45-(Sadar dari koma)

426 15 9
                                    

🎶Play the song-Mahen(Pura-pura lupa)

🍂

Bagi, seseorang mungkin takdir selalu menjadi sebuah misteri yang sangat dinantikan kedatangan nya. Tapi, tidak untuk Deva. Takdir nya adalah kesalahan semesta yang melukai dunia nya

🍂
.
.
.

1 Bulan kemudian.

Sudah satu bulan Nesya terbaring koma dirumah sakit. Satu bulan juga Deva dengan setia menemani Nesya di masa koma nya.

Sekarang Deva berada ditoko bunga favorit nya. Setiap hari, sebelum menemani Nesya dirumah sakit. Deva selalu membawakan baket bunga untuk Nesya.

Deva duduk di bangku panjang yang ada disamping toko sambil menunggu penjual nya membuat bingkisan untuk bunga nya.

"Lo gak cape apa? , bawain Nesya bunga setiap hari. Kan uang lo juga ke buang, sedangkan Nesya aja gak sadar dan gak tau kalau lo bawain bunga buat dia ". Ucap Penjual bunga itu, Raya. Deva menghela nafas panjang. Dengan yakin dia menjawab.

"Gw yakin, malaikat pasti nyampein apa yang gw ucapin buat Nesya didalam koma nya". Deva tersenyum kecut.

"Yaampun, Dev. Iri deh gw". Raya memasang raut wajah kagum nya sambil menyodorkan baket bunga yang sudah rapi pada Deva. Deva hanya terkekeh sambil menyambutnya.

"Ada kok yang sayang sama lo. Noh Rafi, beri kepastian dulu sana". Kata Deva sambil mengacak poni Raya.

Sebenarnya, Raya memang teman kecil Deva. Tapi, baru satu bulan ini mereka kembali akrab setelah bertahun-tahun terpisah.

Raya sontak merapikan poni nya sambil cemberut.

"Gak gw kasih diskon lagi lo, Dev". Pekik Raya.

"Bodo amat. Gw bilang ayah lo. Mampus lo, Ray". Jawab Deva tak kalah sambil melangkah membelakanginya untuk menuju mobil nya yang terpakir didepan toko. Raya kembali mencibirkan bibir nya kesal. Sedangkan, Deva hanya menurunkan kaca mobil nya sambil memelet lidahnya pada Raya dan segera melajukan mobil nya menuju rumah sakit.

Deva melajukan mobil nya dengan kecepatan sedang hingga ia tiba dirumah sakit, tepat waktu. Seperti biasa, dia melangkah pada arah yang sama. Dia selalu bahagia saat kamar sang bidadari nya itu mulai terlihat.

Deva membuka gagang pintu itu.
"Aku datang, Naca. Selamat sore bidadari cantik". Sapa Deva dengan semangat sambil menjatuhkan bokong nya pada kursi didekat bed.

"Ingat gak, hari ini hari apa?". Tanya Deva sambil mengelus lembut rambut Nesya yang terurai diatas bantal berlapis kain biru itu.

"Kasih tau gak ya?". Deva mengetukan jari telunjuk nya pada dagu. Selama, satu bulan Deva selalu begini. Bertanya tanpa jawaban. Tapi, hal itu tak pernah menjadi alasan untuk dia pergi dan berhenti menjaga Nesya.

"Hari ini, hari anniversery kita 1 tahun. Di hari ini, aku gak bakalan ngelewatin nya, Nesy. Aku berharap kamu sadar, saat ini.". Baru kali ini, Deva merasa begitu terluka. Karena nya Nesya seperti ini. Andai Nesya tidak pulang dengan pesawat itu. Nesya tidak akan pernah menjadi korban pesawat jatuh itu. Nesya pulang karena kecewa pada nya. Deva tahu itu. Dia menunduk sendu sambil menumpahkan rasa bersalah nya. Dia membenci dirinya sendiri.

Diary NesyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang