'Sayang, maafin Mas, ya! Sepertinya Mas gak bisa kerumah Abi. Titip salam buat abi, ya! I love you 😙'Wafa menghembuskan nafasnya. Otak dan hatinya terus berputar dan berfikir. Ada apa sebenarnya dengan suaminya itu? Masalah apa yang tengah di hadapinya saat ini?
"Sayang!"
Wafa menoleh kebelakang, ayahnya memanggil. Dia melangkah menghampiri Faruq, "ya, Abi."
"Kenapa di luar? Ayok masuk!" Faruq membawa Wafa masuk kedalam rumah. Hari sudah menunjukkan pukul 9 malam.
"Apa nak Naufal sedang dalam perjalanan?" tanya Faruq.
Wafa menghela nafasnya ketika ayahnya menanyakan suaminya.
"Mas Ifal sepertinya banyak pekerjaan, Abi. Dia baru saja memberitahu, bahwa mas Ifal gak bisa kesini," jawab Wafa pelan.
Faruq menatap putrinya, dia sudah merasakan firasat bahwa putrinya sedang tidak baik-baik saja. Faruq melihat wajah murung Wafa, semenjak putrinya datang kerumahnya tadi pagi.
"Ya sudah, istirahat gih! Semoga pekerjaan nak Naufal cepat selesai," ucap Faruq. Dia tidak akan memperpanjang masalah dengan menanyakan keadaan rumah tangga putrinya. Faruq percaya, bahwa Wafa bisa mengatasinya sendiri tanpa harus dirinya ikut campur.
Wafa tersenyum, lalu mencium tangan Faruq sebelum pergi ke kamarnya.
Wafa tak bisa tidur, dia sudah beberapa kali mengganti posisi tidurnya, namun tak kunjung memejamkan matanya. Apalagi di tambah perutnya yang terus melilit.
Wafa mengambil ponselnya, dan ternyata sudah pukul satu dinihari. Sholawat dan surat-surat AlQur-an terus-menerus dibacanya, berharap ketenangan dalam hatinya datang.
Memang. Tidak bisa dipungkiri, saat ini bohong jika dirinya bisa merasa tenang. Melihat sikap suaminya yang berubah, membuat hatinya sangat gundah. Apalagi terlihat jelas raut frustasi serta rasa bersalah suaminya ketika menatap dirinya.
Wafa sangat khawatir, takut terjadi sesuatu yang sangat serius pada suaminya.
"Awwh ... Astagfirullah," Wafa mengaduh ketika rasa sakit diperutnya kembali menyerang. Kembali memaksakan matanya terpejam, berharap dia segera terlelap.
Dirasa tak akan kunjung mengantuk, Wafa beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi. Dia segera berwudlu, lalu mengeluarkan sejadahnya, memantapkan hatinya menghadap Allohu 'Azza waJalla. "Allohu Akbar," dengan penuh kekhusyuan Wafa menunaikan Sholat Qiyamul-Lail.
.......
Sudah hampir satu bulan, sikap Naufal belum juga berubah. Pulang malam hari ketika Wafa sudah tertidur. Berangkat sangat pagi, bahkan sudah jarang sarapan di rumah. Karena ketika dia akan sarapan, Ibu kandungnya akan menelpon, terus menerornya.
Belum ada penjelasan dari Naufal, karena ketidak ada waktu-an nya untuk mengobrol. Naufal terlihat sangat sibuk, meski Wafa sampai sekarang tak pernah tahu, seperti apa kesibukan suaminya akhir-akhir ini.
Wajah lelah serta lingkaran hitam Naufal, menandakan bahwa suaminya itu sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.
Wafa juga sering mendapatkan, ketika dia terbangun saat Naufal sudah pulang kerumah, namun dia tetap pura-pura tertidur lelap. Meski dengan sekuat tenaga dia menahan gejolak di perutnya yang selalu ingin muntah jika mencium parfum aroma suaminya.
Entah sejak kapan suaminya berganti parfum. Yang jelas ketika Naufal berangkat kerja, parfum suaminya masih tetap sama seperti dulu. Tapi ketika dia pulang kerja, parfumnya berubah menjadi sangat terasa mual di perut Wafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lubna Nurul Wafa
Ficción General"YaaRobb ... aku serahkan semua ini pada-Mu. Maka, cukupilah hati dan Iman hamba dengan Rahmat-Mu." --Lubna nurul wafa-- "Percayalah atas nama cinta, janji ini karena Alloh." --Naufal Rifki Nawawi-- #Serpihan_Kisah_Wanita_Muslimah_series_satu