"Ngapain lo ngeliatin gue kayak gitu?" ucapan Arta barusan mampu membuat Tiara mendadak menjadi salah tingkah.
"Ih ge ... ge-er banget lo," kata Tiara gugup.
"Iya gue juga tau kalau gue ini ganteng, makanya dari tadi lo ngeliatin gue tanpa kedip kayak gitu. Hahaha!!" baru kali ini Tiara melihat Arta tertawa lepas seperti ini, tanpa ada orang yang tahu. Di sekolah dia selalu mengganggu Tiara, tapi sekarang Tiara yakin kalau dia ingin menutupi sifat yang aslinya di sekolah, dan jika bersama dirinya pasti Arta membuka sifat aslinya.
"Kamu ngapain ngeliatin aku kayak gitu? Kamu naksir ya sama aku?"
"Ih pede banget sih. Aku bukan ngeliat kamu, tapi aku lagi liat anak-anak yang lagi pada main di sana."
"Bohong aja, orang gak ada yang main di sana."
"Iya aku sayang sama kamu, kamu jangan pergi ninggalin aku ya Ar."
"Aww!" rintih Tiara. Dia memegang kepalanya yang tiba-tiba saja sakit.
"Lo kenapa Ra?" tanya Arta cemas.
"Gue ... gue ... gue ngeliat bayangan itu lagi Ar," ucap Tiara. Arta yang mendengar itu tersenyum senang.
Gue tau gimana caranya Tiara bisa inget total-batin Arta senang.
"Ar, lo gak bakal ninggalin gue kan?"
"Maksud lo? Ya gue gak bakal ninggalin lo. Karena gue--" ucapan Arta terpotong karena Bu Elisa tiba-tiba saja datang.
"Maaf ganggu kalian. Anak- anak ingin sekali bertemu sama kalian," ucap Bu Elisa.
"Gak apa-apa Bu. Yaudah sebentar lagi kami akan ke sana," kata Tiara ramah.
"Jangan lama-lama ya nak." Tiara hanya mengangguk sebagai jawaban.
Setelah Bu Elisa pergi dari hadapan mereka berdua. Tiara langsung menarik pergelangan tangan Arta, tanpa dia sadari.
Arta hanya tersenyum senang diperlakukan seperti ini oleh Tiara, padahal sebelumnya Tiara sangat membenci dirinya.
Mereka berdua sudah berada di ruangan anak- anak panti.
"Hai adik-adik," sapa Tiara ramah sambil tersenyum.
"Hai kak!"
"Gimana? Enak gak roti yang kakak beli?" tanya Tiara kepada anak-anak yang sekarang sedang lahap menyantap roti yang sebelumnya dia beli di supermarket.
"Enak banget kak."
"Dihabiskan ya adik-adik. Abis ini kakak akan ada tebak-tebakkan dan ada hadiah buat yang bisa jawab. Siapa yang mau hadiah tunjuk tangan," ucap Tiara. Anak-anak panti semuanya menunjuk tangannya setinggi- tingginya.
Anak-anak itu sangat bersemangat mendengarkan yang Tiara katakan. Gadis itu sudah memberikan banyak tebak-tebakkan kepada anak-anak.
"Nah sepuluh orang yang tadi bisa jawab ayo maju. Mau hadiah gak?"
"Mau!" jawab anak-anak semangat.
"Ar, sebutin yang tadi. Lo inget nama mereka kan?" Arta yang sedari tadi melamun, buru-buru menyebutkan nama anak-anak yang tadi berhasil menebak pertanyaan Tiara.
"Claudia, Crystal, Sophi, Reva, Vano, Dina, Dino. Eh namanya kembar Dina sama Dino. Oke lanjut. Gino, Arka yang terakhir Seno," ucap Arta.
"Nah, yang tadi di sebutin sama kak Arta maju ya," kata Tiara.
Anak-anak yang tadi disebut namanya sekarang sudah berada di hadapan Tiara. Mereka menunggu Tiara yang sedang mengambil sesuatu dari kantung plastik.
Tiara sudah mengambil barang-barang yang sempat ia beli tadi, dan memberikan kepada anak-anak yang berhasil menjawab tebak-tebakkan yang sempat dilontarkan Tiara tadi.
Tiara sudah memberi hadiah kepada sepuluh anak-anak itu. "Nah yang belum bisa jawab tenang aja ya. Kakak juga punya hadiah buat kalian semua. Jadi kalian gak usah berkecil hati." Tiara memberikan hadiah kepada semua anak panti, yang dibantu juga bersama Arta.
Mereka berdua sudah selesai membagikan beberapa hadiah dan makanan untuk panti asuhan penuh kasih.
Mereka berdua juga sudah berpamitan kepada Bu Elisa dan semua anak-anak.
Hari ini begitu menyenangkan bagi Tiara. Walaupun hanya membagikan beberapa keperluan panti, tapi entah kenapa Tiara sangat senang menikmati hari ini bersama Arta.
Tiara sempat berpikir kalau Arta adalah teman yang ia tunggu-tunggu. Tapi mengingat sifat Arta yang menyebalkan, membuat Tiara mengurungkan niat untuk bertanya soal apakah dia temannya atau bukan.
-o0o-
"Hai Tiara," sapa Jesi ramah. Perempuan berambut sebahu itu sedang tersenyum senang kepadanya.
"Hai Jesi. Katanya lo lima hari pergi ke Singapore. Tau nya dua hari. Tapi gak apa-apa deh, yang penting gue gak sendiri. Lo kenapa senyum-senyum gitu? Lagi bahagia?" tanya Tiara penasaran.
Jesi mengangguk dan tersenyum simpul. "Sorry. Ternyata orang tua gue cuma ngerjain gue doang. Iya gue lagi bahagia.
Lo mau tau gak kenapa?""Engga."
"Ih kok lo nyebelin sih Ra," ucap Jesi. Sepertinya perempuan berkulit putih itu sangat bahagia, sampai tidak berhenti untuk tersenyum.
"Iya-iya. Emang kenapa? Lo jadian?" tanya Tiara.
"Engga."
"Terus?"
"Sebentar lagi gue bakal dapet pj dari temen gue ini." Jesi menyenggol lengan Tiara. Gadis berbola mata coklat keemasan itu sedang berpikir maksud dari ucapan Jesi.
"Maksud lo apaan sih? Gue gak ngerti sama sekali. Emang siapa yang jadian?" tanya Tiara bingung.
Jesi menghela nafas pasrah. "Lo Ra. Kemarin gue sempat ngeliat lo sama Arta di taman panti. Gue sengaja ngambil gambar kalian. Terus gue kirim deh ke grup. Ups keceplosan." Tiara membelalak tak percaya yang dikatakan Jesi barusan. Kenapa dia bisa tau kemarin mereka berdua di panti?
-o0o-
Hai semuanya
Aku up lagi loh. Ada yang suka gak bagian ini?Tenang-tenang, nanti akan ada bayangan masa lalu Tiara lagi.
Jadi baca terus cerita ini sampai akhir. Jangan lupa vote and comment.
Salam
Angeliya_KN
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Problem In The Past
Подростковая литератураAku rindu kamu yang menghilang selama bertahun-tahun. Tapi sekarang aku sudah bertemu dirimu lagi, walaupun kamu tidak mengenal diriku. -Artaseno Pradipta Apa benar kalau kita sudah saling mengenal satu sama lain dulu? Tapi kenapa aku tidak tahu apa...