Pagi ini seperti biasa, Nara harus kembali ke rutinitas pekerjaan nya di kantor. Sebelum berangkat tadi, Nara sudah menitipkan Zea di salah satu penitipan anak yang cukup besar dan tempat nya cukup dekat dengan tempat bekerja nya."Lokasi apartment nya Cathaleya." Jeno terlihat menyerahkan satu lembar kertas begitu ia masuk ke dalam ruangan yang biasa mereka gunakan.
"Apartment nya lumayan sepi dan jauh dari keramaian juga." Tambah Jeno.
Hari ini, sesuai dengan hasil kesepakatan kemarin kalau Nara dan juga Jeffrey akan berangkat ke apartment Cathaleya dengan alasan untuk introgasi dengan membawa beberapa bukti kejahatan yang sudah Cathaleya lakukan.
Setelah selesai melakukan briefing sebentar, Nara dan juga Jeffrey bergegas untuk menyiapkan semua peralatan yang akan mereka bawa hari ini.
"Revolver kamu udah di isi penuh kan?" Tanya Mingyu yang datang mendekati Nara.
Nara tersenyum mendapati Mingyu yang ia tahu kalau Mingyu sedang khawatir pada diri nya. "Udah aku isi penuh kok, kamu tenang aja."
"Earphone jangan di lepas biar aku bisa mantau kondisi kamu. Hati-hati juga anting kamu copot nanti."
"Iya aku bakalan hati-hati disana."
Mingyu memang tidak pernah merasa tenang ketika Nara di haruskan turun ke lapangan seperti ini. Bahkan sepuluh menit yang lalu, Mingyu menaruh chip kamera kecil di anting yang Nara kenakan hari ini. Alasan nya sih hanya untuk jaga-jaga kalau Cathaleya melakukan hal yang diluar batas nanti nya.
Setelah dirasa semua siap, Nara dan Jeffrey segera bergegas ke alamat yang sudah diberi tahukan oleh Jeno tadi. Tentu saja Jeffrey hari ini tidak menggunakan mobil nya, dia memilih untuk menggunakan Suv milik kantor karena ia rasa kalau menggunakan mobil yang biasa ia pakai itu terlalu mencolok.
Mobil yang Jeffrey kendarai sudah berhenti di salah satu gedung apartment yang memang terlihat sangat sepi dan kalau dilihat hanya ada satu ada dua orang yang terlihat berlalu lalang di sekitar sini.
"Semoga semua nya lancar dan ga ada kejadian yang sama sekali ga kita harapkan." Ucap Jeffrey sebelum keluar dari mobil yang ditanggapi oleh Nara hanya dengan anggukan.
Tidak ada respsionist begitu mereka tiba di lobby gedung apartment itu. Sangat aneh dan berbeda dari apartment yang biasa mereka temui.
"Tetep disamping aku. Kalau pun nanti ada satu hal diluar batas, jangan coba-coba maju sendiri. Paham?" Ucap Jeffrey pada Nara sebelum keluar lift.
"Iya aku paham."
Sekarang mereka sudah sampai di depan unit apartment yang kata Jeno adalah tempat tinggal Cathaleya.
"Kamu yakin ini tempat nya?" Tanya Nara begitu mereka sampai.
"Iya aku yakin. Nomor pintu nya juga sama yang tadi di kasih tau Jeno."
"Terus kenapa kesan nya unit ini kaya ga di tempatin yah. Kotor gitu depan nya."
"Mungkin aja buat mengelabuhi orang-orang seperti kita." Sahut Jeffrey.
Dengan segera, Nara langsung mendekati pintu tersebut dan menekan bel hingga beberapa kali menekan tapi tidak ada tanda-tanda kalau Cathaleya akan keluar dari tempat tinggal nya.
Tanpa disadari oleh Jeffrey dan juga Nara, tiba-tiba saja dari setiap sudut apartment itu mengeluarkan asap putih yang cukup menganggu pernafasan.
"Jeffrey ini asap apa?" Pekik Nara.
"Shit! Ini asap karbon monoksida sama hidrokarbon. Mereka pasti udah ngerencanain ini semua." Jelas Jeffrey.
Nara sudah sangat tidak fokus dengan penjelasan Jeffrey barusan karena sudah merasakan efek dari asap tersebut yaitu membuat dada nya sangat sesak dan mata nya yang terasa sangat perih.
Jeffrey yang sadar akan hal itu, cepat-cepat menghampiri Nara dan membawa nya ke pelukan untuk menghindari Nara dari asap tersebut.
