"Lo?"
"Iya kenapa?" tanya orang itu.
"Nggak apa-apa. Arta nya mana?" tanya Tiara. Laki-laki itu mengerinyit bingung.
"Arta? Emang lo janjian sama dia?" tanya dia lagi.
"Iya. Tadi gue minta dia temenin gue di rumah. Sekalian mau ngomong yang penting sama dia," jelas Tiara. "Oh iya, masuk dulu." Tiara mempersilahkan Reza masuk ke dalam, sambil menunggu Arta.
"Lo ngapain ngajak Arta ke sini? Jangan mau sama dia. Dia itu orangnya jorok banget," jelas Reza. Tiara sudah tahu jika Reza hanya berbohong saja. Gadis itu pernah melihat kamar milik Arta, dan itu sangat rapih untuk seorang laki-laki.
"Tapi gue pernah liat kamarnya Arta rapih kok. Nggak berantakan."
Emang gue pernah ke rumah Arta? Perasaan gue nggak pernah deh. Tapi kenapa rasanya gue sering banget ke rumahnya dulu-batin Tiara.
"Oh ya? Lo pernah ke rumah Arta? Rumah Arta rumah gue juga loh," jelas Reza.
"Iya gue tahu kok. Ngomong-ngomong lo pindahan dari mana?"
"Dari Jepang."
"Beneran? Gue pengin banget malah ke sana. Terus lo kenapa balik ke Indonesia. Padahal kan lo udah kelas dua belas, bentar lagi lulus."
"Ya ngak apa-apa. Gue pengin ketemu si Arta aja, sambil jagain dia," jelas Reza.
Tiara hanya mengangguk singkat. "Terus habis lulus lo mau lanjut ke mana?" tanya Tiara serius.
"Gue mau lanjut ke hati lo."
Tiara hanya diam mendengar perkataan Reza barusan. Tidak masuk akal.
"Haha. Gak kok, gue bercanda doang," ucap Reza.
"Bercanda lo ngak lucu tau."
"Lo marah?" tanya Reza.
"Enggak. Siapa yang marah? Masa kayak gitu doang marah, ya enggak lah," ujar Tiara.
"Oh, oke kalau gitu. Oh iya Ra, gue boleh minta sesuatu ngak sama lo."
"Hah? Minta apa? Gue ngak punya apa-apa."
"Ini mudah kok. Lo bisa kan ngak usah dekat-dekat sama Arta lagi!" pinta Reza.
"Hah? Emang kenapa gue ngak boleh dekat-dekat sama dia?"
"Gue cuma ngak mau lo jadi suka sama dia," ucap Reza.
"Maksud lo? Suka? Emang apa hubungan nya sama lo? Dia itu adik lo Rez, masa lo nyuruh gue buat ngak dekat-dekat dia lagi sih. GUE NGAK MAU." Ucapan Tiara membuat Reza ikut tersulut emosi.
"Gue ngak nyuruh lo Ra, gue cuma minta sama lo buat ngak dekat-dekat lagi sama Arta," ucap Reza. Dia mulai sedikit marah karena Tiara berbicara dengan nada lantang.
"Kalau lo ke sini cuma minta gue, buat jauhin Arta. Sorry, gue ngak mau ngabulin permintaan lo yang aneh itu. Sekarang silakan ke luar, gue lagi ngak mau diganggu."
"Oke, kalau lo ngak mau ngabulin permintaan gue. Ngak apa-apa, tapi liat suatu hari nanti. Lo akan menyesal!" Reza memutuskan untuk pergi dari rumah Tiara. Gadis itu langsung menutup pintu rumahnya dan tak lupa menguncinya.
Entah kenapa dengan Reza sekarang. Dia seperti tidak suka jika Tiara dekat-dekat dengan Arta.
Apa mereka berdua sedang ada masalah? Tapi mengapa Tiara yang harus terkena imbas nya?
-o0o-
Ujian Nasional sudah mendekati hitungan hari. Siswa-siswi kelas XII, sudah disibukkan dengan latihan soal-soal dari tahun kemarin.
Membuat murid-murid kelas X dan kelas XI sangat gembira. Mereka akan belajar di rumah selama dua minggu ke depan.
Sama halnya dengan Tiara. Gadis itu sangat menanti liburan panjang.
"Ra, lo mau liburan ke mana nanti?" tanya Jesi.
"Ngak tahu, kayaknya gue ngak ke mana-mana deh," jawab Tiara. Gadis itu menghela napas gusar.
"Lo kenapa? Gue lihatin dari tadi kayaknya lagi ada masalah," tebak Jesi. Entah kenapa Tiara jadi tampak gelisah sejak Reza mengancam nya dua minggu lalu. Entah itu ancaman atau peringatan.
"Ngak apa-apa kok, Jes. Gue cuma lagi mikirin saat kita naik kelas nanti. Gue ngak sabar jadi kakak kelas."
"Iya, gue juga. Tapi, gue belum siap-siap banget jadi kakak kelas. Lo tahu kan, kalau kelas dua belas itu sibuk banget buat persiapan UN."
"Iya sih, tapi kan kita bakal punya adik kelas baru." Tiara membayangkan akan bertemu adik kelas barunya.
Tapi, Tiara yakin kalau Dita akan sekolah di SMA yang sama dengan Arta. Dan jika itu terjadi, Dita pasti akan terus dekat dengan nya.
-o0o-
Maaf ya aku update lama. Makasih yang udah mau nunggu part ini.
Semoga suka ya semuanya. Amin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Problem In The Past
Roman pour AdolescentsAku rindu kamu yang menghilang selama bertahun-tahun. Tapi sekarang aku sudah bertemu dirimu lagi, walaupun kamu tidak mengenal diriku. -Artaseno Pradipta Apa benar kalau kita sudah saling mengenal satu sama lain dulu? Tapi kenapa aku tidak tahu apa...