serpihan kisah Abi

6.1K 186 5
                                    

"Jadi?" tanya Faruq pada putrinya.
Yang ditanya hanya mampu menarik nafas lalu menghembuskannya. Sungguh, ini bukan atau belum menjadi rencananya saat ini. Sungguh ia belum siap. Rasa takut akan sebuah ketidak-mapananlah yang membuat hatinya gundah penuh keraguan.

"Menikah" Ritual sakral yang menyatukan dua insan. Menempuh hidup baru dengan orang yang bahkan belum dia kenal. Mentaati serta mempercayai adalah hal wajib untuk seorang istri pada suaminya. Dimana Haq atas dirinya berpindah pada suaminya.

Saat ini dia masih berusia delapan belas tahun. Mampukah dia yang belum dewasa ini?

"Nak," ucap Faruq memanggil. Putrinya cuma memandang ayahnya dengan senyuman. Meski ia tahu bahwa senyumannya, bukanlah jenis senyum kebahagiaan.

"Apa yang membuatmu resah?"

"Sesungguhnya, Wafa belum siap abi," jawabnya jujur.

"Apa alasannya atas jawabanmu, Nak?"

"Wafa masih kecil, Abi. Sekolah juga baru saja kelulusan, dan Wafa masih ingin menuntut ilmu di pesantren, dan Wafa juga gak yaqin kalo wafa bisa menjadi istri sholehah. Sungguh, Ilmu Agama Wafa belumlah seberapa. Wafa takut tidak bisa menjalani kewajiban Wafa sebagai seorang istri. Yang akhirnya, justru akan menimbulkan sebuah beban untuk Abi dan Umi kelak di akhir Qiyamat," Wafa menghela nafas nya. Lega rasanya ketika dia sudah mengeluarkan apa yang ada di hatinya itu.

Wafa tak pernah berani untuk berkata -tidak- jika ayahnya meminta, bukan karna ayahnya selalu memaksa, tapi karna bimbingannya yang lembut dan penuh kasih sayanglah membuat dia enggan rasanya membangkang perintah ayahnya itu. Hanya ayahnya yang ia punya. Ibunya telah berpulang ke Rahmatullooh ketika ia masih dibangku MI kelas empat. 'Allohummaghfirlahaa warhamhaa wa'aafihaa wa'fu 'anha' rafal wafa dalam hati untuk mendo'akan uminya.

Faruq sampai sekarang belum berniat menikah lagi. Entahlah, meski ia terus-terusan menawarkan agar ayahnya punya teman untuk menemaninya di rumah, karna ia sangat jarang di rumah bersama sang ayah, ia sudah masuk Pesantren sejak ia di bangku MTs kelas satu.

Ayahnya selalu bilang ada seorang ba'du naashihiin mengatakan, 'berkumpulah engkau dengan orang orang yang Sholih! Niscaya engkau akan terberkati dengan kesholihannya, dan berpijaklah engkau di lingkungan yang baik! Niscaya InsyaAllooh, engkau akan menjadi manusia yang baik pula.'

Meski ayahnya di rumah sendirian hanya ditemani Mang Jaja serta istrinya Bi Iroh. Ayahnya selalu mengatakan bahwa beliau sangat yaqin lebih baik kesepian di dunia. Tapi kelak di alam qubur dan akhirat beliau bisa selamat bila anaknya menjadi anak yang sholih.. Allohummaghfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shogiiroo.

Mendengar jawaban dari putrinya. Faruq tersenyum menenangkan. Sebenarnya sungguh Faruq juga belum siap untuk melepaskan putri tercintanya untuk membina kehidupan baru dengan seorang pria asing itu. Namun janji tetaplah janji. 'Jika kamu benar-benar orang beriman. Maka tunaikanlah utang piutangmu, termasuk dengan janjimu. Karna janji adalah hutang. Barang siapa yang tak membayar hutangnya, maka dia akan di sempitkan dalam liang lahatnya.'

Jika dia tidak menepati janjinya itu, apakabar dia dan istrinya di alam lain kelak? Sesungguhnya alam qubur adalah awal dari kebenaran kehidupan kita yang sesungguhnya.

"Seandainya Abi punya solusi lain untuk masalah ini. Maka Abi akan mengambil solusi itu sayang, maafkan Abi, Sayang.." Faruq tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi, karna tak kuasa menahan airmatanya. Sungguh, saat ini Faruq sangatlah tidak kuasa melihat mata syarat akan keraguan putrinya itu.

Faruq terus-terusan menghirup nafas seakan jika dia tidak menghirupnya udara akan semakin habis. 'subhaanalloohi walhamdulillaahi walaa ilaaha illaloohu (maha suci dzat alloh dan segala puji bagiNya. tidak ada tuhan yang berhak di sembah selain DzatNya) yaaAllooh jika ini sudah qudrat irodat mu.maka ridhoilah apapun yang terjadi pada putriku,lindungilah dirinya dari segala fitnah dunia dan akhirat.

Lubna Nurul WafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang