7.Senyum Yang Tak Mau Berhenti

51 22 1
                                    

Pelajaran sudah dimulai sejak tadi. Dan sejak tadi pula Tiara hanya senyum- senyum tidak jelas sendiri.

Beberapa kali Jesi selalu menegur teman-nya yang selalu senyum. Bahkan Bu Erika juga sudah menegur Tiara.

"Ra lo ngapain sih senyum- senyum kaya gitu. Lo lagi sakit? Perasaan tadi lo gak kaya gini deh?" tanya Jesi sambil melihat teman-nya yang masih saja tersenyum. Ya Jesi juga sudah tahu kalau senyum itu ibadah, tapi kalau senyum-senyum sendiri kaya gitu, patut dicurigai.

"Engga kok, gue gak senyum," ucap Tiara.

Apa dia sakit ya?-batin Jesi.

Pelajaran telah usai. Tapi Tiara masih saja tidak mau berhenti untuk tersenyum.

Murid-murid lainnya sudah berhamburan keluar kelas. Hanya tersisa tiga orang di dalam kelas itu.

Tiara sudah memasukkan semua buku-bukunya ke dalam tas.

Tiara dan Jesi ingin keluar kelas, tapi langkah mereka terhenti karena tangan Tiara serasa ada yang menahannya.

Tiara membalikkan tubuhnya menghadap seseorang yang sudah menahan tangannya.

Cowok itu mendekat dan membisikkan sesuatu di telinga Tiara, membuat gadis itu geli sendiri. Tapi dia harus menahan untuk tidak tertawa.

"Wangi rambut lo masih sama kaya dulu," ucap Arta membisikkan sesuatu di telinga Tiara.

Tiara mematung di tempat. Bagaimana cowok itu bisa tahu wangi rambutnya? Dan bagaimana cowok itu berkata wangi rambutnya masih sama seperti dulu? Apa maksudnya?

Tiara hanya diam, sementara Arta sudah berlalu dari hadapan-nya. Jesi membantu menyadarkan Tiara dari lamunannya.

"Eh?"

"Lo kenapa Ra? Dia bisikin apa sama lo? Apa dia ngancem lo lagi?" tanya Jesi berbelat-belit.

"Udah yuk pulang." Bukannya menjawab pertanyaan Jesi. Tiara malah pergi begitu saja meninggalkan sahabatnya di kelas dengan berbagai pertanyaan yang mengkelebat hinggap di kepalanya.

-o0o-

Malam ini udaranya sangat menyejukkan. Tiara berdiri di balkon kamarnya, menghirup udara sebanyak- banyaknya dan mengembuskan-nya perlahan.

Dia memejamkan matanya berkali-kali untuk menstabilkan pandangan- nya yang sejak tadi memburam akibat air matanya.

Sejak tadi Tiara menangis karena sahabatnya besok tidak bisa masuk sekolah selama beberapa hari.

Jesi harus ikut dengan kedua orang tuanya ke Singapore selama lima hari.

Tiara menangis karena dia akan duduk sendiri selama lima hari, dan selama itu pula dia tidak bisa curhat dengannya.

Tidak ada yang menemaninya pergi ke kantin, toilet dan perpustakaan. Tiara tidak ingin itu terjadi, tapi bagaimana lagi, dia tidak bisa melarang Jesi untuk pergi.

-o0o-

Hari yang tidak diinginkan Tiara akhirnya sudah datang. Hari di mana dia akan duduk sendiri.

Sekarang Tiara hanya duduk di sofa ruang tengah. Dia malas untuk sarapan. Dia hanya ingin cepat-cepat temannya kembali.

Tiara menghela napas gusar. "Ah jadi males sekolah," ucap Tiara.

Dia melirim jam di pergelangan tangannya. "Jam 06.45," gumam Tiara. "Gue terlambat. Bentar lagi gerbang di tutup!" teriak Tiara.

Tiara bergegas mengambil kunci motor dan tasnya. Dia langsung memanaskan motornya dan segera berangkat.

Tiara mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Walaupun dia sedang buru-buru, dia harus mengendarai kendaraannya perlahan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Dia memarkirkan motornya di parkiran sekolah.

"Astaga gue telat."

Sekolah Tiara memiliki dua gerbang. Yang satu gerbang untuk menjaga kendaraan- kendaraan yang terpakir dan satu lagi gerbang untuk masuk ke sekolahnya.

"Aduh gimana nih?" ucap Tiara dengan gusar.

"Lo telat?"

Tiara mendengar suara itu. Dia segera menghadap orang yang bicara dengannya.

"Siapa lo?"

-o0o-

Hai semuanya👋
Ketemu lagi sama aku. Hehehe

Gimana part ini bagus gak?Kira-kira siapa ya orang yang ngomong sama Tiara di gerbang sekolah?

Penasaran gak? Baca terus ya sampai cerita ini selesai.

Jangan lupa vote and comment. Makasih yang udah mau vote dan baca ceritaku.

Salam
Angeliya_KN

[1] Problem In The Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang