Mereka berdua sudah duduk di bawah pohon rindang. Menikmati angin sepoi-sepoi.
Tiara merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena tiupan angin.
"Sini, gue rapihkan." Reza merapihkan rambut Tiara. Cowok itu melihat Tiara yang sedari tadi sibuk menata ulang rambutnya, tapi tidak berhasil.
"Sudah."
"Makasih, ya."
"Santai aja, gue nggak gigit kok," sahut Reza dengan senyum manisnya.
Mereka berdua berbincang-bincang. Dari yang jelas sampai yang tidak jelas, mereka bicarakan.
Tiara selalu tertawa karena candaan receh yang dilontarkan oleh Reza.
Kini, mereka berdua bernyanyi bersama. Mulai dari lagu yang Tiara suka sampai lagu yang disuka Reza.
Sebelumnya Reza sudah meminjam gitar di ruangan club musik. Sekarang Tiara menyanyi dan Reza yang memainkan gitar di pangkuannya.
Mereka berdua asik dengan dunianya. Seolah dunia hanya milik mereka berdua saja.
"Ra, dipanggil sama Bu Ratna." Suara seseorang mengejutkan mereka berdua yang tengah asik bernyanyi dan bermain gitar.
"Aldi? Kenapa?"
"Dipanggil sama Bu Ratna," jawabnya ulang.
Tiara mengangguk singkat. "Rez, gue ke ruang guru dulu ya. Nanti kita lanjut lagi nyanyinya."
"Oke. Gue temenin lo ke sana." Reza menaruh gitarnya di dekat pohon, bersiap berdiri. Dia memegang pergelangan tangan Tiara.
Aldi yang melihat itu langsung memasang wajah tak suka. Bagaimana jika Arta melihatnya?
"Nggak usah pegang-pegang juga kali," sahutnya ketus.
Tiara baru menyadari kalau Reza mengandeng tangannya. Buru-buru ia melepaskan tangannya dari Reza.
Tiara tersenyum canggung ke arah Reza. Cowok itu juga mengerti kalau Tiara tidak ingin melakukannya.
"Cepat! Udah ditunggu sama Bu Ratna."
"Iya, Al."
-o0o-
Murid-murid sudah berhamburan ke luar kelas. Bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing.
Tiara menyapu pandangan di sekitar parkiran. Dia belum dijemput.
"Gimana ini? Masa gue pulang jalan kaki," gumamnya pelan.
Langkah seseorang berhasil membuat Tiara menoleh. Ternyata Arta. Dia bersama ... seorang perempuan.
Entah kenapa Tiara melihat Arta bersama perempuan yang tidak dikenalinya, membuat dada Tiara sesak.
Tiara melihat Arta, sepertinya cowok itu risih dengan kehadiran cewek di sampingnya.
Arta berhenti di hadapan Tiara.
"Ar, gue boleh bareng sama lo, nggak?" tanya Tiara ragu-ragu.
Arta berpikir sebentar. "Nggak."
"Kali ini aja. Gue mohon, Ar." Tiara sedikit memelas kepada Arta.
"Eh, kalau mau deketin Arta jangan kayak cewek murahan dong," sahut cewek yang ada di sebelah Arta.
Tiara merasa kesal dengan gadis itu. Seenaknya saja menyebutnya dengan cewek murahan.
"Eh, ngaca dulu dong sebelum ngomong. Yang ada lo kayak cewek murahan, deketin teman gue aja. Lo tahu nggak? Dia itu risih dekat-dekat sama cewek kayak lo. Lebih baik lo minggir sana! Nggak usah dekat-dekat sama Arta lagi." Tiara menjelaskan panjang lebar. Dia kesal dengan cewek itu, jika saja bukan di hadapan Arta, Tiara pasti sudah menghajarnya sampai habis. Tentu saja dia harus menjaga image seorang perempuan.
"Lo berdua bisa diam nggak sih? Gue pusing!" Arta merasa pusing berhadapan dengan seorang perempuan. "Lo juga. Lebih baik lo pulang duluan, gue pulang sama Kesya."
Tiara seperti terhantam oleh batu-batu. Sakit. Itu yang dia rasakan sekarang. Kenapa dengan Arta?
"Ja ... jadi, gitu ya? Ya udah, gue pulang duluan. Maaf ganggu kalian," lirih Tiara.
"Pulang bareng gue!" suara seseorang berhasil menghentikan langkah Tiara. Gadis itu berbalik menghadap orang yang menyuruhnya untuk pulang bersama.
"Re ... Reza?"
"Pulang bareng gue!"
Tanpa menunggu Tiara menyahut. Reza langsung memegang pergelangan tangan Tiara.
Reza menarik tangan Tiara. Tapi, rasanya tertahan oleh seseorang. Reza berbalik menghadap Tiara di belakangnya.
Cowok itu tampak terkejut karena di sisi yang lain, Arta juga memegang pergelangan tangan Tiara.
Tiara bingung harus memilih siapa. Dia melirik ke arah Arta, lalu Reza. Menatap mereka dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
"Pulang bareng gue!" sahut Arta kencang.
-o0o-
Halo? Kita ketemu lagi, ya? Gimana part ini? Semoga suka ya.
Tungguin terus kelanjutan cerita ini ya. Jangan lupa vote and comment. Makasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Problem In The Past
Fiksi RemajaAku rindu kamu yang menghilang selama bertahun-tahun. Tapi sekarang aku sudah bertemu dirimu lagi, walaupun kamu tidak mengenal diriku. -Artaseno Pradipta Apa benar kalau kita sudah saling mengenal satu sama lain dulu? Tapi kenapa aku tidak tahu apa...