Setelah tim forensik datang di tempat kejadian, Jeffrey dkk nya langsung kembali ke kantor untuk melanjutkan penyelidikan mereka.
"Gimana? Kalian dapet apa aja disana?" Tanya Jeno begitu Jeffery masuk ke ruangan.
"Duduk dulu Jen. Cape nih gue, mending ambilin minum gitu." Ucap Yuta.
"Dispenser kan adanya samping lo bang, ngapain mesti nyuruh gue." Balas Jeno.
"Udah jangan ribut bisa ga?" Tegur Teo.
Karena mendengar teguran dari Teo semua nya menjadi diam dan tidak ada yang bersuara. Suasana di ruangan ini menjadi serius.
"Tolong panggilin Mark dong, Jen." Pinta Jeffrey.
Jeno yang mendengar itu, langsung bergegas keluar untuk memanggil Mark yang masih ada di ruangan nya.
"Wih udah pada balik. Ada apa bang?" Tanya Mark begitu masuk ruangan.
"Nih Mark. Tadi di tkp, Nara nemuin ini." Ucap Jeffrey sambil menyerahkan sebuah kartu yang tadi ditemukan Nara.
Mark kemudian mengambil kartu tersebut dan matanya menelisik penuh.
"Ini apaan ya, rumit banget gambaran nya. Tapi nanti deh kasih gue waktu dua atau tiga hari ini." Jelas Mark.
Memang sudah tidak di ragukan lagi kemampuan Mark, walaupun usia nya masih tergolong sangat muda.
"Yaudah lo pegang aja itu. Nanti langsung kasih tau gue kalo lo nemuin sesuatu." Perintah Jeffrey.
"Siap bang!"
Hari ini semua tim detektif dan kepolisiaan tetap berkumpul di markas dan membahas kelanjutan semua kasus yang mereka tangani saat ini.
Walaupun jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam, tetapi mereka sama sekali tidak menunjukan jika mereka akan bergegas pulang.
"Aku angkat telfon sebentar gapapa kan?" Tanya Nara. Pasalnya sekarang mereka tengah membahas kasus.
"Iya silahkan, lagi pula ini bukan jam kerja." Balas Teo.
Begitu mendapat persetujuan, Nara langsung melangkahkan kaki nya keluar dari ruang rapat dan tidak lupa menutup pintu nya.
"Halo.."
"Hai. Gimana hari ini? Baik-baik aja kan kamu, ga kenapa napa?"
Nara terkekeh pelan. "Iya aku baik-baik aja."
"Jadi lembur hari ini?"
"Jadi. Ini aku masih di kantor. Masih bahas kasus."
"Mau kopi?"
"Ih tumben kamu nawarin aku kopi."
"Hari ini aja. Besok-besok ga akan aku tawarin kamu lagi."
"Iya-iya. Aku mau latte."
"Oke. Sepuluh menit lagi aku sampe di kantor kamu."
Pip.
Bersamaan dengan tertutup nya sambungan telfon Nara, seseorang tengah membuka pintu ruang rapat yang ada di belakang tubuh Nara.
"Sorry aku ganggu. Udah selesai belum? Kita masih perlu rapat lagi."
Ternyata itu Jeffrey.
"Ah.. aku kelamaan keluar yah? Kalo gitu aku langsung masuk aja."
Jeffrey tersenyum dan langsung membuka pintu nya lebar, mempersilahkan Nara untuk masuk duluan.
"Besok mulai pengintaian aja, gimana? Sambil kita nunggu hasil laporan dari tim forensik sama dari Mark." Usul Johnny.
"Boleh. Kalau gitu besok bagi dua tim yang turun ke lapangan. Satu tim pergi pengintaian anak buah Mr. Yama, dan satu tim lagi pergi ke bekas bangunan yang dulu nya bekas gudang penyimpanan nya Mr. Yama." Jelas Teo.
"Yaudah kalo gitu.. gue, Kenzo sama Ten ke bekas gudang. Johnny sama Yuta pengintaian aja. Pengintaian jangan lebih dari dua orang." Ucap Jeffrey.
"Teo biar disini bareng sama Dominic, Jeno sama Mark."
"Nara ikut ke gudang aja." Usul Ten.
"Oke."
Tok tok tok.
Semua nya terdiam seketika dan saling menatap satu sama lain. Saling bertanya dalam diam siapa yang mengetuk pintu ruang rapat mereka.
"Buka lah anjir malah tatap tatapan. Homo lo pada?" Sahut Dominic.
Kenzo langsung berdiri untuk membukakan pintu. Dan begitu pintu terbuka, semua nya langsung membelalakan mata kecuali Nara.
"Eh maaf. Ganggu rapat kalian yah?"
Bagaimana tidak kaget, kalau di hadapan mereka saat ini ada kepala tim penanganan kriminal dari kepolisian pusat. Mereka bertanya, untuk apa datang malam seperti ini.
Mata lelaki itu langsung terarah kepada Nara yang masih setia duduk di kursi nya.
"Ini kopi nya. Untung aja aku beli nya banyak. Jadi semua bisa kebagian."
"Hehe makasih."
Nama nya Mingyu Kim. Lelaki yang sekarang menjabat kepala tim penanganan kriminal sekaligus menjadi kekasih Nara.
"Kalian berdua saling kenal?" Kaget Ten.
Mingyu tersenyum pelan sambil berjalan mendekat kepada Nara.
"Masa depan nih. Jadi tolong di jagain yah kalo kalian lagi tugas." Ucap Mingyu sambil tersenyum bangga.
Lagi-lagi semua kaget mendengar penuturan Mingyu yang secara tidak langsung memperkenalkan Nara sebagai kekasih nya.
"Kenapa lo ga bilang, heh? Udah lama nih?" Tanya Dominic.
"Tadinya emang aku ga mau ngasih tau kalian. Biar kalian tau sendiri aja." Jelas Nara.
"Udah lama?" Ulang Dominic.
"Baru dua tahun kok." Sahut Mingyu.
"Dua tahun lo bilang baru?!" Pekik Yuta.
"Yah udah ini mah tinggal tunggu undangan aja." Ucap Teo.
"Woy pak! Diem-diem aja. Biasanya bersuara terus kalo urusan sama Nara." Tanya Kenzo sambil menepuk pelan bahu Jeffrey.
"Ngantuk gue." Jawab Jeffrey asal.
"Nih ada kopi. Mingyu yang bawa jadi ga usah bayar." Canda Nara.
"Ga usah. Gue keluar aja sekalian cari makan." Pamit Jeffrey sambil melangkahkan kaki nya keluar dari ruangan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
REAL ✔✔
БоевикWarning ⚠️ "Cerita ini mengandung bahasa non-baku." Yang tidak suka dengan cerita non-baku,d di skip aja ya jangan sampe buang-buang kuota. Terimakasih 😊 Real or Unreal ?