43-(Nesya koma)

500 25 4
                                    

"Cepat sadar ya sayang, I Love you".

🍂

Langkah Deva semakin cepat. Banyak sekali teriakan histeris dari beberapa orang didalam rumah sakit ini. Bagaimana tidak, tragedi pesawat jatuh kemarin banyak sekali memakan korban jiwa. Deva hanya berdoa didalam hatinya, semoga Nesya bukan salah satu dari mereka.

"Sus. Ada pasien yang bernama Nesya Anatika Deranda?". Tanya Deva yang menghentikan langkah seorang perawat.
"Tuan lurus saja. Nanti ada ruangan disebelah kiri. Itu ruangan nya". Jelas nya.

Deva menggaguk cepat. Dia segera berlari kecil dan akhirnya tiba didepan pintu ruangan yang dituju nya. Tanpa berpikir panjang, ia membuka gagang pintu. Dilihatnya, ada Nesya yang masih belum sadar dan dua orang lelaki disamping Nesya. Lelaki Itu adalah ayah Nesya dan Langit.

Deva menghentikan langkah nya diambang pintu. Langit menyadari kehadiran Deva diruangan itu. Tangan nya terkepal begitu saja.

"Ikut gw". Langit menarik lengan Deva dengan kuat. Deva hanya mengikuti langkah Langit yang begitu cepat. Dia tahu, Langit akan marah padanya.

Langit membawa Deva ke taman rumah sakit.

"Lo tau apa yang udah lo lakuin ke adik gw?".

"Gw tau". Ucap Deva pelan sambil menunduk.

"Lo udah nyakitin dia. Sekarang lo liat ke jendela itu, dia koma dan itu semua karena lo bangsat!". Pekik Langit sambil menunjuk wajah Deva dengan jari telunjuk nya. Amarah nya memuncak begitu saja, Langit berulang kali mengusap kasar wajah nya.

"Cukup lo ambil Aletta dari hidup gw. Jangan ambil Nesya lagi. Gw mohon. Kalau lo mau main-main sama dia, pliss tinggalin dia secara dewasa. Kalau lo serius sama dia, tolong lo tunjukin ke gw, gimana seorang pria yang bertanggung jawab. Kalau terjadi sesuatu sama adik gw, gw gak bakal maafin lo. Gw pastikan, lo habis ditangan gw". Ancam Langit.

Langit melenggang pergi begitu saja dan menyisakan rasa bersalah pada diri Deva. Dia duduk bersimpuh diatas rumput hijau dan menangis dengan menyesal.

"Gw yang udah bikin lo kayak gini, Nesy. Gw!!". Pekik Deva .

Clauren melangkah pelan dengan raut wajah gamang. Dia memeluk Deva dengan hangat.

"Dev, kamu gak salah. Ini takdir dari tuhan. Apapun yang terjadi sama Nesya itu semua bukan salah kamu." Ucap Clauren menenangkan.

"Dev, Saya mau ngomong sesuatu sama kamu".

Deva menyeka air matanya dengan punggung tangan. Dia bangkit dari tempatnya diikuti Clauren. Mereka duduk dibangku taman rumah sakit itu.

"Dev". Perlahan tangan hangat itu menggenggam jari jemari Deva.

"Saya pengen kamu fokus untuk jaga Nesya".

Deva mengerutkan keningnya. Raut wajahnya nya berubah menjadi serius. 

"Maksud kamu apa?".

Clauren menghela nafas berat. Dia melepaskan cincin yang mengikat jari manis nya.

 Dia melepaskan cincin yang mengikat jari manis nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Diary NesyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang