15-(Alasan Friska)

534 25 7
                                    

"Gw gak mau kenal cinta karena gw juga gak siap buat disakitin. Gw bukan tipe yang siap jatuh cinta dan juga siap buat nerima resikonya. Gw gak bisa kaya kalian. Kalian punya cara tersendiri buat mencintai orang yang kalian sayang. Tapi berbeda dengan gw. Gw cuman mikirin kalau semua cowo itu sama. Suka nyakitin"

🍂


Bel pulang sekolah telah berbunyi 5 menit yang lalu. Mobil milik Nesya telah menunggu nya didepan gerbang sekolah. Untuk hari ini, Nesya dijemput oleh ayahnya.

Nesya membuka gagang pintu mobil dan duduk disofa mobil disamping ayah nya yang memegang setir.
Mobil Nesya melaju menuju sebuah rumah sakit di Jakarta, Rumah sakit Sejahtera.

Nesya mengikuti langkah ayah nya masuk kedalam rumah sakit itu. Disebuah koridor rumah sakit terlihat sebuah ruangan yang menarik perhatian Nesya "Ruang anak penderita kanker". Dengan rasa penasaran Nesya memutar balik arah jalan nya menuju ruangan itu .

Nesya memunculkan kepalanya di pintu kaca yang sedikit terbuka. Didalam sana, terlihat beberapa anak-anak sedang bermain balok kayu. Tubuh mereka tidak terpisah dengan selang infus dan tongkat besi penyangga impus yang mengawal mereka. Nesya masuk kedalam ruang itu dan seketika perhatian anak-anak itu tertuju pada Nesya.

"Kakak boleh masuk?". Tanya Nesya lembut.
"Bolehhhh!". Jawab mereka serempak dengan nada semangat.
"Kalian lagi main apa?". Tanya Nesya kembali sambil duduk menyila disamping salah satu anak.
"Nih main balok. Kakak mau ikut juga?". Sahut salah satu anak laki-laki disana,kira-kira berumur 10 tahun bernama,  Raja.

Nesya menggaguk cepat dan mulai membangun bangunan dengan balok kayu itu bersama dengan anak-anak itu.

Anak-anak itu cukup terhibur saat kedatangan Nesya. Mereka cukup cepat untuk saling mengenal satu sama lain.Mungkin memang karena faktor sikap Nesya yang mudah bergaul. Anak-anak itu terlihat bahagia dan senang dengan kehadiran Nesya didekat mereka.

Hampir 2 jam Nesya dan anak-anak itu bermain balok kayu. Waktu sudah menunjukan pukul 6 sore. Azan di moshala rumah sakit juga sudah berkumandang.

Nesya dan anak-anak itu sama-sama melaksanakan salat magrib berjamaah didalam ruangan itu. Sangat sedikit anak-anak yang mampu shalat dengan posisi sempurna. Ada anak yang shalat dengan posisi duduk atau berbaring. Ada juga dari mereka yang berbeda keyakinan. Meski begitu mereka tidak mempermasalahkan perbedaan itu. Mereka berada di kondisi yang sama.

Setelah salam terakhir, Nesya dan anak-anak itu sama-sama memanjatkan sebuah doa untuk tuhan yang maha esa. Dan yang memimpin doa adalah, Ahmad salah satu anak yang juga dirawat didalam ruang itu. Tangan mereka semua menengadah dan menutup mata melarutkan semuanya didalam sebuah doa.

"Yaallah, yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami hanya hambamu yang mengharapkan kebahagiaan didunia ini walau dengan cara sederhana. Yaallah,  sembuhkan kami dari penyakit ini yang membuat kami tidak bisa bergerak bebas seperti anak-anak diluar sana. Jika memang dunia ini adil maka tunjukan pada kami bahwa kami juga pantas untuk bahagia. Permintaan kami kecil, hanya kebahagiaan darimu. Rabbana atina fiddunya hasannah wafil akhgirati hasannah waqina azzabannar, Aminn".

Mereka mengusap lembut tangan mereka ke wajah berharap doa yang terucap dari bibir kecil mereka terbang keatas langit. Dengan refleks, air mata Nesya lolos begitu saja dari kelopaknya menuangkan cairan embun yang berlalu di pipi nya.

"Kakak gak boleh nangis". Ucap pelan Salah satu anak perempuan disamping nya yang bernama, Yolanda, sambil mengusap air mata Nesya dari pipi nya.

"Nesya ayo pulang".

Diary NesyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang