Hampir tiga minggu berlalu dari kejadian penyerangan yang di dapati Nara dan juga Jeffrey, sejak kemarin Nara mulai kembali aktif dengan pekerjaan nya. Selama sakit dan masa pemulihan kemarin juga Nara hanya bisa bekerja di rumah dan menyerahkan semua nya ketika selesai lewat email.Sore ini, Nara harus menjemput Zea yang dititipkan kembali di tempat penitipan anak yang biasa ia pakai. Ini memang lewat lima belas menit dari jam yang biasa untuk Nara menjemput Zea. Semoga saja Zea tidak marah karena Nara telat menjemput anak itu.
"Saya mau jemput anak saya sus, nama nya Kim Zea." Ucap Nara pada salah satu suster di tempat penitipan anak.
"Sebentar ya bu biar saya cek dulu."
Nara mengangguk dan membiarkan suster itu untuk mengecek data anak-anak yang dititipkan orang tua nya disini.
"Kim Zea sudah pulang dari satu jam yang lalu, bu. Tadi ada yang menjemput kesini."
Deg.
Nara membelalakan mata nya begitu tahu kalau Zea sudah pulang dari satu jam yang lalu. Tapi siapa yang menjemput Zea, sedangkan ia sendiri sedari tadi sibuk di markas. Mingyu? Mingyu pun sama dengan Nara dia berada di markas.
"Kenapa bisa? Saya ini orang tua nya suster!"
Dalam keadaan panik yang luar biasa, Nara mencoba untuk mengendalikan pikiran nya dan kemudian terpikir untuk mencoba menghubungi Mingyu dan memberitahu pria itu tentang apa yang sudah terjadi sekarang.
"Halo sayang, kenapa?"
"Mingyu! Zea hilang.."
"Hah? Hilang?"
"Iya ini aku mau jemput Zea di tempat biasa, tapi mereka bilang udah ada yang jemput. Mingyu.. gimana Zea.."
"Kamu tenang dulu, aku langsung kesana. Tenangin diri kamu dulu."
Pip.
Setelah menutup sambungan nya, Nara benar-benar tidak bisa tenang. Berkali-kali melangkah kan kaki nya menuju pintu keluar untuk melihat barangkali saja Zea keluar lalu kembali lagi ke tempat ini, tapi sayang nya itu hanya harapan Nara.
"Ra.." Mingyu dengan tergesa langsung menemui Nara yang masih sangat panik.
Ternyata Mingyu tidak datang sendiri, di belakang nya terlihat ada Jeno, Jeffrey, Dominic dan juga Vernon.
"Udah, tenangin dulu abis itu baru kamu cerita." Ucap Mingyu menenangkan.
Setelah merasa diri nya lebih tenang sekarang, Nara mulai menceritakan semua nya dan tepat setelah Nara selesai, Jeffrey bangkit dan langsung menuju ke dalam untuk menemui penanggung jawab tempat penitipan anak ini.
"Kalau sudah di jemput, itu bukan tanggung jawab kami lagi, Pak."
Jeno yang bertugas menemani Jeffrey langsung sigap menahan lengan Jeffrey, karena Jeno tahu bahwa Jeffrey sangat sangat marah dengan apa yang dikatakan oleh pihak penitipan anak itu. Terlihat jelas kalau Jeffrey benar-benar marah sekarang, wajah nya benar-benar terlihat merah padam.
"Cctv. Dimana ruangan nya?!" Sentak Jeffrey.
Pihak penitipan anak itu terlihat kaget ketika mendengar bentakan dari Jeffrey dan langsung menunjukan sebuah ruangan yang terdapat di pojok kanan dari tempat mereka berdiri sekarang.
"Jen, coba cek cctv setengah jam yang lalu." Perintah Jeffrey.
Jeffrey memang menyuruh Jeno untuk mengambil alih cctv contol sekarang, tentu saja dengan pihak penitipan anak yang masih setia membuntuti mereka berdua.
"Ga ada yang aneh, bang." Sahut Jeno.
"Coba majuin sepuluh atau lima belas menit."
Dengan sigap, Jeno mengarahkan tangan nya yang berada di atas mouse komputer untuk memilih rekaman cctv yang Jeffrey pinta. Dan benar saja, disitu terlihat Zea berdiri di hadapan dua orang pria tidak di kenal.
"Zea nih bang.. tapi mereka siapa," Tunjuk Jeno ke arah monitor yang menampilkan Zea bersama pria tidak di kenal.
"Ah sial, ga keliatan muka nya." Keluh Jeffrey.
"Copy aja, Jen rekaman nya." Tambah Jeffrey.
Jeno mengangguk dan langsung mengeluarkan benda kecil dari saku jaket nya kemudian langsung memindahkan file rekaman cctv tersebut.
"Gimana, ketemu ga?" Tanya Dominic begitu melihat Jeffrey dan Jeno keluar.
"Ada nih," Jeno menyerahkan handphone nya kemudian mengarahkan Dominic untuk memutar file rekaman cctv yang ia dapat tadi.
Mingyu juga memilih untuk ikut melihat rekaman nya di samping Dominic. "Sialan. Jadi mereka yang bawa Zea?!"
"Di luar ga ada cctv ternyata, jadi ga bisa lihat pergerakan mereka waktu bawa Zea keluar." Sahut Vernon.
"Cathaleya.." Gumam Mingyu dan Jeffrey bersamaan.
Mingyu dan juga Jeffrey terlihat mengepalkan kedua tangan nya, terlihat benar-benar sangar.
"Lo semua bawa Nara ke markas. Jangan sampe Nara pulang sendiri, pastiin lo semua jagain Nara malem ini." Perintah Jeffrey.
"Aku pergi dulu sebentar, kamu pulang sama mereka." Mingyu pamit ke arah Nara yang masih terduduk lemas di tempat nya.
"Kamu mau pergi kemana?"
Mingyu tersenyum lalu mengelus puncak kepala Nara, "Aku mau cari Zea."
"Kamu tahu Zea dimana?" Pekik Nara.
"Aku belum tahu Zea dimana.. tapi aku berusaha buat bawa Zea kembali ke kamu."
Nara mengangguk. "Kamu hati-hati."
"Pasti, sayang."
Mingyu bangkit dan langsung mengajak Jeffrey untuk langsung bergegas.
"Jeffrey.. hati-hati." Ucap Nara.
Jeffrey yang mendengar hal itu, sontak langsung menengok dan tersenyum sebelum mengacak rambut Nara pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REAL ✔✔
AçãoWarning ⚠️ "Cerita ini mengandung bahasa non-baku." Yang tidak suka dengan cerita non-baku,d di skip aja ya jangan sampe buang-buang kuota. Terimakasih 😊 Real or Unreal ?