"Tarik nafas lalu hembuskan perlahan. Tutup mata kamu, biarin mata kamu keluar air itu lebih baik untuk netralisir asap nya."
Jeffrey benar-benar menyembunyikan Nara di dada nya, setidak nya mata Nara sudah tidak terkena asap itu lagi. Tapi yang sekarang Nara khawatirkan adalah kondisi Jeffrey.
Bugh.
Tubuh Jeffrey yang masih memeluk Nara langsung limbung seketika ketika mereka merasakan ada yang memukul punggung Jeffrey.
Nara yang konsentrasi nya sudah terkumpul kembali langsung melayangkan serangan. Tapi sayang nya dia tidak bisa melihat orang itu dengan jelas karena terhalangi kabut asap.
Bugh.
Nara berhasil melayangkan tendangan nya tepat di kepala orang itu sehingga membuat tubuh orang tersebut limbung di depan nya.
Sret.
"Awh.." rintih Nara.
"Nara! Kamu kenapa?"
Jeffrey yang memang masih setengah sadar, langsung menghampiri Nara yang sekarang sudah terduduk sambil memegangi bagian paha kanan nya.
"Sialan. Mana orang nya?" Jeffrey geram ketika melihat bagian paha kanan Nara harus terluka terlebih lagi dengan pisau yang masih menancap di paha nya.
"Aku cabut yah, kamu tahan sebentar. Kamu pegang pundak aku kalau dirasa sakit banget."
"Pelan Jeff, aku mohon." Lirih Nara.
Jeffrey sebenarnya tidak tega melihat Nara dalam kondisi seperti ini. Tapi kalau pisau itu harus lebih lama lagi tertancap di paha Nara itu akan sangat berbahaya nanti nya.
"Cek, monitor. Nara, ini aku Mingyu. Apa yang terjadi sekarang, please bilang sama aku."
Suara Mingyu sekarang terdengar di earphone mereka, dan sudah bisa di pastikan kalau Mingyu sangat sangat khawatir dengan apa yang terjadi pada Nara. Mungkin Mingyu melihat semua nya dari chip kamera di anting Nara.
"Akh- Jeffrey.. ini sakit." Pekik Nara ketika Jeffrey berhasil mengeluarkan pisau yang tertancap di paha nya.
"Iya iya aku tau. Kamu sabar yah, kita keluar dari tempat ini." Dengan segera, Jeffrey merobek kain lengan kemeja nya untuk bisa digunakan sebagai perban sementara di kaki Nara.
"Setidak nya pendarahan kamu ini bakalan berkurang. Sekarang kita pergi darisini."
Dengan sigap Jeffrey langsung membawa Nara dalam gendongan nya untuk segera turun ke bawah dan yang ada di pikiran nya hanya satu. Membawa Nara ke rumah sakit.
"Nara! Jeffrey! Ini perintah! Kalian laporkan apa yang terjadi sama kalian saat ini."
Suara yang ada di earphone mereka sudah berganti dari Mingyu menjadi Teo.
Jeffrey menghela nafas nya sebentar lalu kemudian menekan tombol earphone yang terpasang di telinga kanan nya.
"Nara terluka. Paha nya kena tusukan, dan gue sama sekali ga tau siapa pelaku nya karena gue sendiri kena pukul di bagian punggung. Gue ga akan balik ke markas dulu, Nara harus di bawa kerumah sakit sekarang sebelum pendarahan nya makin banyak." Jelas Jeffrey.
"Astaga Nara! Jeffrey lo kirimin ke gue alamat rumah sakit nya." Suara Mingyu kembali terdengar.
"Sakitt." Rintih Nara.
Jeffrey hanya bisa memandangi wajah Nara yang semakin memucat. Baru kali ini Jeffrey melihat Nara menangis seperti itu. Pasti rasa sakit nya sungguh luar biasa.
Chup.
Tidak tahu harus melakukan apa untuk menenangkan Nara, Jeffrey hanya terpikir untuk mencium kening Nara serta membisikan kalimat-kalimat penenang.
"Sssttt.. kamu sabar, ada aku disini. Kalau ini terlalu sakit, kamu boleh ngelampiasin sakit nya ke aku. Jangan bikin aku tambah khawatir."
KAMU SEDANG MEMBACA
REAL ✔✔
Hành độngWarning ⚠️ "Cerita ini mengandung bahasa non-baku." Yang tidak suka dengan cerita non-baku,d di skip aja ya jangan sampe buang-buang kuota. Terimakasih 😊 Real or Unreal ?