Maklumi dan koreksi jika ada typo, Pleasee!
.......................................................
"Sayang, hei, ada apa?" Naufal meremas tangan Wafa. Matanya menyorot lurus pada wanita itu, mencoba mencari jawaban dari sikap istrinya yang sedikit berbeda sejak bangun Subuh tadi.
Wafa mengerjap, bibirnya memaksa senyum walau tak yakin jika suaminya akan terkelabui. Sejak semalam, dia gak bisa tidur sampai suaminya kembali bangun. Pesan yang tak sengaja dibacanya, mampu membuang rasa kantuknya.
Meski sudah berusaha untuk terus berfikir positif, namun tetap saja hatinya tak merasa tenang. Dia penasaran, namun juga takut. Tak mungkin kan jika suaminya akan mengingkari janjinya?! Janji suci pernikahan atas nama Tuhan semesta Alam.
"Hey, ada apa!" ucapan Naufal bukan bentuk pertanyaan, melainkan perintah menuntut sebuah pernyataan. "Kamu sakit? Kenapa wajahmu pucat sekali? Apa Mas gak usah pergi bekerja saja?" Naufal mengelus pipi Wafa penuh cemas. Wajahnya terlihat jelas begitu mengkhawatirkan istrinya.
'Iya, Mas. Kamu gak boleh pergi. Entah itu ke Kantor, atau ke mana pun. Kamu harus di sini menemaniku. Entah itu sekarang, besok, atau selamanya!' jerit Wafa yang tentu saja dalam hati. Andai mempunyai keberanian sedikit saja mengungkapkan rasanya, namun lagi-lagi dia tak seberani itu.
"Yakin Mas gak mau berangkat kerja?" Wafa mencoba menggoda suaminya, berusaha mencairkan suasana.
Naufal mengernyit, "Tentu saja. Bahkan kamu lebih tahu jika Mas lebih suka bersamamu daripada bekerja, bukan?" Naufal mengamini godaan istrinya sambil menaik-turunkan alisnya.
Wafa berdecak, namun bibirnya tersenyum sedikit tersipu, "Aku juga, Mas hari ini gak usah kerja saja."
Naufal menatap lekat istrinya, "Sungguh? Kamu ingin Mas gak kerja?" Wafa mengangguk. "Kalau begitu Mas telp---"
"Tapi hari ini Mas ada meeting penting bukan?"
"Gak ada yang lebih penting daripada keinginan kamu. Meeting hari ini biar Aris saja yang gantikan." Naufal meraih ponselnya, namun segera dicegah oleh Wafa membuatnya menatap sang istri dengan pandangan tanya.
"Tadi pagi Mas Aris nelpon ke nomor rumah, katanya ponsel Mas gak bisa dihubungi dan ternyata habis batre."
Naufal meraih ponselnya dan mengecek sendiri, ternyata benar. "Mas bahkan gak tahu jika ponselnya mati sejak kapan. Makasih Sayang karena udah mencharger ponsel Mas."
Wafa tersenyum. Meski dalam hati masih menimbun beribu pertanyaan tentang isi pesan semalam, namun dia sedikit lebih lega dengan sikap suaminya. Dia percaya jika pria di hadapannya ini tak mengkhianati cinta mereka.
"Jadi Aris bilang apa tadi?" Naufal kembali bertanya sambil memerintahkan istrinya untuk segera sarapan.
"Dia hanya mengingat jika hari ini ada meeting penting dan beberapa urusan yang harus diselesaikan sebelum ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lubna Nurul Wafa
General Fiction"YaaRobb ... aku serahkan semua ini pada-Mu. Maka, cukupilah hati dan Iman hamba dengan Rahmat-Mu." --Lubna nurul wafa-- "Percayalah atas nama cinta, janji ini karena Alloh." --Naufal Rifki Nawawi-- #Serpihan_Kisah_Wanita_Muslimah_series_satu