14

3.1K 436 7
                                    


Setelah berbicara banyak tentang kondisi Nara pada Jeffrey, Mingyu kembali masuk ke dalam ruang perawatan Nara yang di ikuti oleh teman-teman nya yang lain kecuali Ten dan Dominic yang masih menjemput Zea.

Mingyu yang memang duduk di samping tempat tidur Nara, langsung menyadari ketika jari-jari Nara mengalami pergerakan.

"Ra, kamu sadar?" Tanya Mingyu pelan.

Yang lain pun sama-sama ikut antusias begitu tahu Nara sudah tersadar sekarang.

"Aku dimana?" Tanya Nara begitu mata nya mulai terbiasa dengan cahaya ruangan.

"Di rumah sakit sayang." Jawab Mingyu.

Sontak ketika mendengar kata rumah sakit, Nara langsung menggelengkan kepala nya dan mendadak histeris. Nara memiliki trauma tersendiri pada rumah sakit dan itu yang menjadi penyebab dirinya menjadi histeris seperti sekarang.

"Aku mau pulang. Aku ga suka ada disini, Mingyu." Teriak Nara sambil mencoba untuk mencabut jarum infus nya.

Mingyu dan yang lain nya langsung kelabakan begitu melihat Nara menjadi histeris seperti sekarang. Teman-teman nya baru pertama kali melihat Nara menjadi seperti ini.

"Ssstt, kamu tenang yah. Kan kamu disini nya ga sendiri, ada aku sama yang lain juga. Aku janji, kalau kamu udah sehat lagi kita langsung pulang dari sini." Ucap Mingyu.

"Jangan di cabut infus nya yah.. nanti sakit loh tangan nya. Kata nya ga suka jarum." Tambah Mingyu yang masih setia menenangkan Nara yang ada dalam pelukan nya.

Perlahan setelah mendengar ucapan Mingyu, Nara menjadi tenang tidak se-histeris tadi.

"Nara kenapa kok bisa se-trauma itu sama rumah sakit?" Tanya Kenzo begitu ia melihat Nara mulai kembali memejamkan mata nya.

Mingyu menghela nafas nya, sambil terus mengelus puncak kepala Nara. "Dulu ibu sama ayah nya Nara meninggal di rumah sakit, mereka di bunuh sama orang suruhan dari rekan bisnis ayah nya Nara. Sadis banget emang, apalagi waktu itu ayah dan ibu nya Nara memang lagi sengaja di opname karena ginjal mereka kambuh."

"Mereka di bunuh di ruang perawatan di malam ketika Nara nungguin mereka."

"Udah di laporin tapi?" Tanya Seungcheol yang sedari tadi mendudukan dirinya di ujung sofa dekat tembok.

"Udah, gue sama Nara yang bikin laporan nya. Tapi ya gitu, mereka maksa nutup kasus nya padahal pelaku nya aja belum ketemu." Keluh Mingyu.

"Dih bego apa gimana mereka. Makan gaji buta anjir, gue tuntut juga nih lama-lama." Emosi Johnny.

"Berisik nih bang Johnny, ga nyadar sekitar kalo lagi di rumah sakit." Dengus Vernon yang di hadiahi jitakan oleh Johnny.

Jeffrey sedikit menaikan posisi duduk nya. "Tadi gue udah ngomong sama Teo juga, malem ini gue mau nyelidikin apartment nya Cathaleya. Tadi juga udah bagi tugas, buat yang cek koridor ada Yuta, Mark sama Kenzo sama Teo. Sisanya gue, Seungcheol, Vernon sama Jeno cek cctv sama pengamanan apartment."

Yang lain mengangguk tanda mengerti dengan apa yang di katakan dan di jelaskan Jeffrey.

Brak.

"Eh.. hehe maaf papi, uncle."

"Zea kan udah uncle bilang jangan lari-larian."

Semua mata yang ada di ruang perawatan itu langsung tertuju ke arah pintu yang menunjukan Zea dengan tas yang masih menyampir di pundak kecil nya beserta Ten dan Dominic yang kelelahan mungkin mengerjar Zea karena anak itu berlari di koridor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semua mata yang ada di ruang perawatan itu langsung tertuju ke arah pintu yang menunjukan Zea dengan tas yang masih menyampir di pundak kecil nya beserta Ten dan Dominic yang kelelahan mungkin mengerjar Zea karena anak itu berlari di koridor.

"Maaf uncle." Cicit Zea sambil menundukan kepala nya.

"Parah lo anjir bocah di omelin. Ntar Nara udah bangun aja mampus lo." Tunjuk Johnny pada Dominic yang menjadi tersangka utama yang sudah mengomeli Zea tadi.

Tanpa pikir panjang, Jeffrey menarik Zea ke arah nya dan mendudukan Zea di pangkuan nya seraya melepas tas anak itu lalu mengelus pelan puncak kepala Zea.

"Udah gapapa, Uncle Dominic ga marah kok sama Zea." Ucap Jeffrey.

Zea menganggukan kepala nya.

"Papi.. mommy kenapa? Mommy sakit yah?" Tanya Zea yang masih setia di pangkuan Jeffrey.

"Iya sayang mommy sakit. Jadi Zea jangan berisik yah, biarin mommy nya istirahat biar cepet sembuh. Okay?"

"Okay papi." Jawab Zea sambil mengangkat ibu jari kecil nya.

"Gemes banget Ya Tuhan." Ucap Seungcheol sambil memainkan kedua pipi Zea.

"Ya makanya buruan nikah bang." Sahut Ten yang langsung di hadiahi lemparan bantal sofa oleh Seungcheol.

"Oh iya malem ini, kita mau ke apartment nya Cathaleya. Lo Ten sama Dominic ga usah ikut. Jagain Nara aja disini bareng Mingyu." Ucap Teo.

"Lo pada mau ngapain ke apartment Cathaleya? Ngapelin dia?"

Bugh.

"Bloon di pelihara Ten." Sahut Yuta.

"Ya kan gue nanya doang anjir ga usah nge-gas dong,"

"Ya udah kalian kalau mau pergi, pergi aja ga usah ngajak ini manusia malah ide bagus." Ucap Dominic menengahi perdebatan antara Yuta dan Ten.

"Ayo balik ke markas, kita belom nyiapin peralatan soalnya." Ajak Seungcheol.

"Gyu, jagain Nara. Lo berdua juga jagain Nara apalagi sekarang ada Zea." Tunjuk Johnny ke arah Ten dan juga Dominic.

"Iya anjir bawel banget. Udah sana kalo mau berangkat mah." Usir Ten.

"Hati-hati lo semua. Gitu-gitu juga dia cewe ganas." Timpal Dominic.

REAL ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang