Malam itu, Mingyu yang seharus nya sudah kembali ke rumah nya malah memilih untuk bergabung bersama tim detektif dan Nara yang berada di markas.
"Kalian lagi nanganin kasus apa sih? Rumit banget kaya nya." Ucap Mingyu yang sekarang sudah mendudukan dirinya di samping Nara.
"Lo tau ga? Ini kepala gue rasanya mau pecah aja. Belum selesai persoalan Yakuza sekarang nambah lagi kasus pembunuhan tadi siang." Jelas Johnny.
"Kalau kalian ga keberatan, gue mau bantuin kasus yang kalian lagi tanganin saat ini." Tawar Mingyu.
Otomatis semua yang ada di ruangan itu langsung menengok ke arah Mingyu. Termasuk Nara.
"Mingyu! Kamu serius?" Tanya Nara.
Bukan apa-apa, hanya saja tugas Mingyu saja sudah cukup banyak sekarang. Apa lagi jika ditambah dengan membantu mereka.
"Aku serius."
Mingyu beralih untuk menatap Teo. "Nanti gue suruh Seungcheol sama Vernon buat gabung. Mereka tim gue juga."
"Tapi gak apa nih kalian turun tangan gini?" Tanya Teo memastikan.
"Gapapa lah, kan tim gue juga nanganin persoalan kriminal juga. Jadi santai aja."
"Anjir! Gue jadi ngebayangin gimana keren nya tim ini. Siap-siap punya fans nih gue." Ucap Ten dengan heboh nya.
"Mimpi lo ketinggian bego!" Balas Dominic.
"Sirik aja sih lo."
Nara yang tidak tahan dengan perdebatan mereka akhirnya memilih untuk menyingkir dan keluar dari ruangan. Berjalan untuk melihat sekeliling tempat ini yang sekarang menjadi kantor sekaligus markas tim nya.
Langkah nya kemudian terhenti ketika melihat sesosok orang yang berjalan melewati parkiran. Parkiran kantor mereka kalau malam seperti ini memang cukup gelap. Hanya ada satu atau dua lampu yang menyala.
Nara sangat yakin jika orang itu memiliki niat yang tidak baik. Apalagi ketika orang itu mulai berhenti di salah satu mobil yang sangat ia kenal.
Itu mobil Jeffrey!
Shit! Nara lupa kalau saat ini dia sama sekali tidak membawa senjata apa pun. Revolver milik nya pun ia tinggal di dalam ruang rapat tadi.
"Berhenti!"
Ucapan Nara berhasil menghentikan kegiatan seseorang yang sedaritadi tengah berusaha mengotak atik sisi kanan mobil Jeffrey.
Orang itu langsung berbalik dan menemuka Nara di belakang nya. Katakan lah Nara menjadi sangat pemberani sekarang.
"Oh ternyata ada anggota baru dari tim detektif ini."
Nara tidak bisa melihat dengan jelas wajah orang itu, karena sekarang ia memakai masker dan topi berwarna hitam.
"Ada urusan apa kamu kesini?" Tanya Nara.
Orang itu terlihat menggeram pelan ketika mendengar pertanyaan Nara.
"Urusan gue jadi gagal gara-gara lo!"
Brugh!
Orang itu dengan sengaja menubruk bahu Nara dan membuat Nara kehilangan keseimbangan nya.
"Awh." Lirih Nara.
"Sial! Aku kehilangan dia kan jadinya."
Nara buru-buru bangkit dan bergegas menuju ruang rapat untuk memberitahukan persoalan ini kepada yang lain nya.
Brak!
"Eh maaf. Ga maksud ngagetin kalian kok."
Semua nya tersenyum kepada Nara, seolah memaklumi tingkah laku gadis itu.
"Kamu kemana aja? Daritadi aku cariin juga, handphone juga di tinggal gitu aja." Tanya Mingyu.
"Hehe maaf. Tadi aku keluar sebentar."
