•Pengakuan•

2K 263 7
                                        

Hari ini Hyura memulai harinya dengan senyuman terlukis di wajahnya. Dia berjalan penuh semangat menuju kelasnya.

"Selamat pagi semuanya!"

Sapaan Hyura untuk teman sekelasnya itu terdengar diseluruh ruangan, membuat gadis yang sedang diselimuti kebahagiaan itu menjadi pusat perhatian untuk beberapa detik.

"Sepertinya kau sedang bahagia"

Naeun tersenyum tipis melihat tingkah laku temannya pagi ini. Dia menaruh tasnya sambil menatap Hyura curiga. Tentu hal baik sudah terjadi kepadanya.

"Hah? Aku? Apakah terlihat jelas?"

"Sangat"

Jawab Naeun dan ia menuntut cerita dari temannya itu dan akhirnya Hyura mengerti siyarat Nauen, mereka berdua pergi ke taman belaajkang sekolah.

"Mereka hanya teman" kata Hyura sesampainya mereka di salah satu bangku taman.

"Siapa?"

"Lucas dan Eunseo"

"Sebentar. Biarkan aku berpikir sebentar....... YAK APA KAU SUNGGUH MENYUKAI--mphhh"

Kata-kata Naeun selanjutnya langsung diblokir oleh Hyura. Apa Naeun sudah gila?

"Tidakkah kau menyadarinya selama ini?" tanya Hyura.

"Aku menyadarinya dan sebenarnya aku tidak terlalu terkejut, hanya saja kau dulu pernah menyangkal itu, makanya aku sempat berpikir bahwa kau tidak menyukainya."

"Sebelumnya aku berpikir untuk menghilangkan perasaan ini. Kau tau. Aku masih terlalu takut untuk menyukai seseorang lagi. Aku harus belajar dari pengalaman bukan? Tapi semakin lama aku memendam dan menahannya, rasa sukaku malah semakin membesar. Semakin aku menghindarinya, semakin aku ingin melihatnya. Dan saat dia berada jauh dariku, aku tidak bisa menghilangkan dia dari pikiranku. Konyol memang. Tapi bukankah menyukai seseorang adalah hal yang manusiawi?"

"Wah, memang benar ya, cinta bisa merubah seseorang"

"Yak! Aku hanya bilang bahwa aku menyukainya"

"Sebentar lagi. Kita lihat saja."

***

"Pindah?" Lucas tersenyum miring mengingat ata-kata Ayahnya saat ia sampai dirumah sepulang sekolah. Ayahnya mengatakan bahwa mereka harus pindah dalam waktu dekat karena perusahaan yang ada di Cina sedang diambang kehancuran. Lucas tidak mengerti, itu perusahaan Ayahnya, tapi kenapa dia harus ikut pindah kesana?

Lucas hanya menatap kosong lapangan didepannya. Headphone berwarna hitam itu yang menjadi temannya sekarang. Dia hanya tidak ingin diganggu saat ini. Cukup Ayahnya yang merusak harinya.

Seseorang menepuk bahunya pelan dan Lucas menoleh

"Apa kau sedang memikirkan sesuatu?"

Wajah dan suaranya tidaklah asing bagi Lucas. Tapi bagaimana orang itu bisa ada disini?

"Sedang apa kau disini?"

Hyura sama herannya dengan Lucas, tempat ini bukanlah tempat yang orang sering datangi, apalagi untuk remaja seumuran mereka. Lapangan basket yang sudah lama tertinggal dan tidak dipakai lagi.

"Kau sendiri?" Lucas tidak menjawab pertanyaan Hyura dan malah melemparkan pertanyaan itu kembali.

"Aku hanya sedang merindukan seseorang" jawab Hyura pelan sambil duduk disamping Lucas dna ikut menatap lapangan basket kosong itu. Ah. Dia rindu Yukhei.

"Siapa?" tanya Lucas hati-hati.

