Hampir lewat tengah malam sebagian besar manusia menggunakan waktu nya untuk terlelap, tetapi berbeda dengan sekumpulan pria yg lebih memilih untuk mendatangi pelabuhan.
"Serem ya ternyata ini pelabuhan kalo udah malem" ucap Yuta.
Oh iya, malam ini Yuta tidak sendiri. Sesuai janji nya, malam ini ia akan turun bersama dengan tim nya. Hari ini mereka lengkap. Ada Dominic, Kenzo, dan Ten tidak lupa juga dengan Jeffrey, Johnny dan Teo.
"Ya lo pikir aja anjir ini malem bukan tengah hari bolong" sahut Dominic.
Sebenarnya Dominic kesal kenapa harus Yuta yg di pilih kepolisian sebagai ketua tim. Apalagi mengingat tim mereka bukan lah tim main-main, karena mereka banyak bekerja sama dengan badan intelijen.
"Kita kapan keluar nih pengap ya Tuhan" keluh Ten.
Ya bagaimana tidak pengap, saat ini mereka menggunakan sebuah mobil van berukuran sedang yg di isi oleh tujuh orang manusia. Jangan lupakan dengan mesin mobil yg di matikan oleh Johnny.
"Sebentar lagi kita keluar, kita tunggu sampai mereka datang. Jeff, pastiin kalau sambungan kita ke Mark gak terputus" perintah Teo.
"Udah gue cek kok tadi, Mark pake sistem yg baru" jelas Jeffrey.
"Bagus kalo gitu. John keluarin peralatan"
Johnny menyerahkan satu kotak besar berwarn silver kepada Teo. Disitulah tempat mereka menyimpan semua peralatan yg sering kali mereka gunakan.
"Nih kalian juga boleh pake ini" kata Teo sambil membagikan empat buah ht kepada Yuta, Dominic, Kenzo dan Ten.
"Ht? Kita juga punya" sahut Kenzo.
"Itu bukan ht biasa.. coba tekan tombol di bagian bawah terus kalian geser ke samping" suruh Jeffrey.
"Eh anjir revolver?" Kaget Ten.
"Yap, seperti yg kalian lihat dibalik itu ada revolver yg bisa kalian pakai sewaktu-waktu" tambah Jeffrey.
"Dih canggih bener" sahut Dominic.
Di sisi lain, Jeffrey melirik jam tangan hitam yg melingkar di lengan kiri nya. Jeffrey merasa sudah waktu nya.
"Gue sama Johnny keluar, kalian disini hati-hati. Bisa aja mereka udah menyebar sebelum kita dateng"
"Jangan pernah lepas earphone nya, se-kacau apa pun situasi nya jangan pernah lepas" pinta Jeffrey.
Setelah selesai memberikan perintah. Jeffrey keluar bersama dengan Johnny. Melangkah kan kaki nya untuk semakin dekat dengan bibir pelabuhan.
"Long time no see Mr. Parviz"
Suara berat itu menyela langkah kaki Jeffrey dan Johnny. Shit. Ternyata mereka merubah rencana, mereka telah datang jauh sebelum Jeffrey dan teman-teman nya datang.
"Senang bertemu anda kembali Mr. Yama" sapa Jeffrey.
"Terakhir aku bertemu dengan mu, kau datang sendiri pada ku saat itu. Apa kau sekarang menjadi Parviz si penakut?"
"Tentu tidak Mr. Yama, aku tetap lah Parviz yg anda kenal dulu. Dia teman ku" ucap Jeffrey sambil menunjuk Johnny yg berada di sebelah nya.
"Aku tidak perlu tahu dia teman mu atau bukan. Jadi apa yg membawa mu kemari Mr. Parviz?"
"Ingin membuat penawaran lagi dengan ku atau kau ingin merebut Cathaleya dari ku?
"Aku yakin kau sudah tahu jika malam ini aku membawa Cathaleya. Adik mu si bocah ingusan itu telah berhasil masuk ke dalam sistem jaringan ku" jelas Mr. Yama.
"Baiklah, terimakasih atas pertanyaan mu Tuan"
"Yang pertama, aku hanya ingin kau menyerah dan kembali ke Jepang. Kedua, aku sudah tidak peduli dengan Cathaleya mu, ketiga.. maaf karena adik ku terlalu pintar sehingga ia bisa masuk ke dalam sistem jaringan mu"
"Kurang ajar! Siapa yg mengajari mu berbicara seperti itu?"
"Kau yg menyerah atau aku yg menyerah?" Tambah Mr. Yama.
Jeffrey bisa melihat kalau beberapa anak buah Mr. Yama sedang mengarahkan senjata nya pada ia dan Johnny.
"Gimana Jeff?" Sahut Johnny.
"Tenang, jalanin semua sesuai rencana" ucap Jeffrey setengah berbisik.
"Jeff.. lo aman kan?"
Terdengar suara Teo yg Jeffrey bisa tahu kalau Teo sedang panik.
Jeffrey sengaja mematikan earphone nya.
DORR!
To be continue..
KAMU SEDANG MEMBACA
REAL ✔✔
AçãoWarning ⚠️ "Cerita ini mengandung bahasa non-baku." Yang tidak suka dengan cerita non-baku,d di skip aja ya jangan sampe buang-buang kuota. Terimakasih 😊 Real or Unreal ?