Tiara kembali bersemangat seperti kemarin-kemarin. Ia merasa lega kalau Arta tidak marah padanya. Tapi, Tiara juga malu karena mengira Arta menyukainya. Padahal tidak.
Ia duduk di kursi taman. Menikmati angin yang berembus kencang. Ia melihat Reva yang sedang duduk termenung di dekat pohon.
Tiara segera menghampiri Reva. "Lo kenapa, Rev?" tanya Tiara saat dirinya sudah berada di samping Reva.
Reva menoleh ke sampingnya. Mendapati Tiara yang sedang memandangi pohon rindang.
"Nggak apa-apa. Lo ... gimana sama Arta?"
Tiara tersenyum singkat. Dia tahu kalau Reva sedang gelisah karena memikirkan dirinya dengan Arta. Tiara sangat senang karena bisa bertemu Reva. Teman yang selalu membantunya jika ada masalah.
"Gue udah baikkan kok." Reva menoleh ke arah Tiara. Memandangnya tanpa kedip.
"Serius?" Tiara hanya menganggukkan kepalanya. Reva tersenyum dan memeluk erat Tiara. "Gue senang banget."
"Aduh ,Re. Nggak usah meluk gue sampai kencang juga kali. Tulang gue remuk semua lagi." Reva hanya cengengesan. Gadis itu melepaskan pelukannya.
"Akhirnya, gue bakal dapat PJ."
-o0o-
Tiara mengambil tasnya. Ia berjalan keluar kelas. Menunggu teman-temannya datang. Tiara memainkan ponselnya. Mengetik sesuatu di layar ponselnya.
Gadis itu memasukkan ponselnya ke dalam saku rok. Melambaikan tangannya ke arah Reva yang baru ke luar dari kelasnya.
Reva berjalan mendekati Tiara yang sedang tersenyum. "Arta mana?"
"Di dalam. Mungkin lagi beres-beres." Reva mengangguk mengerti.
Tak lama kemudian, Arta datang dengan membawa buku di tangannya. Ia merangkul bahu Tiara. Sontak Tiara kaget dengan perlakuan Arta.
"Cie, yang udah baikkan. Bentar lagi pasti jadian," goda Reva.
"Berisik."
Reva mengerucutkan bibirnya. Tiara hanya cengengesan melihat temannya yang sedang mengerucutkan bibir. Tiara mengangkat kepalanya menatap Arta yang sedang memperhatikan Tiara.
"Ar?" panggil Tiara. Arta mengangkat satu alisnya. "Gue laper."
Reva tertawa terbahak-bahak. Gadis itu memukul bahu Tiara pelan. Emang ada yang lucu, ya? batin Tiara heran.
Sudah rasa dicukup, Reva akhirnya bisa berhenti tertawa. Tanpa sebab. "Sumpah! Gue ngakak."
Semua orang melihat ke arah Reva yang masih berusaha menetralkan tawanya. "Lucu apanya sih? Gue laper kok diketawain?"
"Iya-iya. Maaf. Ya udah cari makan yuk, gue juga laper nih," ucap Reva. Teman-temannya mengangguk setuju. Tapi, mereka menunggu Aldi yang belum keluar dari kelasnya.
Selang beberapa menit, Aldi keluar dengan membawa se-tumpuk kertas-kertas. Aldi berjalan mendekati teman-temannya.
"Rev, kamu bisa pulang duluan nggak? Aku disuruh guru buat rapihin kertas-kertas ini," ujar Aldi. Reva mengerucutkan bibirnya. Ia merasa sebal dengan Aldi. Tapi, Reva harus mengerti posisi Aldi sekarang.
Reva mengangguk singkat. "Ya udah aku pulang duluan. Kamu nggak apa-apa? Atau mau aku bantu?"
"Nggak perlu." Tiara dan Arta bergidik ngeri mendengar Reva dan Aldi berbicara menggunakan 'Aku-Kamu'.
"Ya udah, Al. Kita pulang dulu ya. Lo jangan khawatir sama Reva. Biar Arta yang anter Reva pulang," ujar Tiara. Arta membelalak mendengar penuturan Tiara.
"Terus lo sama siapa, Ra?" tanya Arta. Sebenarnya Arta ingin mengantar Tiara pulang.
"Udah nggak apa-apa. Lagian gue bawa motor kok. Makannya di rumah gue aja ya." Reva mengangguk. Sementara Arta hanya menghela napas panjang.
Aldi pamit kepada teman-temannya. Ia harus membereskan tumpukkan kertas sebelum sore hari.
Teman-temannya berjalan ke arah parkiran sekolah. Arta mengambil motornya. Menyuruh Reva agar segera naik ke atas motornya. Sementara Tiara hanya bisa menghela napas panjang. Oke, kali ini dia berbohong pada Arta. Sebenarnya dia tidak membawa motor. Ia hanya berpura-pura, supaya Arta mau mengantar Reva ke rumahnya.
-o0o-
Maaf updatenya lama ya. Semoga suka part ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Problem In The Past
Teen FictionAku rindu kamu yang menghilang selama bertahun-tahun. Tapi sekarang aku sudah bertemu dirimu lagi, walaupun kamu tidak mengenal diriku. -Artaseno Pradipta Apa benar kalau kita sudah saling mengenal satu sama lain dulu? Tapi kenapa aku tidak tahu apa...