hingar bingar musik masih membuatnya terjaga malam itu. meskipun dentuman musik kian terasa nyaring, suasana terdengar sepi disekitarnya.
pandangan changbin teralih, mengintip pada sosok yang kini berada dalam pangkuannya. ia terkekeh pelan ketika sosok itu sedikit terusik dari posisinya, lantas kembali membenamkan kepalanya dileher changbin untuk mencari kenyamanan.
changbin mengusap pelan sekitar leher dan tengkuk felix, jarinya ia mainkan pada area yang menunjukan ruam kemerahan disana.
they just made out dan tidak ada yang terjadi karena felix mengeluh pusing dan akhirnya tertidur.
"banyak juga ya gue ngasih dia cupang?" gumamnya pada diri sendiri.
ia merekatkan pelukannya pada felix, "kadang gue suka lupa kalo udah punya cewek kalo lagi sama dia."
ternyata, memang beberapa hal sudah terjadi diantara mereka meskipun kebanyakan tidak disadari. changbin mengutuk dirinya brengsek dan tidak ada bedanya dengan junkyu yang berselingkuh di luar sana, mengkhianati felix.
semua ini akan baik-baik saja jika jiwoo tidak tahu, ya begitu, batinnya. namun jiwoo akan berada di posisi felix, posisi dimana ia yang tersakiti padahal tidak melakukan kesalahan apa-apa.
changbin dilanda kebingungan. meskipun seharusnya ia tahu konsekuensi apa yang akan didapat jika seperti ini.
bahkan getaran ponselnya yang terus menerus mengganggu ia abaikan penuh. netranya sejenak ikut terpejam, menyelami pikirannya yang bahkan tidak menentu arah dan tujuannya.
"eh, anjing. abis ngapain lo berdua? udah gue duga sih kalian pasti maksiat, tapi ya gak disini juga." minho datang dengan tampang tak berdosa. duduk dan meraih gelas yang ada disana, menuang brandy yang masih tersisa.
changbin melirik jamnya. sudah pukul satu lebih sepuluh menit, "balik kapan?" tanyanya, seratus persen mengabaikan kalimat minho yang terlontar sebelumnya.
"setengah dua aja, gue juga udah ngantuk." dan changbin hanya membalasnya dengan sebuah gestur 'okay'.
"lo kalo ngebejatin anak orang liat situasi dulu dong, bin." ujar minho.
"dia mabok dan dia sendiri yang mancing. tadinya gue mau pesen kamar disini," ia menghela napas sebelum melanjutkan. "tapi gue yakin besok gue bakal dibunuh sama dua orang. yang pertama sama si felix pas dia sadar, dan yang kedua sama kembarannya."
minho tertawa dan mengangguk tanda setuju.
"kadang gue ngerasa si felix ini pergaulannya sama kayak kita tapi di sisi lain kayak dia ini orang yang harus dijagain, bener gak sih?"
changbin tak menjawab, ia hanya diam-diam membenarkan ucapan minho. pemuda yang berada dipelukannya kini tetap membuatnya penasaran.
changbin belum bisa menebak karakter apa saja yang dimiliki felix. felix selalu saja mempunyai kejutan untuk menunjukkan sisi lainnya pada changbin. felix yang lucu, felix yang sangat menyayangi chaewon, felix yang perokok aktif, felix yang rapuh dan beribu-ribu felix yang lainnya.
changbin diam-diam ingin mengenal felix lebih jauh, tapi ia juga melihat benteng besar dan kokoh menghalangi semua keinginannya.
―――
"sini, biar gue aja yang nyetir." tawar minho.
changbin tertawa pelan, ia merogoh kunci yang berada di sakunya kemudian melemparnya pada minho. minho lantas berlari kecil menuju pintu pengemudi, sementara changbin dengan felix yang berada di gendongannya berjalan kearah pintu penumpang di belakang.