Tanpa mereka semua sadari, Jeffrey yang sedari tadi memperhatikan semua nya langsung mendekati Nara dan membawa nya ke arah wastafel yang tersedia di luar ruangan.
"Jeffrey kamu apa apaan sih?" Tolak Nara.
"Kamu yang harus nya aku tanya begitu! Tangan kamu ini berdarah. Masa kamu ga ngerasain apa pun." Sentak Jeffey.
Sontak semua nya termasuk Nara langsung melihat ke arah tangan kanan nya yang sekarang sedang mengeluarkan darah yang cukup banyak. Kecerobohan nya terulang lagi sekarang, bagaimana disaat dia terluka saat ini tetapi tidak merasakan apa pun.
"Tolong ambilin P3K." Suruh Jeffrey.
Tidak lama kemudian, Kenzo datang dengan kotak P3K ditangan nya.
"Sini biar gue aja." Ucap Mingyu.
Tugas Jeffrey untuk membersihkan darah yang mengalir di telapak tangan Nara memang sudah selesai. Sekarang giliran Mingyu yang maju.
"Kamu kenapa sih bisa begini?" Tanya Mingyu lembut.
Nara masih diam, dia bingung untuk menceritakan semua nya.
"Cerita aja! Gapapa." Ucap Teo meyakinkan.
"Tadi aku liat seseorang, dia terus muterin mobil nya Jeffrey. Kaya nya dia punya rencana buruk buat Jeffrey makanya aku ikutin dia tadi."
Semua nya mendadak serius ketika mendengar penjelasan Nara.
"Kak Nara liat orang nya kaya gimana ga?" Tanya Jeno.
"Aku ga bisa liat Jen. Dia pake masker sama topi hitam. Tapi dia lebih tinggi dari aku, postur tubuh nya kalau ga salah dia kaya Dominic."
"Yuta, Kenzo, sama Teo ikut gue ke parkiran. Kita cek semua nya."
"Mark tolong cek cctv juga." Tambah Jeffrey.
Semua nya yang mendapat perintah dari Jeffrey langsung bergegas menjalankan tugas nya.
"Gue udah suruh Seungcheol sama Vernon buat kesini. Mereka sampe sekitaran sepuluh menit lagi." Jelas Mingyu.
"Aku tuh selalu khawatir kalau kamu ikut penyelidikan gini. Dan ini hasilnya." Ucap Mingyu pelan.
Nara tersenyum mendapati Mingyu yang sekarang tengah mencemaskan keadaan nya.
"Aku juga. Aku selalu khawatir ketika kamu dapet tugas."
"Kan beda sayang. Aku laki-laki, kamu perempuan. Kekuatan aku sama kamu itu beda."
"Tetep aja Mingyu. Kamu juga ga boleh gegabah gitu, ada saat nya semua orang itu lagi lengah."
"Iya. Ah, aku ga selalu bisa menang kalau ngomong sama kamu. Kenapa sih?" Tanya Mingyu yang sedari tadi masih setia menatap Nara.
"Kamu terlalu sayang sama aku kali." Tebak Nara.
"Rasa sayang aku ke kamu ga bisa di ungkapin tau ga." Goda Mingyu.
"Woy elah pacaran jangan disini!" Pekik Ten.
"Eh lu juga punya mulut santai dikit napa sih." Balas Dominic.
"Jomblo mah berisik terus." Ledek Mingyu.
Sepertinya pilihan Mingyu untuk bergabung bersama tim ini tidak salah. Mereka sangat nyaman, dan jauh dari kesan seorang detektif dan polisi. Terlihat seperti sekumpulan anak muda yang tengah menghabiskan waktu nya untuk berkumpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
REAL ✔✔
AksiWarning ⚠️ "Cerita ini mengandung bahasa non-baku." Yang tidak suka dengan cerita non-baku,d di skip aja ya jangan sampe buang-buang kuota. Terimakasih 😊 Real or Unreal ?