"Zea.. Kim Zea."Semua orang yang ada di tempat itu memang benar-benar sangat terkejut dengan kenyataan yang ada di hadapan mereka sekarang. Bagaimana bisa Zea mengenal Cathaleya dan juga sebalik nya.
Nara sudah tidak bisa menahan lagi kaki nya untuk perlahan mendekati Zea yang masih ada dalam genggaman tangan Cathaleya.
"Kak Nara jangan kak," Teriak Jeno.
Cathaleya yang masih sibuk menyaksikan semua nya kini sudah berpindah ke samping Mr. Yama dan tentu saja dengan Zea.
"Hai Nara.. long time no see, right?" Sapa Cathaleya yang lebih terdengar seperti sebuah ejekan bagi Nara.
"Cathaleya, kamu mau apa sebenernya? Balikin Zea sekarang juga." Pinta Nara.
Cathaleya tiba-tiba saja tertawa ketika selesai mendengar perkataan Nara, dan kemudian mengeluarkan seringaian nya yang membuat Dominic bergidik ngeri.
"Kamu itu terlalu bodoh, Nara. Masih aja tetep jadi Nara yang polos dan bisa di bodohi orang. Otak kamu dimana sih? Atau memang kamu ga punya otak?" Tanya Cathaleya dengan senyuman mengejek nya.
"JAGA UCAPAN LO!!"
Johnny yang mendengar Cathaleya dengan santai nya mengejek Nara dengan kata-kata nya membuat dirinya menjadi sangat emosi dan kalau bisa ia benar-benar ingin melenyapkan wanita itu sekarang juga.
Sebenarnya bukan hanya Johnny yang tersulut emosi begitu mendengar Nara di perlakukan begitu, semua nya termasuk Jeffrey dan juga Mingyu sangat sangat kesal bahkan Mingyu sangat terlihat dari raut wajah nya yang berubah merah padam.
"Alice ini senjata aku buat ngelumpuhin kalian secara perlahan, Alice selalu ngasih aku report tentang semua rencana kalian untuk kita." Jelas Cathaleya.
Seolah di hantam batu yang besar, kini semua orang terdiam di posisi nya masing-masing. Masih tidak dapat menerima kalau Zea, gadis kecil itu adalah bagian dari Mr. Yama. Nara memutar kembali ingatan nya tentang Zea yang selalu sibuk menanyakan tentang rencana apa yang di lakukan tim nya di kantor. Sebenarnya pertanyaan nya tidak biasa untuk anak seusia nya, tapi Nara percaya begitu saja karena bermodal ia sudah sangat menyayangi anak itu terlebih lagi waktu itu Zea pernah mengatakan kalau ia sudah dewasa nanti ia sangat ingin seperti Nara.
"Kalian ini semua detekftif payah!!" Ucap Cathaleya.
Johnny yang memang sejak tadi sudah tersulut emosi nya, di tambah mendengar ucapan Cathaleya barusan maka emosi nya sudah sangat menjadi jadi. Johnny tidak bisa berpikir panjang untuk tidak mengambil tindakan dan menembakan beberapa peluru ke arah Cathaleya.
"JOHNNY JANGAN!! ZEA ADA DISANA." Teriak Nara.
Tapi seolah tidak mendengar semua yang di ucapkan Nara, Johnny masih saja terus menembakan peluru ke arah Cathaleya yang sekarang sudah dibalas oleh beberapa anak buah Mr. Yama dan membuat suasana nya seperti perang sungguhan.
Mingyu dan Jeffrey yang seperti diberi kesempatan untuk lolos dari jeratan Mr. Yama langsung melumpuhkan Mr. Yama hingga membuat bos Yakuza tersebut jatuh tersungkur.
"Tetep di belakang aku, jangan pernah berani untuk maju tanpa sepengetahuan aku." Ucap Mingyu yang kini sudah menjadikan badan nya sebagai perisai untuk melindungi Nara.
"GRANAT!! SEMUA NYA MENYINGKIR."
Teriakan salah satu dari pasukan tim khusus membuat semua orang menunduk dan sibuk melindungi dirinya dari ledakan granat yang cukup hebat berasal dari anak buah Mr. Yama.
Tanpa sadar, tangan Mingyu dan juga Jeffrey sibuk menarik tubuh Nara untuk ikut menunduk tiarap di antara rerumputan untuk sekedar melindungi bagian depan tubuh mereka.
Setelah granat berhasil dilemparkan dan meledak, ternyata anak buah Mr. Yama sama sekali tidak menyerah untuk menyerang Teo dan yang lain nya. Suara tembakan kembali terdengar.
