ia sangat benci.
"Apa kabar nak?" tanya nya.
"Kenapa? Paman tau kan disini jam berapa?" tanya Bryan dingin. Pria tua bangka itu kebanyakan basa-basi.
"Iya, maafkan paman mengganggu mu, hanya saja paman mendapatkan kabar bawa kamu mencampakkan Gladis. Apa benar?"
Bryan mengendus kesal, semua menjadikan nya semakin rumit. Kenapa Gladis sampai berbicara kepada Endrick? Bukan nya Gladis tidak mau akan perjodohan ini awal nya?.
"Aku tidak mencampakkan nya" jawab Bryan.
"Apa kamu masih bersama gadis yang mendatangi kantor mu beberapa bulan lalu?
"Ada masalah dengan itu?" tanya Bryan datar.
"Ingat nak, kamu sudah mempunyai tunangan" tutur nya.
"Tunangan? Itu kemauan paman kan? Jangan ikut campur urusan pribadi ku juga"
"Tidak bisa begitu Bryan, hargai tunangan mu, kau akan menikah dengan dia nanti nya"
"Kurang apa lagi? Kau menyuruh ku bertunangan dengan Gladis, iya, aku lakukan, tapi sekarang, menikah dengan nya? Tidak, tidak akan pernah"
Bryan emosi dengan sikap Endrick yang semau nya, ia sangat tidak memikirkan kondisi Bryan yang saat ini. Kondisi mental dan fisik nya. Ia sudah sangat lelah.
"Tidak bisa Bryan, kau sudah tanda tangan kontrak dengan Mr. Jack. Kau mau perusahaan kita gulung tikar?"
"Stop mempermainkan hidup ku paman!!" tekan Bryan dengan nada datar dan menusuk.
"Aku tau akal busuk di balik otak tua mu itu, lagi pun, orang tua ku tidak akan setuju. Paman, aku mohon berhenti, kasihan Gladis menderita akibat ulah kalian" ucap Bryan, ia sudah tidak tau gimana lagi untuk untuk menyadarkan si tua bangka ini.
"Kalau tidak mau melihat Gladis menderita, nikahkan dia!"
"Orang tua mu tidak akan bisa berbuat apapun Bryan. Perjanjian tetaplah perjanjian"
"Minggu depan paman pulang ke Indonesia bersama Jack, untuk membicarakan masalah pernikahan kalian"
"PERSETAN DENGAN PERNIKAHAN, AKU TETAP TIDAK MAU!!"
Bryan memutuskan panggilan sepihak, deru nafas nya tak beraturan karna marah, ingin sekali ia membunuh Endrick detik itu juga.
"TOLOL" teriak Bryan, tangan nya terhuyung keras ke arah dinding kekar kamar nya.
Ia melemaskan badan nya, keadaan nya sangat mengenaskan, Bryan mengeluarkan air mata nya karna kesal. Ia tidak tau lagi harus menghadapi si tua bangka itu bagaimana.
Bryan kini sudah berada di rumah Angel, tatapan lembut Angel membuat ia lupa akan masalah yang menimpa nya semalam. Ya, memang hanya Angel tempat nya berpulang, ia tidak bisa melepaskan apa yang ia punya, ia tidak mau perjuangan Angel selama ini sia-sia hanya karna kebodohan nya atau mengikuti kemauan paman nya.
Bryan menginjakkan kaki nya di ruang tamu, ia duduk dengan santai nya sambil menatap Angel yang barus saja datang dengan kopi dan beberapa cemilan. Angel duduk di samping Bryan, ia meletakan secangkir kopi tepat di hadapan Bryan.
"Gue tau lo kangen kan sama kopi buatan gue" goda Angel.
Bryan tersenyum sambil mengacak-acak rambut Angel ,dengan cepat Angel menepis tangan Bryan dari kepala nya. Bryan menidurkan tubuh nya di sofa, dengan paha Angel sebagai bantalan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE KILLER BOYFRIEND [END]
Teen Fiction📌 KEJAR TAYANG !! Isn't it sad when you get hurt so much, you can finally say "I'm used to it"