11.Gambar Itu Tersebar

46 17 6
                                    

Jesi menghela napas pasrah. "Lo Ra. Kemarin gue sempat lihat lo sama Arta di taman panti. Gue sengaja ngambil gambar kalian. Terus gue kirim deh ke grup. Ups keceplosan." Tiara membelalak tak percaya yang dikatakan Jesi barusan. Kenapa dia bisa tahu kemarin mereka berdua di panti? Dan apa yang barusan dikatakan Jesi? Dia mengirim gambar itu ke grup? Apa yang akan terjadi setelah ini.

"Jes lo beneran kirim gambar itu ke grup. Kok lo gitu sih," ucap Tiara kesal.

"Ma ... maaf Ra, gue sebenernya gak niat buat ngirim gambar itu tapi...." ucapan Jesi terhenti karena Reno tiba-tiba saja datang.

"Hai kalian. Kok pada diam-diaman aja? Lo pada gak suka gue ke sini?" tanya Reno.

Tiara hanya mengggeleng-gelengkan kepalanya. "Ya udah gue masuk dulu ya Jes, Ren." Tiara melangkah dengan langkah lemas tak bertenaga, tapi dia masih bisa untuk berjalan untuk ke kelasnya.

"Dia kenapa?" tanya Reno kepo.

"Tadi gue keceplosan bilang gambar yang kemarin gue kirim ke grup. Tapi itu kan ide lo Ren. LO HARUS TANGGUNG JAWAB RENO!!"

"Iya-iya gue bakal tanggung jawab. Tapi ngak usah teriak juga kali."

"Bener ya lo. Awas aja kalau Tiara sampai marah sama gue," ucap Jesi sambil mengepalkan tangannya di hadapan wajah Reno.

"Lo ini yang dimarahin sama Tiara. BUKAN GUE." Reno masuk ke kelasnya dengan tawa yang meledak-ledak.

Sementar itu, Jesi sudah siap meninju wajah cowok itu. Tapi ia harus tahan karena tidak ingin masuk Ruang BK.

"Ngeselin banget sih tuh orang. Untung sayang," ucap Jesi bermonolog sendiri.

-o0o-

"Ara, jangan marah lagi dong sama gue. Kan bukan gue yang mau nyebarin gambar itu." Jesi sedari tadi membujuk Tiara untuk berhenti marah padanya.

"Iya Jes. Gue kan udah bilang, gue gak marah sama lo," jawab Tiara sambil menoleh ke arah Jesi.

"Tapi lo diemin gue aja dari tadi."

"Emang kalau gue diemin lo kaya tadi berarti gue marah sama lo?"

"Ya enggak juga sih," jawab Jesi.

"Nah ya udah."

"Ra?" panggil Jesi untuk kali kesekian.

"Apa lagi?" Tiara kesal karena Jesi terus saja mengajaknya bicara. Bukan karena dia marah padanya, tapi karena Tiara sedang memikirkan sesuatu.

"Mana?"

"Apaan yang mana?" tanya Tiara tidak mengerti.

"Ih lo gak peka banget sih Ra," ujar Jesi kesal.

"Yang ada lo gak jelas banget."

"Pj?" ucap Jesi sambil mengulurkan telapak tangannya di hadapan Tiara.

"Pj apaan? Siapa yang jadian?"

"Lo."

"Gue ngak jadian Jes. Udah berapa kali gue bilang," ucap Tiara sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Terus kok kalian bisa di panti berdua sih?" tanya Jesi.

"Gue minta temenin dia," jawab Tiara seadanya.

"Tumben. Bukannya lo males sama dia?" lagi-lagi Jesi terus bertanya tanpa henti.

"Kalau nanya sekali lagi gue marah nih sama lo."

"Oke-oke. Gue gak akan nanya lagi. Tapi anterin gue yuk ke perpustakaan."

"Ngapain? Tumben lo ke perpustakaan?" tanya Tiara.

"Yah gini-gini gue juga mau baca buku kali."

"Ya udah ayo."

Mereka berdua memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Tapi, langkah mereka terhenti di depan mading.

Orang-orang mengerubungi papan mading dengan berdesak-desakkan. Tiara melihat itu jadi penasaran, mengapa banyak orang yang berdiri di sana.

Akhirnya Tiara memutuskan untuk melihat pengumuman di papan mading. Walaupun dirinya harus berdesak-desakkan.

"Itu orang yang di foto itu kan? Perasaan biasa aja. Cantik kan juga gue."

"Eh ada orang-nya tuh."

"Cantik sih, tapi masih cantik kan gue."

Tiara mendengar celotehan yang di berikan oleh teman-temannya. Apa maksud dari mereka? Semoga itu tidak seperti yang Tiara pikirkan.

Tiara sudah berdiri di depan mading. Dia membelalak tidak percaya yang dia lihat sekarang.

Bagaimana foto itu bisa ada di sana? Siapa yang menaruh foto itu?

Tiara segera mengambil foto itu dari mading dan mensobek-sobek foto itu menjadi serpihan-serpihan kecil.

-o0o-

Sampai jumpa di part berikutnya👋

Jangan lupa vomment ya.
Makasih❤

[1] Problem In The Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang