Sekitar jam sepuluh pagi, aku baru selesai meeting sama big boss dan tadi aku sempet di temenin sama Jeno. Cuma, karena aku mau mampir ke toko roti dulu sebentar jadi aku suruh Jeno untuk pulang duluan. Jeno juga bawa mobil sendiri kok tadi.Setelah aku sampe di depan toko roti nya, aku langsung masuk dan memilih beberapa roti buat aku dan yang lain nya nanti. Begitu selesai, aku langsung bergegas keluar dan aku kembali menemukan sosok perempuan yang aku lihat begitu aku sama Mingyu makan siang kemarin.
Aku inget dia siapa sekarang.
"Cathaleya!" Panggil aku.
Tapi, bukan nya berhenti dia makin berlari menjauhi aku. Dia sempet nengok ke belakang sebentar dah setelah nya langsung lari.
"Cathaleya! Tunggu aku, please sebentar aja." Teriak aku.
Cathaleya sama sekali ga mau berhenti barang sebentar aja. Dia terus terusan ngejauhin aku.
Aku lupa cerita, kalau sebenarnya Cathaleya itu temen satu angkatan aku di akademi militer di Amerika dulu. Dulu aku deket sama dia, ga jarang juga kita ngehabisin waktu bareng.
Aku yang lagi ngejar Cathaleya, tiba-tiba berhenti begitu aku ngerasain ujung kemeja yang aku pakai ada yang narik. Dan mau ga mau aku lihat itu, ternyata ada anak perempuan kecil yang masih megang ujung kemeja yang aku pakai.
"Mommy.."
Sebentar.. aku ga salah denger kan? Tadi anak kecil ini manggil aku dengan sebutan 'Mommy'?
Aku langsung jongkok buat nyamain tinggi tubuh aku sama anak ini, dan perlahan aku usap rambut pendek sebahu nya.
"Kamu kenapa ada disini? Kepisah sama mommy kamu, hm?" Tanya aku lembut.
"Aku ga punya mommy." Ucap anak itu pelan.
Eh? Ga punya orang tua?
"Kita duduk disana yah. Kamu ceritain semua nya." Ajak aku.
Dan akhirnya aku ngebawa anak itu buat duduk di salah satu kursi yang ada di taman deket situ. Aku cukup penasaran kenapa anak se kecil ini berkeliaran di jalan raya kaya gini.
"Umur kamu berapa tahun?" Tanya aku.
"Lima tahun.."
Aku ngangguk pelan dan kembali ngusap rambut nya. "Jadi, kenapa kamu ada disini?"
"Aku kepisah sama temen-temen. Panti asuhan kita kebakaran, tadi aku lari keluar rumah sama yang lain. Tapi begitu sampai di ujung jalan itu aku kepisah sama mereka. Aku ga tau mereka dimana." Anak itu mulai menangis kecil.
Astaga, jadi anak ini tinggal di panti asuhan?
"Kalau boleh aku tahu, nama kamu siapa cantik?"
"Nama aku Zea."
Aku senyum dan diem sebentar, lalu beralih lagi natap Zea.
"Oke kalau gitu, Zea mau ikut aku? Tinggal bareng sama aku? Aku janji bakal terus lindungin kamu."
Bisa aku lihat kalau anak itu mandangin aku sebentar sambil ngerjapin kedua mata nya. Ah, lucu banget. Entah kenapa, aku jadi pengen terus deket anak ini dan ngelindungin dia.
Zea kemudian ngangguk.
"Tapi, Zea boleh panggil tante itu mommy ga? Zea pengen rasain punya mommy."
Aku terhenyak pelan, dan sedetik kemudian aku ngangguk ke arah Zea.
"Kalau gitu, mulai sekarang tante Nara bakal jadi mommy Zea dan nemenin Zea kemana pun."
Zea senyum dan sontak langsung meluk aku. Bisa aku rasain kalau Zea bahagia banget.
Aku sadar kalau aku terlalu lama pergi keluar, dan aku langsung ngajak Zea pulang. Lebih tepat nya bukan pulang tapi, kembali ke markas karena aku masih harus kerja.
Begitu aku sampe di parkiran di depan markas, aku langsung ngelirik ke arah Zea yang masih mandangin ke arah luar jendela.
"Ini tempat kerja mommy?"
"Iya ini tempat kerja mommy. Kamu ga apa-apa kan disini dulu?"
Zea ngangguk. "Iya. Zea mau disini aja sama mommy."
Begitu aku mau ajak Zea turun, aku lihat kalau Mingyu juga baru turun dari mobil nya jadi aja aku panggil dia buat kesini nemuin aku.
"Kenapa? Kamu darimana?" Tanya Mingyu begitu ada disamping mobil aku.
"Habis selesai ketemu big boss tadi, sama Jeno juga." Jelas aku.
Mingyu ngangguk paham, dan sedetik kemudian pandangan nya beralih ke arah Zea.
"Dia siapa?"
"Nama nya Zea. Sekarang dia jadi anak aku."
"Anak?!! Kamu punya anak?!!" Teriak Mingyu.
Aku udah tebak kalau reaksi Mingyu pasti bakal kaya gini.
"Sstt jangan berisik ih kamu mah. Tadi aku ketemu Zea, dia anak dari panti asuhan. Dia lari keluar dari panti asuhan nya gara-gara rumah nya kebakaran dan dia kepisah sama temen-temen nya.."
"Aku ga tega, Mingyu. Dia masih kecil, ga punya siapa-siapa. Mana bisa aku biarin dia terlantar di jalan gitu." Tambah aku.
"Oke oke aku paham sekarang." Ucap Mingyu sambil mengacak poni nya pelan.
"Siapa nama nya tadi?" Tanya Mingyu.
"Zea."
"Zea sayang.. sekarang nama kamu jadi Kim Zea okay?"
Hah apa-apaan dia? Kenapa jadi nambahin marga nya di nama Zea. Aku langsung natap Mingyu minta penjelasan dari dia.
"Dia anak kamu kan? Secara ga langsung, dia juga bakal jadi anak aku. Kamu kan tunangan aku." Jelas Mingyu.
"Mulai sekarang panggil aku 'Papi' okay cantik?" Ucap Mingyu yang entah mulai kapan jadi ada di samping pintu Zea.
Zea yang denger itu, senyum-senyum aja dan kelihatan nya dia seneng banget begitu Mingyu nyuruh dia manggil Mingyu dengan sebutan 'Papi'.
"Yeeeaayy.. Zea sekarang punya Mommy sama Papi." Teriak Zea.
Mingyu senyum dan ketawa pelan begitu denger teriakan nya Zea. Mingyu beralih buat buka pintu dan langsung narik Zea buat dia gendong. Aku ga nyangka kalau Mingyu suka banget sama anak kecil.
"Okay.. ayo kita masuk." Ajak Mingyu.
"Ra.. ayo masuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
REAL ✔✔
ActionWarning ⚠️ "Cerita ini mengandung bahasa non-baku." Yang tidak suka dengan cerita non-baku,d di skip aja ya jangan sampe buang-buang kuota. Terimakasih 😊 Real or Unreal ?