changbin memasuki lift apartemennya dengan tenang sambil sesekali ia menatap kantung kresek berisi kotak makanan berlogo salah satu restoran ayam terkenal digenggamannya.
ketika dentingan lift menyatakan bahwa ia sudah berada dilantai tujuannya, changbin keluar dengan helaan napas. ia menyusuri lorong apartemennya dalam diam. masuk kedalam apartemennya tanpa bicara, changbin hanya menyimpan sepatunya kedalam rak dan menyimpan kantung kresek itu dihadapan tamu kembar yang kini tengah sibuk beradu mulut satu sama lain.
sang tuan rumah berlalu lalang tanpa sapaan. setelah menyimpan ransel dan berganti pakaian di kamarnya, tungkainya berjalan kearah dapur untuk mengambil gelas dan mengisinya dengan air dingin dari kulkas.
felix dan chaewon yang sedari tadi menyadari kehadiran changbin, menghentikan kegiatannya. saling tatap dengan maksud bertanya pada keadaan si kakak tingkat yang nampaknya tidak dalam keadaan yang baik dilihat dari diamnya dia.
felix yang terlebih dahulu berinisiatif untuk menghampiri changbin yang kini tengah duduk di ruang makan, diikuti chaewon di belakangnya. mereka berdua menarik kursi dan duduk secara perlahan, namun tetap menarik atensi dari pria yang tengah meminum air putihnya.
"kalian ngapain sih ngendap-ngendap terus diem-dieman kayak gitu? mau maling?" tanya changbin dengan satu alis yang ia naikan penuh tanda tanya.
chaewon yang merasa bahwa changbin ternyata baik-baik saja (karena perkataannya kembali terdengar menyebalkan), duduk sambil menghentakkan kakinya. "gue sama felix ngiranya tadi lo kenapa gitu, kak. daritadi diem kayak batu, mana cemberut mulu." ujarnya jujur.
changbin terkekeh, lantas mengusak gemas rambut chaewon yang duduk dihadapannya. kemudian perhatiannya ia tujukan pada felix yang duduk disampingnya.
"lo masih pusing gak, lix? tadi gue mampir beli ayam, lo pasti belum makan kan?"
felix mengulum senyumnya kemudian menggeleng. "gue udah gak apa-apa kok, kak."
changbin balas tersenyum. ia tanpa kata berjalan kearah meja ruang tengah dan menenteng kembali kantung tersebut, mengambil tiga piring dan menatanya diatas meja makan.
dan akhirnya mereka bertiga berakhir dengan makan siang bersama. meskipun berkali-kali felix mengeluh bahwa ia mual melihat makanan, berkali-kali pula changbin memintanya makan walaupun sedikit. mengingat bahwa felix belum mendapat asupan makanan dari hari kemarin.
sesekali candaan terlontar ketika mereka menyantap makanan. sangat keluar dari etika namun tetap saja mereka menikmatinya. terkadang pertanyaan terlontar dari felix yang menanyakan apakah changbin baik-baik saja atau tidak, dan tetap dijawab dengan sebuah gelengan.
"gue gak kenapa-kenapa, astaga. cuman lagi banyak pikiran aja dikampus." ujar changbin.
"kakak beneran gak apa-apa? udah nyebelin lagi sih berarti gak apa-apa lah ya." ucap chaewon.
"hadeh, ini gue kayak punya anak kembar tau gak?"
kekehan kembali terdengar dari felix dan chaewon. beberapa saat kemudian chaewon dengan tergesa menyudahi acara makannya ketika sebuah telepon masuk ke dalam ponselnya.
sunwoo kekasihnya sudah berada di basement apartemen siap untuk mengantar mereka pulang. hanya saja changbin menyarankan pada chaewon untuk mengajak sunwoo masuk terlebih dahulu.
"ini sunwoo udah ada di depan pintu, gak apa-apa kak dia kesini dulu?" tanya chaewon pada changbin.
"suruh masuk aja, kemarin dia bilang mau main game disini. temenin main dulu sama lo."
chaewon membalasnya dengan sebuah acungan jempol. berlari kecil menuju ke arah pintu masuk dan menyambut pemuda lain yang tengah berdiri disana.
sunwoo masuk, tak lupa mengucap salam pada changbin dan felix yang tengah berada di ruang makan. kemudian ia dan chaewon duduk di ruang tengah dan memulai untuk bermain video game sesuai izin sang pemilik apartemen, meninggalkan dua pemuda lain yang masih melanjutkan acara makan mereka.