Sudah seharian ini Arta mendiamkan Tiara begitu saja. Apa dirinya telah membuat kesalahan padanya?
Tiara ingin bertanya sekali lagi, untuk memastikan apakah dia punya salah dengan cowok itu.
Dan yang membuat Tiara aneh, penampilan cowok itu tidak seperti biasanya. Tiara pernah melihat penampilan itu, tapi di mana?
Saat ini Tiara sedang berada di kelasnya. Gadis itu asik membaca novel sambil memutar musik melalui earphone yang terpasang di telinganya.
Sesekali dia melirik ke arah Arta, di belakangnya. Cowok itu masih sibuk memainkan game yang ada di ponselnya.
Tiara sangat berharap kalau semua ini hanya mimpi saja. Dia tidak ingin lagi Arta cuek terhadapnya.
Tiara menyudahi membaca novelnya. Dia mematikan musik di ponselnya dan melepaskan earphone dari telinganya.
Tiara mendengar langkah seseorang dari belakangnya. Gadis itu menoleh ke belakang, ternyata Arta bangkit dari kursinya.
Tiara masih melihat ke arah cowok itu. Dia sedang merapikan bajunya yang sedikit berantakan. Lalu, berjalan melewati Tiara.
"Dia kenapa sih?" gumam Tiara.
Tiara penasaran dengan Arta. Cewek itu memutuskan untuk mengikuti Arta.
Tiara terus mengikutinya ke mana pun. Tanpa ketahuan.
Arta berbelok di depan.Tiara tidak bisa mengikutinya lagi. Tembok sudah menghalanginya. Jika Tiara berbelok, ia takut ketahuan mengikuti cowok itu.
Tiara memutuskan untuk tetap di balik tembok itu. Sepertinya Arta tidak sendirian di sana.
Maafin Tiara, ya. Kalau Tiara nguping pembicaraan orang lain, batinnya takut berdosa.
Tanpa sepengetahuan mereka, Tiara sedang mendengar pembicaraan mereka.
"Gue nggak tahan, Di."
"Gue tahu, Ar. Tapi, mau gimana lagi, mungkin ini cuma cara satu-satunya."
"Sampai kapan gue harus kayak gini?"
"Satu bulan. Hari ini gue yakin, kalau udah ada hasilnya."
"Sedikit."
"Gimana?"
"Dia aneh sama sikap gue dan penampilan gue."
"Itu udah bagus, Ar."
"Bagus dari mana? Gue pengin kalau sehari itu udah ada hasilnya."
"Itu udah ada, Ar."
"Gue penginnya lebih dari sekadar ini semua."
"Terserah lo, Ar. Kalau misalnya lo nggak mau ikutin cara gue, ya udah. Nggak usah ikutin."
Itu kayak suara Aldi, tapi mereka mau ngapain yah? Apa jangan-jangan mereka itu lagi..., batin Tiara.
"Tiara?" panggilan seseorang membuyarkan lamunan Tiara.
Gadis itu menoleh ke arah laki-laki yang memanggilnya tadi. "Lho, Reza?"
"Iya, kenapa? Kaget ya, gue tiba-tiba ke sini?"
"Kok di sini? Bukannya kelas dua belas libur, ya?"
"Iya, tapi gue pengin ke sini aja. Eh gue nggak sengaja ketemu lo di sini. Ohh iya, lo lagi ngapain?"
"Hm ... lagi nggak ngapa-ngapain."
"Ohh, kantin yuk." Reza mengajak Tiara untuk pergi ke kantin.
"Boleh."
-o0o-
"Gimana kabar lo?" tanya Reza disela-sela menikmati makanan mereka.
"Lumayan baik. Kalau lo?"
"Sama kayak lo," jawabnya setenang mungkin. "Ohh iya, lo waktu itu pergi liburan ke rumah Paman, ya?"
"Iya. Kok lo tahu sih?"
"Arta yang ngasih tahu gue. Nanti lo datang ke acara kelas dua belas."
"Nggak tahu juga. Lihat aja nanti, kalau gue nggak sibuk, gue datang kok."
"Ohh, bagus kalau gitu. Lo udah selesai belum makannya?"
"Udah kok. Mau ke taman?"
"Boleh. Lo, lagi nggak sama Arta kan?"
Tiara berpikir sebentar, tadinya ia sedang menguping pembicaraan Arta, tapi kenapa dia harus ke sini bersama Reza?
Tiara masih mengingat saat Reza datang ke rumahnya, menyuruhnya menjauhi Arta. Dia masih mengingat hal itu dengan baik.
"Nggak."
Reza tersenyum singkat. Bergegas mereka berdua pergi menuju taman belakang, tempat di mana tidak ada orang yang ingin ke sana.
Sementara itu, Arta mendengar dengan jelas pembicaraan Tiara dan Reza di kantin.
Arta mengepalkan telapak tangannya. Bersiap ingin memukul siapa pun yang ada di sekitarnya, untuk melampiaskan kemarahannya.
Arta maju selangkah untuk mengejar Tiara dan kakaknya. Tapi Aldi menahan pergelangan tangannya. Dia takut jika Arta akan berbuat yang tidak-tidak di sana.
-o0o-
Sampai jumpa di part selanjutnya, ya. Tungguin yerus kelanjutannya. Makasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Problem In The Past
Teen FictionAku rindu kamu yang menghilang selama bertahun-tahun. Tapi sekarang aku sudah bertemu dirimu lagi, walaupun kamu tidak mengenal diriku. -Artaseno Pradipta Apa benar kalau kita sudah saling mengenal satu sama lain dulu? Tapi kenapa aku tidak tahu apa...