Nara yang memang masih berdiri di belakang Mingyu, sibuk mencari keberadaan Zea karena Cathaleya dan juga Zea sudah tidak ada di depan sana dan juga Mr. Yama yang tadi sempat jatuh tersungkur karena ulah Mingyu dan juga Jeffrey saja sudah tidak ada disitu.
Tanpa berpikir panjang lagi, Nara memisahkan dirinya dari kerumunan rekan rekan nya yang masih sibuk melawan anak buah Mr. Yama yang sekarang cukup berkurang banyak. Nara memilih melipir untuk mencari keberadaan Zea dan Cathaleya.
Langkah kaki nya kemudian terhenti di sebuah ruangan yang mirip dengan gudang karena tempat itu cukup lembap, dan berdebu.
"Aku udah yakin kalau kamu bakal nyari keberadaan aku dan Alice sampai kesini." Suara Cathaleya kembali memenuhi ruangan tersebut.
Nara kemudian berbalik dan menemukan Cathaleya di belakang nya yang sudah membawa senjata laras panjang milik nya. Nara kemudian tersadar dan dengan cepat mencari revolver milik nya di saku jaket dan hasil nya nihil. Nara sangat yakin kalau revolver milik nya terjatuh saat ia tadi di tarik oleh Mingyu dan juga Jeffrey.
"Nyari apa sih? Senjata? Kenapa? Senjata kamu hilang? Bagus dong kalau gitu aku bisa buat kamu pergi ke surga dengan cepat."
"Ada yang kamu mau ucapin mungkin sebelum kamu pergi untuk selama nya?" Tambah Cathaleya.
Bugh.
Nara memang kehilangan senjata nya untuk saat ini, tapi ia pikir ia masih mempunya kedua tangan dan kaki nya yang bisa ia gunakan dengan baik. Bukti nya barusan tendangan nya tepat mengenai wajah mulus Cathaleya.
"Brengsek!" Gumam Cathaleya kemudian bangkit dan mendekati Nara.
Bugh.
Kali ini giliran Nara yang jatuh tersungkur di pojok gudang tersebut, Cathaleya berhasil membalas dengan memukul kepala bagian samping Nara dengan senjata laras panjang milik nya.
Nara langsung merasakan efek dari perbuatan Cathaleya barusan, kepala nya sangat sakit dan membuat dirinya merasa pusing.
Brak!
Cathaleya yang melihat Nara dalam keadaan lengah tersebut langsung mengambil kursi kayu dan melemparkan kursi kayu tersebut ke atas tubuh Nara terutama bagian kepala nya yang membuat darah segar langsung mengalir di bagian pelipis nya.
"Lo tuh emang ga pantes buat hidup!! Karena bisnis orang tua lo, kehidupan keluarga gue hancur! Lo bisa dengan mudah dapetin semua nya!!"
"LO PANTES MATI NARA!!"
Nara yang masih terlungkup di sudut ruangan tersebut sudah sangat merasa lemas tapi ia masih mencoba untuk bertahan dan mendengarkan semua ucapan Cathaleya.
"Apa aku punya salah sama kamu?" Ucap Nara pelan.
Cathaleya yang masih berdiri di hadapan Nara langsung mengarahkan senjata nya ke arah Nara dengan tangan yang bergetar hebat.
"Kalau kehidupan kamu hancur karena orang tua aku, aku sangat sangat minta maaf sama kamu atas nama orang tua aku."
Nara sudah merasa tubuh nya sangat lemas karena lemparan kursi yang tepat mengenai kepala nya yang sebelum nya sudah sangat sakit dan kemudian bertambah menjadi rasa sakit yang sangat luar biasa. Entah sampai kapan Nara bisa melawan rasa sakit nya, rasanya kedua mata nya sudah ingin menyerah.
Tanpa di sadari, air mata keluar dari kedua mata Cathaleya. Hati kecil nya sangat sedih dan sakit melihat sahabat nya ter telungkup lemah di hadapan nya sekarang.
"Maaf. Aku harus lakuin ini untuk ayah dan ibu." Gumam Cathaleya kemudian ia menarik pelatuk senjata nya dan dengan cepat peluru tersebut sudah bersarang di dada atas Nara.
Brak!!
"Mommy Nara!!!!!"
"NARAAAAAAA!!"
"KAK NARA!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
REAL ✔✔
AcciónWarning ⚠️ "Cerita ini mengandung bahasa non-baku." Yang tidak suka dengan cerita non-baku,d di skip aja ya jangan sampe buang-buang kuota. Terimakasih 😊 Real or Unreal ?