Mingyu benar-benar membawa dan menggendong Zea untuk masuk ke dalam kantor nya. Pria itu benar-benar terlihat senang, dan sesekali bercanda dan menimpali ocehan lucu dari Zea. Sedangkan Nara? Jujur saja dia sangat senang melihat pemandangan yang ada di depan nya saat ini."Wih ada apaan nih kok bawa anak? Lo tau itu anak siapa?" Tanya Ten pada Dominic begitu melihat Mingyu, Zea dan Nara memasuki ruang kerja mereka.
"Mana gue tau. Anak mereka kali." Ucap Dominic asal.
"Uhuk."
Ten dan Dominic sontak menolehkan kepala mereka ke arah belakang mereka dan mendapati Jeffrey yang memang sedang tersedak kopi nya.
"Lah lo kenapa Jeff? Alay lo minum kopi aja pake keselek segala." Timpal Ten.
Bugh.
Dominic memukul belakang kepala Ten karena merasa kesal dengan ucapan pria itu.
Jeffrey yang mendengarkan celotehan kedua rekan nya, melemparkan pandangan datar nya dan mengibaskan tangan kanan nya menyuruh kedua rekan nya untuk kembali ke tempat mereka semula.
"Ra.. itu anak siapa sih sebenernya?" Tanya Dominic.
"Anak gue sama Nara." Kali ini Mingyu yang menjawab.
Brugh.
Suara itu tiba-tiba menginterupsi kegiatan mereka, dan mau tidak mau mereka langsung menengok ke arah sumber suara.
"Sorry, gue ga sengaja nyenggol buku nya. Lanjutin aja." Ucap Jeffrey sambil memunguti tumpukan buku nya yang sudah berserakan di lantai.
"Papi.." Kini semua nya beralih pada Zea.
"Kenapa? Zea mau apa?" Tanya Mingyu lembut.
"Zea mau gambar boleh?"
Nara langsung mengambil beberapa lembar kertas dan spidol warna warni, lalu menyerahkan semua nya pada Zea yang tentu saja dengan senang hati menerima benda tersebut.
"Thankyou Mommy."
"Sama-sama sayang."
"Jadi gimana cerita nya lo berdua bisa punya anak gini? Kalian ngelakuin 'itu'?" Tanya Dominic.
"Iya nih beruntung aja sekarang yang ada di kantor cuma gue, Dominic sama Jeffrey." Tambah Ten.
Nara menghela nafas nya sebentar sebelum menjawab pertanyaan dari kedua teman nya.
"Tadi aku ga sengaja ketemu Zea waktu keluar dari toko roti. Awal nya aku kira dia kepisah sama orang tua nya, begitu aku ajak cerita dan Zea ceritain semua nya kalau sebenarnya dia keluar dari panti asuhan nya ketika rumah nya kebakaran dan begitu Zea keluar, di ujung jalan Zea ke pisah sama temen temen nya.."
"Entah kenapa begitu aku ngeliat Zea, aku punya rasa dan keinginan buat ngelindungin Zea." Jelas Nara.
Brak.
"Eh maaf-maaf ga sengaja."
"Ada apa Mark?" Tanya Nara yang langsung mengalihkan pandangan nya pada Mark.
"Yang lain pada kemana kak? Ada yg mau gue omongin soalnya."
"Teo, Johnny sama Yuta lagi ke kantor pusat. Kenzo, sam Seungcheol lagi melipir ke pelabuhan. Ada apaan emang?" Sahut Ten.
Mark menarik kursi yang ada di depan nya. Tidak biasanya Mark bisa se serius ini.
"Semua tugas yang bang Teo kasih ke gue, Jeno sama Vernon udah selesai semua. Gue mau omongin itu."
"Yaudah sekarang aja Mark. Yang lain gampang nanti bisa kita kasih tau report nya." Timpal Jeffrey.
Mark menangguk tanda mengerti dengan omongan Jeffrey barusan, dan sedetik kemudian dia pamit untuk memanggil Vernon dan juga Jeno untuk bergabung.
Tidak butuh waktu lama, Mark kemudian masuk dengan di ikuti Vernon dan juga Jeno di belakang nya. Kemudian setelah itu ketiga nya memposisikan diri di depan senior mereka siap untuk menjelaskan semua yang telah mereka dapat kan.
Soal Zea? Anak itu masih betah menggambar di meja kerja Nara yang memang berada di pojok ruangan.
"Pertama, kita bakal bahas soal kartu yang sempet ditemuin kak Nara.." Mark menampilkan sebuah kartu pada layar monitor besar.
"Setelah gue amatin sama Vernon sama Jeno juga, disini ada beberapa titik-titik ukiran. Ukiran disini itu, kalau kalian bisa lihat di setiap ujung nya itu ada sebuah bunga. Dan, kita bertiga sangat-sangat yakin kalau bunga itu adalah bunga Cathaleya.."
Setelah itu, layar monitor menampilkan sebuah gambar bunga yang Mark bilang adalah bunga Cathaleya.
"Kalian bisa bandingkan kalau bunga nya sama. Dan kembali ke kartu nya.. kalau kalian lihat lebih detail dan lebih jelas lagi. Di dalam ukiran nya ini ada garis yang ngebentuk huruf 'C'."
"Ih iya anjir itu huruf C." Sahut Dominic.
"Darisini bisa kita simpulkan kalau orang yang membunuh Ryan Kim adalah Cathaleya. Orang suruhan Mr. Yama." Timpal Jeno.
Nara dan juga Jeffrey menatap Jeno dengan tatapan tidak percaya. Nara tidak percaya jika teman satu angkatan nya itu menjadi seorang pembunuh bayaran yang kasus nya sedang ia tangani sendiri. Sedangkan Jeffrey sebenarnya sudah mengetahui kalau Cathaleya menjadi kaki tangan Mr. Yama tapi ini masih menjadi sebuah kejutan tidak terduga untuk Jeffrey.
"Cathaleya temen kamu kan Ra?" Tanya Mingyu pada Nara yang sampai saat ini masih terdiam.
"Hah? Dia temen lo? Sumpah?!" Pekik Ten.
"Iya, Cathaleya sama aku satu angkatan waktu di akademi militer di Amerika. Dua tahun ketika kita lulus, dia mengajukan pengunduran diri dan sampai saat ini aku ga tau dia dimana, kita udah ga pernah ketemu lagi." Jelas Nara.
Ten menutup mulut nya tidak percaya dengan penjelasan yang dia dengar barusan dari Nara.
"Bukan nya Cathaleya mantan nya Jeffrey ya?" Tanya Ten pelan.
"Gila Jeff. Seriusan lo?" Tanya Mingyu.
Jeffrey hanya bisa mengangguk sekilas untuk mengiyakan pertanyaan dari Ten dan juga Mingyu.
"Ini bagus sih sebenernya, kita bisa manfaatin hubungan bang Jeffrey sama kak Nara buat narik Cathaleya masuk ke dalam perangkap kita." Sela Vernon.
Jeno menangguk tanda setuju dengan usul yang di berikan oleh Vernon.
"Bener tuh, tapi kak Nara harus bersikap tega. Jangan tanggung juga kak."
Nara bisa merasakan kalau tangan Mingyu sudah berada diatas tangan nya. Seolah memberikan kekuatan dan meyakinkan Nara kalau dia bisa melewati semua nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REAL ✔✔
AcţiuneWarning ⚠️ "Cerita ini mengandung bahasa non-baku." Yang tidak suka dengan cerita non-baku,d di skip aja ya jangan sampe buang-buang kuota. Terimakasih 😊 Real or Unreal ?