"lo tau gak sih definisi dari cowok yang mukanya manis tapi kelakuannya bejat banget?"
yang bersurai pendek masih bergeming, fokus pada jalanan yang ada dihadapannya. seratus persen mengabaikan gadis yang tengah duduk di kursi penumpang.
"lo tuh ya, yang kena marah bukan cuma lo doang, tapi gue juga!"
"berisik banget sih, anjir. gue turunin nih, naik angkot aja lo."
chaewon bersedekap dada, ditatapnya felix dengan nyalang. felix yang sedari tadi sibuk menyetir, menatap sekilas kearah chaewon.
"lagian lo sih, mabok kok ya gak kira-kira. udah tau mama ada dirumah, kalo papa ada dirumah juga udah dicoret kali lo dari kk."
felix menghela napasnya panjang, kemudian menunjuk telinganya yang terlihat berwarna kemerahan, "telinga gue udah sakit karena dijewer mama. lo mau nambahin juga karena bacotan lo?"
chaewon memukul-mukul bahu felix dengan tas-nya, untungnya mobil mereka sudah berhenti dan terparkir apik di parkiran fakultas ekonomi dan bisnis. fakultasnya felix.
"kok gue diturunin di feb sih? tau sendiri kan lo gedung feb sama fk jaraknya kayak dari sabang ke merauke?"
"lebay banget sih. ayo, turun. gue anterin ke gedung lo, jalan kaki tapi. gue lagi pengen jalan-jalan soalnya."
felix dan chaewon turun dari mobil mereka. hari itu, felix dan chaewon menyita perhatian beberapa pasang mata. selera mereka yang bagus dalam fashion ditambah warna rambut mereka yang berwarna kemerahan senada membuat keduanya tampak nyentrik. lucu sekali anak kembar ini.
×××
felix menepi di kantin fakultas kedokteran sebelum ia berjalan kembali kearah fakultasnya. sedangkan chaewon yang menjadi objek antar felix sudah masuk ke kelas sekitar setengah jam yang lalu.
jam baru saja menunjukkan pukul setengah sembilan, sedangkan kelas pertamanya dimulai jam sepuluh. ia terpaksa berangkat sedikit lebih pagi untuk mengantar chaewon, karena gadis itu masih takut untuk berkendara sendiri.
suasana kantin yang luas itu cukup sepi, bila felix tidak salah hitung mungkin hanya ada empat orang yang duduk disana.
felix mengeluarkan kotak rokoknya. mengambil satu batang, mengapitnya dikedua belah bibir dan menyalakannya. membumbungkan asapnya pelan, dan kembali menyesap aroma tembakau yang memenuhi rongga pernapasannya.
meskipun penampilannya sering dibilang manis, felix tetaplah laki-laki dengan segala keingintahuannya. berawal dari coba-coba, dan malah ketagihan. mama, papa maupun kembarannya tidak melarang itu. yang penting, felix masih dalam batas wajar.
meskipun semalam ia pulang dalam keadaan mabuk, dan dimarahi mama habis-habisan.
"di area fk gak boleh ngerokok."
satu teguran terdengar di telinga felix. langkah kaki asing mendekat kearah mejanya. felix mengernyitkan kedua alisnya, kemudian menyimpan batang rokoknya yang tersisa setengah di pinggiran asbak yang ada di tengah meja.
"oh, sorry. gue kira disini boleh ngerokok, soalnya ada asbak."
sosok itu terkekeh pelan, kemudian duduk tanpa permisi dihadapan felix dengan semangkuk bubur ayam ditangannya. "boleh sih, asal lo gak ngerokok pas rame aja, entar dinyinyirin."
"ah iya, bakal gue inget. thanks."
"anak fk juga? angkatan 18?" tanya sosok yang kini mulai menyantap buburnya.