awal sebuah perubahan

1.8K 100 1
                                    

Tuuut, tut ,tuut'. "Assalamu'alaikum sunshine," suara diseberang sana menyapa.

"Wa'alaikumussalaam Mas,"
"Udah makan hemm?"
"Udah Mas, makasih ya atas surprisenya," Wafa tersenyum tulus. Walau dia tahu, suaminya itu takan bisa mlihat senyumannya.
"Syukurlah sayang kalau kamu suka, Mas bahagia mendengarnya"
"Kenapa hadiahnya, ada dua Mas?" tanya Wafa, yang sebenarnya ia sudah faham tentang hal itu, karena disana sudah di jelaskan oleh suaminya.
"Simpan baik-baik sayang! Nanti, kalau dia udah lahir bisa couplean sama kamu"
"Mas .... " Wafa suka merasa sedih jika sudah menyangkut soal anak.

Usia pernikahannya dengan Naufal, sudah menginjak 7bulan. Tapi, mereka belum juga mendapatkan kabar bahagia tentang kehamilan.

Sebenarnya, Naufal selalu mengatakan tidak apa-apa. Karena, mungkin belum dikasih saja. Toh, usia pernikahan juga masih terbilang belum lama.

Wafa yang memang selalu yakin akan Kehendak Alloh. Selalu meyakini, bahwa ini yang terbaik untuknya dan juga suaminya. Tapi terkadang, kegundahan selalu mengganggunya. Terlebih, ucapan mamah mertuanya yang terus memojokkannya.

Naufal tidak pernah tahu. Kalau terisa, ibu kandungnya itu. Selalu menelpon Wafa dengan sikap anarkisnya, dan selalu mengatakan hal-hal yang sama sekali tidak ingin di dengar, bahkan di ketahuinya.

"Hai sunshine, dengarkan Mas! Mas yakin, sebentar lagi kita pasti akan punya baby yang cantik seperti istri Mas. Bahkan, akan lebih cantik putri kita daripada ibunya. Karena nanti, putri kita ada perpaduan ayahnya yang ganteng ini. Hihi"

Wafa ikut tertawa mendengar candaan suaminya. Namun, Naufal tidak tahu. Perkataannya, justru membuat perasaan Wafa semakin tak enak.

Perut Wafa tiba-tiba melilit keras, seperti keram "Aww ... " refleks, Wafa memekik.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Naufal penuh kekhawatiran.
"Gapapa Mas. Aku, tadi hanya kaget saja" jawab Wafa,sambil terus mengusap-usap perutnya.

Terdengar helaan nafas suaminya di seberang sana.
"Syukurlah, Kamu jangan melakukan aktifitas apapun hari ini ya ! Istirahatlah sayang. Besok, kita kunjungi rumah Abi."
"Iya Mas,"
"Kalau begitu, sampai disini dulu ya kangen-kangenannya"

"Mas, tunggu!"
"Ya, sunshine?"
"Mommy, tidak terjadi apa-apa kan sama mommy?"

Sudah dari sepuluh detik, Wafa belum mendengar suara suaminya.
"Mas, kamu masih disana?" tanya Wafa.

"A,ah tentu sayang, mommy baik-baik saja. Jangan di pikirkan! Mommy hanya meminta Mas menemani keluarga temannya yang sedang dirawat di rumah sakit."

Entah kenapa, Wafa tiba-tiba saja merasa bahwa apa yang dikatakan suaminya itu, berbanding balik dengan kenyataannya. Terdengar dari suara Naufal yang sangat berbeda dengan tadi. 'Apa Naufal bertengkar dengan ibunya?'

"Ifal, kamu dari tadi Mommy cariin, ternyata disini. Ayok kembali keruang inap, fio---" 'brak'
"Ha,halo Mas! Mas!" Wafa terus memanggil Naufal, dan ternyata sambungannya sudah terputus.

'Fio?' ucap Wafa lirih, ponselnya dia ketuk-ketuk di dagunya, otaknya terus mencari tahu. Siapa fio itu? Apakah dirinya pernah bertemu? Apakah dia saudara Naufal?.

"Astagfirullah ... Aduh !" Wafa memegang perutnya yang kembali terasa sakit. Wafa menggelengkan kepalanya, 'semoga bukan apa-apa' tandasnya mengenyahkan pikiran negatifnya.

Lubna Nurul WafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang