felix baru saja menyelesaikan kegiatan mandinya. ini sudah pukul delapan malam tapi ia tetap memaksakan dirinya untuk membersihkan diri karena kulitnya terasa sangat lengket.
ospek universitas memang sudah selesai, namun untuk dua hari kedepan ia harus kembali menyiapkan mentalnya untuk menghadapi ospek fakultas dan jurusan.
felix nenyugar rambut basahnya pelan, seketika ingatannya berputar kembali pada kejadian sekitar empat jam yang lalu.
setelah keramaian yang dibuat oleh felix dan chaewon ditengah lapangan kala itu, beberapa orang senior berusaha untuk menjinakkan mereka. dan setelahnya, baik chaewon maupun felix tidak ada yang memulai untuk saling bertegur. keduanya diam seolah mereka tidaklah saling mengenal.
felix memutuskan untuk mengerjakan tugas esok hari, sempat terbesit dibenaknya untuk menghampiri chaewon namun sedetik kemudian ia urungkan. ternyata gengsi-nya sangat besar.
jam diatas nakas sudah menunjukkan pukul satu pagi, esok ia harus kembali bangun pagi karena peraturan ospek di fakultasnya adalah pukul enam mereka harus sudah berada di tempat.
felix sama sekali belum mengantuk sekeras apapun ia mencoba untuk terpejam. akhirnya ia keluar dari kamarnya, memutuskan untuk menuju dapur dan mungkin segelas susu bisa membuatnya mengantuk.
ia berusaha acuh ketika menemukan figur seorang gadis yang tengah duduk di ruang makan. chaewon duduk disana, dan yang membuat kedua alis felix mengernyit adalah meja makan penuh dengan alat tulis. sepertinya chaewon masih belum menyelesaikan tugasnya.
felix tanpa menghiraukan chaewon menyeduh susunya, kemudian meminumnya perlahan. ia mengerang pelan kemudian membalikkan tubuhnya menghadap chaewon.
gadis itu sepertinya masih menulis dengan mata setengah tertutup, membuat kepalanya acap kali terhuyung karena rasa kantuk yang dideranya.
"ck, nyusahin aja."
felix berjalan pelan kearah chaewon, menarik kursi disamping gadis itu kemudian mendudukkan dirinya disana. chaewon tersentak, berusaha membuka matanya dan mengacuhkan felix yang tengah memandangnya.
"lo tidur aja, biar gue yang nulis. tinggal salin dari hp lo itu kan?" felix menarik buku milik chaewon, namun belum sempat ia tarik sepenuhnya, chaewon menghentikannya.
"gak usah, gue bisa sendiri."
felix berdecak, kemudian menarik kasar buku chaewon dan merebut serta balpoinnya.
"nyusahin banget sih lo, tidur sana. nurut sama gue kek kali-kali."
chaewon menggigit bibir bawahnya―entah menahan marah atau menahan tangis. kini felix yang tengah berkutat dengan buku, tangannya cekatan menulis apa saja yang tertera di layar ponsel milik chaewon.
felix menghentikan pergerakannya ketika ada sepasang tangan yang melingkar dilehernya. ia tersenyum, lantas menyimpan balpoinnya dan kemudian membalas pelukan chaewon dengan memeluk pinggangnya.
"chae, maafin gue tadi sempet bentak lo."
"iyaaa, maafin gue juga, lix. gue lagi pms sih, jadinya gue pengen marah-marah terus."
felix mengacak pelan rambut chaewon, "pantes udah kayak maung aja lo, ternyata gitu alesannya."
chaewon merengut, sedangkan felix tertawa pelan.
"lo disini pasti modus nungguin gue kan?"
"sembarangan! tapi emang bener sih. hehe,"
"udah lo tidur aja, disini aja sambil gue peluk. nanti gue bangunin pas udah beres nulis."