"Tentu kau tidak tahu. Ah.. benar. Kalau dilihat-lihat kau sangat mirip dengannya," Hyura menatap sebentar wajah Lucas, sangat mirip. Kemudian ia berpaling lagi "teman kecilku, ia sering datang kesini ketika ada masalah. Dulu sekali. Aku awalnya hanya ingin mengikutinya dan ketika dia sampai disini, saat aku ingin mengagetkannya, dia mulai menangis. Kemudian aku hanya kembali bersembunyi. Aku kaget melihatnya menangis seperti itu jadi aku terlalu takut untuk memulai percakapan dengannya."

Lucas terdiam mendengar kata-kata yang Hyura ungkapkan. Bukankah itu dirinya?

"Ah maaf, aku seharusnya tidak menceritakan ini"

Lucas hanya diam, tidak berani menatap Hyura. Jelas sosok yang dirindukan Hyura sekarang adalah dirinya. Teman masa kecil Hyura. Lucas takut Hyura menyadari bahwa dia adalah Yukhei. Lucas merasa tidak pantas untuk menjadi teman Hyura lagi. Cukup seperti ini, dia menjaga Hyura tanpa harus menjadi sosok spesial di mata Hyura. Lucas tidak ingin mengulang kesalahan yang sama, mencelakai orang yang ia sayangi.

"Omong-omong, kenapa kau ada disini?" lamunan Lucas buyar setelah pertanyaan Hyura terdengar di telinganya.

"Eoh? Tidak, kau mau pulang?"

"Ya tentu saja"

"Ayo"

***

"Ah! Catatanku tertinggal"

Hyura menyadari bahwa catatan yang ia bawa ke ruang musik saat praktek tadi tertinggal disana karena dia hanya membawa ponsel ditangan kirinya itu.

"Cepat kau ambil, aku menunggu disini" Naeun duduk diantara bangku di gedung yang dibuat khusus untuk ekstrakurikuler ini. Hyura kemudian segera menuju ruang musik kembali.

"Ini dia" kata Hyura saat ia menemukan catatannya itu ada di tempat duduknya tadi. Saat berjalan keluar ruangan, mata Hyura terganggu dengan benda itu. Hyura menatap piano itu sekali lagi. Jauh didalam lubuk hatinya ia ingin duduk di kursi itu, lagi. Tapi baginya, mimpi itu sudah ia kubur dalam-dalam.

"Kau tidak ingin memainkannya lagi?"

Suara itu memecah lamunan Hyura.

"Jungwoo oppa?"

Jungwoo ada di ambang pintu ruang musik.

"Cobalah, aku tau kau berbakat"

Perkataan Jungwoo menimbulkan tanda tanya untuk Hyura. Bagaimana dia bisa tahu kalau Hyura dulu suka bermain piano? Hanya keluarga, Naeun, dan beberapa tetangganya yang tau kalau Hyura suka piano.

"Darimana oppa bisa tau?" tanya Hyura menatap serius ke arah Jungwoo.

"Lucas"

Nama yang disebut Jungwoo membuat Hyura tidak bisa membodohi dirinya lagi. Kenapa Lucas bisa tau semua tentang Hyura, alergi Hyura, penyakit Hyura dan segala tentang dirinya yang padahal Hyura sendiri tidak pernah memberitahu Lucas tentang hal itu. Hyura tidak perlu lama-lama di ruang musik. Dia sudah tidak tahan lagi, dia pikir selama ini kecurigaannya benar. Hyura harus bertemu Lucas sekarang.

***

"Bisa ikut aku sebentar?" Hyura tidak menunggu jawab dari Lucas dan segera menarik anak lelaki tinggi itu keluar dari kelas. Sepanjang mereka berjalan Hyura diam, begitu juga Lucas. Lucas hanya mengikuti langkah kaki Hyura yang lebih kecil darinya itu sampai akhirnya mereka tiba di taman belakang. Tidak ada siapa-siapa disana.

Hyura mengatur napasnya yang tadi sempat tergesa-gesa. Emosi dan segala kenangan masa kecilnya muncul ke permukaan.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Hyura menatap Lucas yang masih bingung dengan tingkah Hyura siang ini.

"Maksudmu?"

Hyura menghela napas.

"Saat kita kecil"

"Siapa nama aslimu?"

***
I'M BACK!!!
Maaf membuat kalian menunggu cukup lama untuk baca part satu ini. Maaf banget.

Don't Go - Lucas NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang