31-(Ciuman pertama)

532 29 2
                                    

"Kamu adalah orang pertama yang dapat ciuman gratis dari orang ganteng sejahat raya"

🍂

{Pelangi-HIV}
*Playing For story *

🍂

Bel pulang telah berbunyi 5 menit yang lalu. Nesya sedang duduk disebuah bangku didepan kelasnya. Menunggu Deva yang akan berjanji menjemputnya.

"Heyyy. Bengong aja". Seru Friska dan membuyarkan lamunan Nesya sejak tadi.

"Lo kenapa sih kok ngelamun gitu?".  Tanya Friska seraya duduk memyampingi Nesya.

"Gw cuman kepikiran masalah Aletta.". Ucap Nesya sambil tersenyum kecut. 

"Aletta. Siapa?". Friska mendekatkan wajah nya untuk mendengar cerita dari Nesya.

"Mantan sekaligus cinta pertama kak Deva". Jawab Nesya pelan.

"Dia sekolah disini?kok gw gak pernah denger namanya ya".

"Dia gak disini. Dia udah meninggal". Jelas Nesya.

Friska menutup mulutnya yang melongo.
"Bang Langit cerita semuanya. Yang gw pengen tahu. Apakah dia masih mengingat Aletta dan belum bisa melupakan dia". Nesya menghembuskan nafas berat sambil memainkan kedua kaki nya yang menjulur.

"Semua orang pasti punya masa lalu. Semua orang juga punya hak untuk  merahasiakan atau tidak merahasiakannya,Nesy. Lo gak boleh terlalu maksa dia untuk melupakan. Pasti gak mudah melupakan cinta pertama". Jelas Friska sambil mengusap punggung Nesya.

"Yuk pulang". Seru Bella yang baru saja keluar dari kelas.

"Loh, ngapain sedih-sedih nih. Gw ketinggalan gosip ter hot. Masalah Velin,kakak ipar Deva ,atau kakak ipar Dava?". Bella berceloteh.

"Berisik lo ah. Kepingin gw sumbat tuh pita suara lo pake kue nazrtar nya mba zubai lo. Mau". Tanya Friska gusar.

Bella hanya mencibirkan bibir nya.

"Udah lama nunggu ya?". Seru seorang pria jangkung yang berdiri dihadapan Nesya.

Nesya dan Friska mendongakan kepala.

Deva membantu Nesya untuk bangkit dari posisinya dengan memegang lengan Nesya.
"Eh Fris,Bel. Gw duluan".  Nesya melambaikan tangan pada mereka sambil mengikuti langkah Deva yang menarik nya menuju parkiran. Friska dan Bella hanya membalas dengan lambaian serupa.

🍂

Deva menormalkan kecepatan motornya dan berhenti disebuah taman. Disana juga terlihat sedang ada pameran.

"Kok kesini?". Tanya Nesya sambil mengedarkan pandangannya dengan dahi yang berkerut.

"Hari ini ada pameran dan bazar loh. Naik bianglala yuk?". Deva tersenyum lebar sambil menarik lengan Nesya.

Nesya hanya membalas dengan menggaguk cepat. Dengan semangat, Nesya mengikuti langkah Deva menuju sebuah bianglala yang cukup tinggi.

Antrian nya cukup panjang. Nesya mengantri dibelakang dua orang laki-laki. Dibelakang Nesya ada Deva yang mengekor.

Seorang pria yang mungkin saja sebaya dengan Deva, tiba-tiba saja menyalip antrian dan berdiri begitu saja didepan Nesya. 

Diary NesyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang