Hari di mana mereka akan pergi liburan selama lima hari ke depan sudah tiba.
Tiara sedang memasukkan barang-barangnya ke dalam mobil Arta.
Dia akan se-mobil dengan Arta. Sedangkan, Jesi akan se-mobil dengan Reva dan Aldi.
Tentu saja Tiara menolak tadinya. Ia akan canggung bila dekat dengan Arta.
"Masuk!" suruh Arta lembut.
"Se ... sekarang?"
"Iya, emang kenapa? Lo nggak mau se-mobil sama gue?"
"Bu ... bukan gitu, gue cuma.... nggak deh." Tiara beranjak dari hadapan Arta, dia langsung masuk ke dalam mobil.
"Aneh," gumam Arta.
"Ar, gue duluan ya." Aldi langsung masuk ke dalam mobilnya, tanpa Arta menjawab.
-o0o-
"Ra, tolong lo telepon si Aldi dong. Punya nomor ponselnya kan?"
"Punya kok. Mau ngapain?"
"Bilang, nanti di depan berhenti dulu."
"Oke."
"Halo Aldi." Tiara berbicara dengan Aldi melalui ponselnya.
"Ya? Kenapa?"
"Kata Arta di depan berhenti dulu."
"Oh, oke."
"Gimana?" tanya Arta saat Tiara sudah memutuskan sambungan telepon nya.
"Iya."
"Oke. Lo lapar nggak?"
"Nggak, tapi sedikit sih."
"Hahaha. Banyak juga nggak apa-apa." Arta mengacak-acak puncak kepala Tiara dengan gemas.
"Ihh, Arta berantakan tahu rambut gue," kesal Tiara.
"Nggak apa-apa. Sini aku benerin." Tiara sedikit terpukau mendengar Arta berbicara dengan nya memakai 'aku' dan bukan 'gue' lagi.
"Dah selesai." Tiara tersadar dari lamunan nya.
"Eh? Makasih ya."
"Iya, ya udah kita turun yuk."
Tiara menganggukkan kepala seperti anak kecil.
Mereka keluar dari mobil, begitu juga dengan Aldi. Dia baru saja sampai di rest area.
Rumah Paman Arta memang sedikit jauh dari Jakarta. Itu sebabnya mereka berhenti terlebih dahulu di rest area untuk mengisi perut masing-masing.
Jesi menyenggol bahu Tiara pelan. "Gimana di mobil? Senang nggak?" tanya Tiara jahil.
"Apaan sih. Udahlah kita makan aja yuk," ajak Tiara mengalihkan pembicaraan.
"Ihh, kasih tahu gue dong."
"Nggak."
"Ya udah deh. Ayo makan, gue lapar nih." Jesi mengelus-elus perutnya yang lapar.
Mereka semua berjalan mencari tempat makanan yang menurut mereka enak.
-o0o-
Mereka semua memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.
"Bye, Ra." Jesi melambaikan tangannya ke arah Tiara. Dia hanya membalas dengan senyuman singkat.
Gadis itu segera masuk ke dalam mobil Arta.
"Sudah?" tanya Ara.
"Sudah."
Mereka semua beranjak dari rest area, untuk melanjutkan perjalanan.
Tiara sedari tadi hanya diam memandang jalanan dari kaca mobil.
"Ra?" panggil Arta.
"Iya?" Tiara menoleh ke arah Arta.
"Gue boleh ngomong sesuatu nggak sama lo."
"Boleh. Mau ngomong apa?"
"Gue ... gue ... gue su--" Ucapan Arta terhenti karena ada yang menelepon Tiara.
"Halo?"
"Kak, bilangin ke kak Arta pulangnya jangan lama-lama."
"Iya, nanti kakak bilangin. Kamu udah makan?"
"Udah tadi. Kalian enak banget sih jalan-jalan, nggak ngajak aku lagi."
"Kamu kan lagin ujian. Belajar yang rajin ya, Dit."
"Iya kak, makasih. Ya udah aku tutup dulu ya, jangan lupa bilang sama kak Arta."
"Iya-iya."
Tutt~
"Siapa?" tanya Arta, saat Tiara sudah menutup sambungan telepon nya.
"Dita. Kata dia pulangnya jangan lama-lama."
"Ohh."
"Ohh iya, lo tadi mau bilang apa?"
"Ahh itu.... lupain aja."
"Yang benar. Udah mau bilang apa?"
"Gue ... gue support lo terus."
"Ohh ya. Makasih."
Arta menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Sekitar dua jam kemudian. Mobil mereka sudah terpakir di halaman rumah Paman Arta.
-o0o-
Hai semuanya. Makasih yang udah setia baca cerita aku dari pertama sampai sekarang.
Dan semoga kalian masih suka cerita ini sampai akhir. Aku akan usahain update sehari dua kali.
Itu pun kalau aku ada waktu luang. Jangan lupa vote and comment ya. Makasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Problem In The Past
Teen FictionAku rindu kamu yang menghilang selama bertahun-tahun. Tapi sekarang aku sudah bertemu dirimu lagi, walaupun kamu tidak mengenal diriku. -Artaseno Pradipta Apa benar kalau kita sudah saling mengenal satu sama lain dulu? Tapi kenapa aku tidak tahu apa...